Menuju konten utama

Sejarah Hari Wanita TNI Angkatan Udara yang Diperingati 12 Agustus

Di awal pembentukannya pada 12 Agustus 1963, Wanita Angkatan Udara merupakan realisasi emansipasi wanita.

Sejarah Hari Wanita TNI Angkatan Udara yang Diperingati 12 Agustus
Letda Pnb Ajeng Tresna Dwi Wijayanti penerbang tempur perempuan pertama di TNI Angkatan Udara. (ANTARA/HO-Dok Dispenau)

tirto.id - Hari Wanita Tentara Nasional Indonesia (TNI) diperingati setiap 12 Agustus. Semula peringatan Hari Wanita TNI diwujudkan sebagai realitasi dari emansipasi wanita.

Sama seperti anggota militer pria, untuk menjadi anggota Wanita Angkatan Udara (Wara) harus melewati beberapa pendidikan dasar militer yang bertujuan untuk mengubah cara kehidupan sipil menjadi kehidupan militer yang berdisiplin, bermental tinggi, dan bertanggung jawab.

Terdapat empat wilayah di Indonesia yang menjadi tempat untuk mendidik calon Wanita TNI. Empat wilayah tersebut, yaitu Kaliurang Yogyakarta, Pusdikkowad Lembang Bandung, Bumi Morokrembangan Surabaya, dan Pangkalan Udara TNI Angkatan Udara (AU) (Lanud) Adi Soemarmo Solo, demikian seperti yang dilansir dari laman resmi TNI Angkatan Udara.

Sejarah Hari Wanita TNI Angkatan Udara

Di awal pembentukannya pada 12 Agustus 1963, Wara memang merupakan realisasi emansipasi wanita. Kala itu, para sarjana-sarjana muda serta lulusan B-1 wanita, berjuang untuk mengatasi keadaan dengan menjadi anggota TNI Angkatan Udara. Pertama-tama mereka ditugaskan di bidang administrasi, guru bahasa, dokter, dan beberapa di bidang hukum.

Kendati begitu, setelah berjalan beberapa tahun, para sarjana wanita itu ternyata mampu menunjukan kemampuan yang lebih. Maka itu, akhirnya mereka mulai ditugaskan dalam hal penerbangan.

Para wanita mulai ikut mengatur penerbangan melalui menara pengawas lalu lintas udara (tower). Sehingga, sejak saat itu para terus berkembang kemampuannya. Sementara itu, tahun 1982 keadaan sudah sangat berbeda.

Infografik SC Sejarah Hari Wanita TNI

Infografik SC Sejarah Hari Wanita TNI. tirto.id/Sabit

Semula terdapat dua orang yang bertugas untuk menjadi pemegang kemudi pesawat terbang, mereka adalah Hermuntarsih dan Sulastri Baso. Setelah terbukti kemampuannya, jumlah dua orang itu pun bertambah menjadi lima. Mereka adalah Inana, Veronika, Ratih, Sumartini, dan Endrika.

Dengan begitu, sudah terbukti bahwa Wara memiliki kemampuan yang tidak kalah hebat jika dibandingkan dengan militer pria. Kemudian, bertitik tolak dari fakta historis serta berlandaskan konstitusional Undang-undang Dasar 1945 dan idiil Pancasila, maka pada tahun 1962 Deputy Menteri/Panglima Angkatan Udara Urusan Administrasi Laksamana Muda Udara Suharnoko Harbani mendapat tugas dan wewenang untuk membentuk Wanita Angkatan Udara (Wara).

Dalam penugasan tersebut telah digariskan, bahwa Wara bukan merupakan suatu korps tersendiri sebagaimana Korps Wanita TNI-AD (Kowad) dan Korps Wanita TNI-AL (Kowal) yang sudah terbentuk lebih dulu. Keanggotaan Wara diintegrasikan ke dalam korps/kecabangan yang berlaku di lingkungan AU seperti anggota militer pria lainnya.

Dalam rangka merealisasikan pembentukan Wara tersebut maka langkah kebijaksanaan Pimpinan Angkatan Udara mengadakan telaahan staf yang meliputi empat bidang, yakni

1. Bidang Organisasi : Letkol Udara PNB S. Sudjatmiko.

2. Bidang Pendidikan : Letkol Udara PNB Tjok Saroso Hurip.

3. Bidang Anggaran : Letkol Udara PNB Bob Surasa putra.

4. Bidang Personalia: Letkol Udara PNB Sumitro

Oleh karena Kapten PJ Dra. Siti Atminah berhenti dari dinas militer, maka tugas-tugas sebagai perwira pelaksana dialihkan kepada Lettu DK Suryanella. Lantas, untuk mengembahkan pembinaan Wara, maka dibentuk suatu Kelompok Kerja (Pokja) yang keanggotaannya terdiri dari para anggota Wara yang senior.

Baca juga artikel terkait TNI ANGKATAN UDARA atau tulisan lainnya dari Ega Krisnawati

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Ega Krisnawati
Penulis: Ega Krisnawati
Editor: Nur Hidayah Perwitasari