tirto.id - Pada November 2008, harian The Sun yang terbit di Inggris sempat membuat heboh jagat musik dunia. Surat kabar itu menyebutkan bahwa Michael Jackson, raja musik pop dunia, memeluk agama Islam. Penulisnya menyebut Jacko--panggilan Michael Jackson--mengenakan pakaian Muslim di rumah temannya di Los Angeles. Konon baju Jacko itu merupakan bagian dari rangkaian ritual mengucapkan dua kalimat syahadat.
Menurut The Sun, Jacko yang dulu dikabarkan menjadi penganut sekte Saksi Yehovah, telah beralih menjadi Muslim dan mengubah namanya menjadi Mikaeel. Dalam waktu singkat, berita itu membuat gempar dunia. Banyak media lain yang langsung mengutipnya secara serampangan.
The Sun memang surat kabar Inggris yang dikenal gemar mengemas berita heboh dengan judul-judul sensasional demi menarik jumlah pembaca. Publik telah menyadari kebiasaan itu sejak dekade 1980-an. Bahkan, kala itu berita sensasional yang palsu sempat menyeret mereka ke pengadilan. Misalnya, ketika berurusan dengan Elton John pada 1987. Elton diberitakan berhubungan seks dengan anak laki-laki di bawah umur. Di meja pengadilan, The Sun dinyatakan bersalah dan harus membayar uang ganti rugi senilai 1 juta Poundsterling.
Setelah membayar uang ganti rugi pencemaran nama baik, The Sun kemudian menampilkan permohonan maaf kepada Elton di halaman utama dan masalah di antara keduanya dianggap selesai.
Berbeda dengan kasus Elton John, kontroversi Jacko yang masuk Islam tahun 2008 itu sulit dianalisis dengan kasatmata untuk mencari tahu kebenarannya. Masalahnya, Jacko adalah salah satu sosok paling kontroversial di dunia. Banyak hal dalam hidupnya yang cukup unik. Inilah yang membuat hal-hal kontroversial seakan bisa langsung diterima dan dijadikan pemberitaan.
Michael Joseph Jackson lahir di Indiana, Amerika Serikat, pada 29 Agustus 1958. Ia anak ke tujuh dari sepuluh bersaudara. Keluarganya termasuk golongan kelas pekerja sub-urban. Katherine, ibunya, bekerja paruh waktu sebagai pemain klarinet dan piano. Dari Katherine, Jacko kecil tumbuh dengan tuntunan spiritual Saksi Yehovah. Sementara Joe Jackson, ayahnya, adalah mantan petinju yang menjadi pekerja kelas menengah biasa yang sesekali main musik untuk menambah penghasilan keluarga.
Minat Jacko pada musik dimulai tahun 1963 dan awal 1964 ketika ia dan Marlon, saudaranya, bergabung dengan Jackson Brothers. Kelompok ini dibentuk oleh ayah mereka dan beranggotakan saudara kandung Jackson bersaudara. Menurut pengakuan Jacko pada BBC tahun 2003, masa-masa berlatih musik dengan saudaranya ini meninggalkan satu kenangan buruk. Ia diledek terus-menerus karena hidungnya besar.
Selain itu, ayahnya menerapkan disiplin berlatih yang sangat ketat dan tidak jarang terjadi kekerasan fisik, seperti tebasan ikat pinggang jika terjadi sedikit kesalahan. Belakangan, Joe sempat menjelaskan bahwa mencambuk dengan ikat pinggang adalah hal yang lumrah dilakukan para orang tua di masa ketika Jackson bersaudara sedang tumbuh dewasa.
Berbeda dengan Jacko, beberapa saudaranya justru menganggap cara kasar dan keras yang dilakukan ayah mereka adalah cara yang baik untuk menjaga anak-anaknya tetap disiplin. Menurut mereka, cara itu membuat mereka jera dan terhindar dari begitu banyak masalah yang lebih besar.
Meski kontroversial, metode latihan Joe untuk anak-anaknya terbukti sukses membawa mereka lolos audisi oleh Motown Records pada 1968. Mereka kemudian menandatangani perjanjian kerjasama dengan identitas baru: Dari The Jackson Five menjadi The Jackson 5.
