Menuju konten utama

Sejarah Nuzulul Quran: Turunnya Surah Al-Alaq 1-5 kepada Nabi saw.

Sejarah Nuzulul Quran peristiwa turunnya Surah Al-Alaq 1-5 kepada Nabi Muhammad saw. yang merupakan wahyu pertama kepada Rasulullah.

Sejarah Nuzulul Quran: Turunnya Surah Al-Alaq 1-5 kepada Nabi saw.
Ilustrasi Kaligrafi Muhammad. foto/istockphoto

tirto.id - Nuzulul Qur'an 2022 di Indonesia, berdasarkan penanggalan Ramadhan versi Pemerintah dan Nahdlatul Ulama (NU) akan bertepatan dengan Senin, 18 April 2022 (malam 19 April/17 Ramadhan 1443 H). Sementara itu, tanggal 17 Ramadhan 1443 H versi Muhammadiyah adalah Minggu, 17 April 2022 malam ini.

Terdapat beragam pendapat soal kapan sebenarnya peristiwa Nuzulul Quran. Mayoritas berkeyakinan bahwa peristiwa tersebut terjadi pada 17 Ramadan.

Nuzulul Quran adalah peristiwa awal turunnya Al Qur’an kepada Nabi Muhammad saw berupa Surah Al Alaq ayat 1-5. Ini merujuk dari Surah Al Anfal ayat 41, “.. Jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) pada hari Furqan, yaitu pada hari bertemunya dua pasukan.”(QS. Al Anfal [8]:41)

Hari Furqan ditafasirkan sebagai hari kemenangan umat Islam dari kaum kafir dalam Perang Badar. Perang Badar adalah perang yang terjadi pada Jumat, 17 Ramadan 2 H. Dari sumber ini mengatakan bahwa Nuzulul Quran diperkirakan jatuh pada 17 Ramadan. Beberapa sumber lain mengatakan jika Nuzulul Quran jatuh pada 18 atau 19 Ramadan, atau tanggal yang lebih belakangan.

Sejarah Nuzulul Quran

Sebelum mendapatkan pewahyuan pertama yang menandakan diangkatnya ia sebagai nabi, Muhammad sudah terbiasa melakukan khalwat di Gua Hira. Khalwat secara istilah mengasingkan diri pada tempat yang sunyi untuk bertafakur, beribadah, dan sebagainya.

Gua Hira terletak di Jaal Nur, sebelah utara kota Makkah berjarak sekitar 7 farsakh. Ukuran dari Gua Hiro sepanjang 4 hasta dan lebarnya 1,75 hasta.

Khalwat yang dilakukan oleh Muhammad sudah berlangsung lama, hingga ia berusia 40 tahun. Dikutip dari Sejarah Hidup Muhammad oleh Muhammad Husain Haikal, dijelaskan bahwa suatu malam ketika Muhammad sedang tertidur dalam gua, datanglah Malaikat Jibril membawa sehelai lembar seraya berkata kepadanya: “Iqro (bacalah)”.

Dengan terkejut Muhammad menjawab “Saya tidak dapat membaca”.

Jibril mendekap hingga beliau sesak kemudian melepaskan Muhammad sembari berkata lagi, “Bacalah”. Mendengar ini, Muhammad menjawab, “Apa yang akan saya baca?”

Jibril kemudian mendepak untuk kedua kalinya dan berkata, “Bacalah! Dengan nama Tuhanmu Yang menciptakan. Menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah. Dan Tuhanmu Maha Pemurah. Yang mengajarkan dengan Pena. Mengajarkan kepada manusia apa yang belum diketahuinya...” (Q.S. Al-Alaq:1-5).

Menurut Martin Lings dalam bukuMuhammad: Kitab Hidup Nabi Berdasarkan Sumber Klasik (2015:84), setelah terjadinya peristiwa itu, Nabi Muhammad saw gelisah tentang siapa sebenarnya sosok yang berbicara dengannya.

Rasulullah kemudian berlari menuruni Gua Hira. Di tengah perjalanan, Muhammad mendengar suara dari atasnya,“Hai Muhammad! Engkau utusan Allah dan aku Jibril”.

Beliau menengadah dan melihat jelas rupa Malaikat Jibril, yang dalam deskripsi Lings "memenuhi cakrawala". Nabi berpaling, namun ke mana pun beliau memandang, malaikat selalu ada di sana.

Setelah sampai di kediaman, Rasulullah saw. berseru kepada sang istri, Khadijah, untuk menyelimutinya, “Selimuti aku! Selimuti aku”. Ketika kegelisahannya mereda, Rasulullah bercerita kepada Khadijah. Dari sanalah Khadijah bertanya kepada sang sepupu, Waraqah bin Naufal.

"Demi Tuhan yang menguasai jiwaku, yang mendatangi Muhammad adalah Namus yang terbesar yang dulu juga mendatangi Musa. Sungguh, Muhammad adalah nabi bagi kaumnya. Yakinkanlah dia!"

Peristiwa pewahyuan pertama bagi Nabi Muhammad saw. tersebut menandai ditunjuknya beliau sebagai nabi terakhir, dengan Al-Qur'an sebagai mukjizat terbesarnya. Setelah Surah Al-Alaq 1-5 ini, secara bertahap turun surah-surah lain dengan total 114 surah yang diwahyukan kepada Nabi saw. dalam rentang sekitar 22 tahun.

Haedar Nashir dalam Kajian Daring Ramadan Website Muhammadiyah (2020), menyebutkan makna "baca" dalam ayat pertama Surah Al-Alaq, "Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan”, bukan hanya sekadar membaca, melainkan juga anjuran untuk berpikir, menghimpun segala macam hal baik dengan membaca Al-Qur’an maupun membaca segala yang ada di alam semesta.

Baca juga artikel terkait RAMADHAN 2022 atau tulisan lainnya dari Syamsul Dwi Maarif

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Syamsul Dwi Maarif
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Fitra Firdaus