tirto.id - Sejarah hidup Raja Singasari, Anusapati, menurut Kitab Negarakertagama berbeda dengan versi Pararaton. Negarakertagama mencatat,Anusapati adalah putra Rangga Rajasa Sang Girinathaputra, pendiri Singasari, dan di bawah kepemimpinannya, kerajaan ini baik-baik saja.
H.M. Nasruddin Anshoriy, Ch. lewat buku Neo Patriotisme: Etika Kekuasaan dalam Kebudayaan Jawa (2008) menuliskan, pusat Kerajaan Singasari diperkirakan berada di daerah yang sekarang termasuk wilayah Kecamatan Singasari, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur.
Dua referensi lawas yang kerap dijadikan rujukan utama untuk menelaah sejarah Kerajaan Singasari, juga Majapahit sebagai kerajaan penerusnya, adalah Pararaton dan Negarakertagama, kendati tetap dibutuhkan rangkaian metode ilmiah untuk menafsirkan isi dua kitab ini.
Pararaton diperkirakan disusun sekitar abad ke-17 Masehi atau setelah runtuhnya Majapahit, penulisnya pun belum diketahui. Maka tidak heran jika ada keraguan terhadap Pararaton kendati beberapa bagian isinya, termasuk tokoh, tempat, dan lain-lain, dibuktikan melalui prasasti yang ditemukan.
Identitas Negarakertagama (Nagarakretagama) sedikit lebih jelas. Kitab ini ditulis oleh Empu Prapanca sekitar tahun 1365 M atau masa pertengahan Majapahit. Maksud penyusunan Negarakertagama adalah sebagai ungkapan puja-puji terhadap para raja dan menjunjung tinggi wibawa kerajaan.
Dua Versi Sejarah Singasari
Negarakertagama tidak pernah menyebut nama Ken Arok, juga Tunggul Ametung dan Ken Dedes. Kitab karya Empu Prapanca ini mencatat Anusapati sebagai raja ke-2 Singasari sekaligus anak dari Rangga Rangga Rajasa Sang Girinathaputra yang mendirikan kerajaan tersebut.
Sedangkan di Pararaton, Ken Arok disebut bergelar Rajasa Sang Amurwabhumi, nama/gelar yang mirip dengan Rangga Rajasa Sang Girinathaputra (raja pertama Singasari versi Negarakertagama). Anusapati oleh Pararaton dicatat sebagai putra dari Ken Dedes dan Tunggul Ametung.
Pararaton mengisahkan, Tunggul Ametung adalah penguasa Tumapel (wilayah taklukan Kerajaan Kediri) yang dibunuh Ken Arok. Setelah Tunggul Ametung tewas, Ken Arok berkuasa di Tumapel (kemudian dikenal sebagai Kerajaan Singasari), menghancurkan Kerajaan Kediri, juga menikahi Ken Dedes.
Untuk melihat perbedaannya dengan lebih jelas, berikut ini silsilah dan nama-nama beserta periode kekuasaan raja-raja Singasari versi Pararaton dan Negarakertagama:
Daftar Penguasa Singasari Versi Pararaton
- Tunggul Ametung (1185-1222 M) | Penguasa Tumapel
- Ken Arok atau Rajasa Sang Amurwabhumi (1222-1247M) | Membunuh Tunggul Ametung, Raja Singasari ke-1
- Anusapati (1247-1249 M) | Putra Tunggul Ametung dan Ken Dedes, Raja Singasari ke-2
- Tohjaya (1249-1250 M) | Putra Ken Arok dan Ken Umang, Raja Singasari ke-3
- Wisnuwardhana atau Ranggawuni (1250-1272 M) | Putra Anusapati, Raja Singasari ke-4
- Kertanagara (1272-1292 M) | Putra Wisnuwardhana, Raja Singasari ke-5
Daftar Penguasa Singasari Versi Negarakertagama
- Rangga Rajasa Sang Girinathaputra (1222-1227 M) | Raja Singasari ke-1
- Anusapati (1227-1248) | Putra Rangga Rajasa, Raja Singasari ke-2
- Wisnuwardhana (1248-1254 M) | Putra Anusapati, Raja Singasari ke-3
- Kertanagara (1254-1292 M) | Putra Wisnuwardhana, Raja Singasari ke-4
Sejarah Anusapati Menurut Negarakertagama
Berbeda dengan versi Pararaton yang menceritakan sejarah hidup Anusapati dengan penuh polemik, intrik, dan diakhiri dengan pertumpahan darah, Negarakertagama punya kisah berbeda mengenai sosok Raja Singasari yang satu ini.
Dikisahkan dalam Negarakertagama, Anusapati adalah putra dari Rangga Rajasa Sang Girinathaputra (1222-1227 M) yang disebut sebagai pendiri Kerajaan Singasari. Anusapati memerintah Singasari menggantikan ayahnya sejak 1227 M.
Pemerintahan Singasari selama era Anusapati menurut Negarakertagama berjalan baik-baik saja. Kondisi tenang, seluruh tanah Jawa aman tenteram dan tunduk kepada kepemimpinan Anusapati hingga sang raja mengembuskan nafas penghabisan.
Anusapati versi Negarakertagama disebutkan wafat pada 1248 M. Artinya, era pemerintahan Anusapati di Singasari berlangsung cukup lama, yakni 21 tahun, berbeda dengan versi Pararaton yang menyatakan Anusapati bertakhta hanya selama 2 tahun.
Mengenai penyebab kematian Anusapati pun ada perbedaan di antara dua kitab itu. Jika Pararaton menyebut Anusapati tewas dibunuh Tohjaya, putra Ken Arok dan Ken Umang, dengan keris Mpu Gandring, di Negarakertagama tidak ada gejolak terkait kematian Anusapati.
Selain tidak menyebut nama Tunggul Ametung, Ken Arok, Ken Dedes, maupun Ken Umang, Negarakertagama juga tidak menghadirkan sosok Toh Jaya yang oleh Pararaton dituliskan sebagai Raja Singasari berikutnya setelah Anusapati wafat.
Menurut Negarakertagama, pengganti Anusapati sebagai Raja Singasari adalah sang putra mahkota, yakni Wisnuwardhana alias Ranggawuni yang disebutkan bertakhta hingga tahun 1254 M sebelum digantikan oleh Kertanegara selaku raja terakhir.
Sebagai penghormatan kepada Raja Anusapati yang dipuja selaku Syiwa, didirikan Candi Kidal di suatu lembah yang terletak di lereng barat Pegunungan Tengger, Malang, Jawa Timur.
Dikutip dari Monograf Pesan Kearifan Lokal dari Kompleks Percandian Batu Jaya Karawang (2021) karya Hadion Wijoyo, Candi Kidal berfungsi untuk tempat pemuliaan Raja Anusapati.
Editor: Addi M Idhom