Masa Muda yang Traumatis dan Kebiri Kimia
Dua tahun kemudian, debut album The Jackson 5 yang bertajuk I Want You Back dirilis. Mereka langsung sibuk tampil, baik di panggung maupun di stasiun televisi, demi memenuhi kebutuhan keluarga. Kemungkinan besar, hal ini juga yang membuat masa kecil dan masa muda Jacko kesepian dan terisolasi. Ini diperparah dengan jadwal latihan musik yang padat.
Kontroversi mengenai kehidupan pribadi Jacko tak berhenti sampai di situ. Selain soal perubahan warna kulit yang ia klaim sebagai penyakit langka, ada juga isu kebiri kimia yang dilakukan terhadap Jacko di masa kecilnya. Kebiri kimia dilakukan saat Jacko berusia 12 tahun. Setelah itu, ia dipaksa menjalani perawatan dan terapi hormon. Kabar mengenai kebiri itu diterangkan oleh Conrad Murray, dokter Jacko yang merawatnya sebelum dinyatakan meninggal pada 25 Juni 2009, tepat hari ini 12 tahun lalu.
“Ia dikebiri secara kimia oleh ayahnya untuk mencegah perubahan suaranya di masa remaja. Semoga ayah Jacko menerima balasan setimpal di neraka,” kata Murray seperti dilansir The Independent.
Meski masa kecilnya begitu sibuk serta terisolasi akibat disiplin ketat yang dijalankan ayahnya, namun tidak menjadi penghalang bagi Jacko untuk mengejar karier sebagai penyanyi solo. Setelah empat tahun populer sebagai bagian dari Jackson 5, ia merilis lagu solo perdananya yang bertajuk "Got To Be There" pada musim gugur 1971. Usianya kala itu baru 13 tahun.
Hal ini kemudian menyadarkan ayahnya dan industri musik bahwa potensi Jacko yang sesungguhnya adalah menyanyi solo, bukan dengan kelompok Jackson 5. Ini terutama terlihat dari pencapaian lagu itu yang merangsek ke peringkat 1 dalam peringkat lagu Cashbox, dan nomor 4 di peringkat Billboard AS.
Menyusul kesuksesan itu, pada Januari 1972 Jacko merilis album pertamanya dengan tajuk yang sama: Got To Be There. Album itu sukses mengantar nama Michael Jackson sebagai bintang cilik paling kesohor di generasinya.
Satu bulan setelah album solo itu dirilis, Jacko kembali merilis single bertajuk "Ben" yang ditulis untuk film dengan judul yang sama. Sukses besar single ini semakin melambungkan namanya di industri musik.
Kesuksesan karier pribadinya tidak membuat ia lupa pada saudara-saudaranya. Jacko beberapa kali masih ikut tampil bersama Jackson 5 yang telah meninggalkan Motown Records sejak 1976 dan menandatangani kontrak baru dengan Epic Records. Mereka merilis album pada 1978 dengan Jacko sebagai penyanyi utama. Bahkan, belakangan ia juga menandatangani kontrak kerjasama dengan perusahaan rekaman baru itu untuk proyek solo.
Kontrak baru untuk proyek solo itu rupanya menjadi tonggak kesuksesan besar yang berskala global. Banyak single dan album yang memantapkan statusnya sebagai rajanya musik pop. Ia bahkan sempat berkolaborasi dengan pencipta lagu kenamaan seperti Stevie Wonder dan Paul McCartney.
Meski kesuksesan itu diiringi dengan kontroversi yang tidak pernah surut di sepanjang kariernya, namun ia menikmati kehidupannya sebagai penyanyi. Michael Butcher, penulis buku Michael Jackson: Tribute to a Legend 1958-2009 50 Years of Genius (2009) mencatat ungkapan perasaan Jacko kala usianya baru 22 tahun.
“Saya orang yang pemalu. Saya merasa paling nyaman justru ketika di atas panggung. Saya pikir hal yang paling saya sukai dengan tampil di panggung adalah karena saya membuat orang lain bahagia. Saya lahir di dunia untuk sebuah alasan dan sepertinya itulah alasan saya.”
Namun lagi-lagi, sampai kematiannya pun ia tetap meninggalkan kontroversi dan misteri yang belum terpecahkan. Dokter Conrad Murray mengatakan, Michael Jackson meninggal akibat overdosis propofol, sejenis obat penenang. Tapi di kemudian hari, dokter Murray justru dinyatakan bersalah karena memberikan propofol kepada Jacko.
Editor: Irfan Teguh Pribadi