Menuju konten utama

Sejarah Musik Pop di Indonesia: Mulai dari Koes Plus hingga Chrisye

Berikut ini sejarah musik pop di Indonesia yang diawali grup band Koes Plus hingga penyanyi solo Chrisye.

Sejarah Musik Pop di Indonesia: Mulai dari Koes Plus hingga Chrisye
Yon Koeswoyo (tengah) tampil dalam konser Koes Plus di Festival Kenjeran 2016 di Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (21/5) malam. Penampilan penyanyi legendaris dari grup band Koes Plus tersebut tampil dalam rangka menyambut hari jadi ke-723 Kota Surabaya. Antara Foto/Didik Suhartono/kye/16

tirto.id - Pada dasarnya, musik pop merupakan jenis umum dari musik populer. Penyebutan populer ini didasarkan pada perbandingannya dengan musik klasik dan musik tradisional. Berikut ini sejarah musik pop di Indonesia yang diawali Koes Plus hingga penyanyi solo Chrisye.

Istilah pop dicetuskan pertama kali oleh seorang kritikus seni asal Inggris, Lawrence Alloway, melalui esainya berjudul "Pop Since 1949" yang diterbitkan pada 1962. Ia menggunakan istilah itu untuk merujuk kepada antusiasme terhadap semua hal yang diproduksi secara massal.

Berdasarkan pemahaman di atasnya, artinya musik pop sendiri tidak merujuk pada satu genre khusus. Yang menjadi perhatian adalah musik tersebut easy listening atau mudah diterima kalangan muda di era tertentu.

Pop lebih bersifat kontemporer, dengan genre yang berbeda-beda tergantung pada tempat dan waktu. Semua elemen musik, mulai dari rock, hip-hop, reggae, R&B, jazz, elektronik, hingga folk, dapat diadaptasi ke dalam musik pop.

Secara umum, gaya vokal yang ditemukan di banyak musik pop sangat dipengaruhi oleh tradisi musik Afrika-Amerika seperti R&B, musik soul, dan gospel.

Sementara itu, irama dan suara musik pop banyak diilhami oleh jazz, swing, rock and roll, reggae, funk, disko, dan baru-baru ini oleh hip-hop.

Pengaruh genre terhadap musik pop juga dapat dirunut berdasarkan era perkembangan musik itu sendiri.

Sebagai misal, pada era 1920-an hingga 1950-an, musik pop mendapat pengaruh, terutama dari jazz, blues, dan rock and roll. Pada era tersebut, musisi yang cukup populer di antaranya seperti Peggy Lane, Frank Sinatra, Bing Crosby, serta penyanyi dengan gaya rambut jambul khasnya yakni Elvis Presley.

Beralih ke era '60an, musik pop kebanyakan masih dipengaruhi oleh rock and roll, sebagai buntut dari ketenaran Elvis, terutama di awal dekade itu. Idola musik pop barat '60-an di antaranya seperti The Beach Boy, The Shadows, Bee Gees, Ray Charles, serta salah satu band paling terkenal asal Inggris yakni The Beatles.

Sejarah Musik Pop di Indonesia: Diawali Koes Plus

Bisa dibilang, grup band Koes Bersaudara merupakan cikal bakal tenarnya musik pop di Indonesia. Grup musik ini lahir pada 1969, di tengah merebaknya demam musik ngak ngik ngok di Indonesia, istilah yang dipakai Soekarno untuk musik barat.

Berdasarkan artikel liputan sastrawi Budi Setiyono berjudul "Ngak-Ngik-Ngok" (2001), Koes Bersaudara pada awalnya beranggotakan tujuh orang. Djon memegang gitar bass, Tony (melodi), Yon (vokal), Yok (rhythm, vokal), Jan Mintaraga (gitar). Dua orang sisanya merupakan drummer yakni Koesnomo dan Iskandar.

Musik yang dimainkan Koes Bersaudara sendiri tidak jauh berbeda dengan tren musik yang sedang gencar di barat saat itu. Mereka banyak diilhami oleh lagu-lagu The Beatles, Elvis Presley, Everly Brothers, serta The Kinks.

Bahkan, jika dilihat lebih jauh, duet Yon-Yok dalam grup Koes Bersaudara mengingatkan pada popularitas Everly Brothers dan Kalin Twin di Amerika Serikat pada era '60-an.

Toh pada akhirnya, itu juga diamini oleh Tony lewat kata pengantar yang dibikinnya untuk piringan hitam pertama Koes Bersaudara (1963), "Itu tidak dapat kami sangkal dan salahkan. Karena merekalah yang mengilhami kami hingga terbentuknya orkes kami ini."

Namun, beberapa tahun setelah ketenarannya merebak di kalangan remaja tanah air, Koes Bersaudara bubar. Koesnomo, Jan, dan Iskandar, dan Djon keluar dari grup musik tersebut.

Pada 1969, Koes Plus lahir menggantikan Koes Bersaudara. Kali ini, personelnya ketambahan Murry. Ia menggantikan Koesnomo, yang memilih keluar dan melanjutkan pekerjaan lamanya.

Sepanjang perjalanannya, Koes Plus bukan tanpa masalah. Di tahun-tahun awal berdirinya, mereka sempat stagnan, seolah kehilangan motor penggerak.

Koes Plus ketika itu sempat bergonta-ganti pemain. Hingga pada akhirnya, Yon menjadi satu-satunya yang bertahan di grup musik tersebut. Sisanya diisi oleh Murry, Adnolin, dan Jack Kasbi.

Jika diakumulasi sepanjang sejarahnya, Koes Plus dan Koes Bersaudara telah melahirkan sekitar 450-an lagu. Sebagian besar menjadi hit pada zamannya. Di antara lagu-lagu yang paling populer yakni "Muda Mudi", "Oh Kasihku", "Layang Layang", "Jangan Bimbang Ragu", "Nasib Penyanyi Butuh Uang", dan "Kasih Sayang".

Jenis musik yang diciptakan oleh Koes Bersaudara maupun Koes Plus sangat beragam, mulai dari pop jawa, irama melayu, dangdut, pop anak-anak, irama keroncong, folk, hard beat, hingga lagu berbahasa Inggris. Puluhan lagu yang mereka ciptakan era itu sekaligus membuat musik Indonesia kian berkembang.

Di tengah masa-masa popularitas Koes Plus maupun Koes Bersaudara, bentara musik Indonesia juga diwarnai oleh lagu-lagu dari musisi lain seperti Aloysius Riyanto, Chica Koeswoyo, serta Chrisye.

Christian Rahadi, atau lebih dikenal dengan nama panggung Chrisye, tergolong sebagai salah satu musisi paling berpengaruh di skena musik pop nasional. Chrisye aktif pada era '60-an hingga 2000-an awal.

Beberapa lagu-lagu Chrisye yang terkenal, bahkan hingga sekarang, di antaranya seperti "Pergilah Kasih", "Andai Aku Bisa", "Anak Sekolah", "Kisah Kasih di Sekolah", "Kisah Cintaku", serta "Kemesraan".

Baca juga artikel terkait PENDIDIKAN atau tulisan lainnya dari Fadli Nasrudin

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Fadli Nasrudin
Penulis: Fadli Nasrudin
Editor: Abdul Hadi