tirto.id - Resesi ekonomi merupakan salah satu hal yang menakutkan bagi penduduk dunia. Terlebih lagi, banyak ekonom memperingatkan kemungkinan terjadinya resesi global tahun 2023 mendatang. Lalu apa sebenarnya yang dimaksud dengan resesi ekonomi?
Pengertian resesi ekonomi adalah terjadinya periode penurunan ekonomi sementara di sebuah negara yang indikatornya adalah turunnya produk domestik bruto (PDB) selama 2 kuartal berturut-turut. Akibatnya aktivitas industri dan perdagangan di dalam negeri menurun.
Laman Forbesmenulis, resesi dianggap sebagai bagian yang tak terhindarkan dari siklus bisnis dan kontraksi reguler yang terjadi dalam perekonomian suatu negara.
Senada, laman Laman Hukum Universitas Medan Area uma.ac.id menulis bahwa resesi ekonomi didefinisikan sebagai penurunan yang signifikan dalam kegiatan ekonomi selama periode stagnasi yang berkepanjangan, mulai dari bulan ke tahun. Akibatnya laba perusahaan menurun, pengangguran meningkat, dan muncul kebangkrutan ekonomi.
Resesi ekonomi yang terjadi berkepanjangan dapat menghambat pertumbuhan ekonomi dunia, sebab turunnya semua indikator ekonomi seperti PDB, laba perusahaan, lowongan pekerjaan, dan lain-lain yang menciptakan kekacauan ekonomi.
5 Resesi Terbesar di Dunia Sepanjang Sejarah
Ketakutan terhadap peringatan atas kemungkinan terjadinya resesi ekonomi global tahun 2023, mengingatkan kembali kepada beberapa peristiwa resesi di dunia yang pernah terjadi sebelumnya.
Berikut ini 5 peristiwa resesi terbesar yang pernah melanda dunia dan menyebabkan kekacauan ekonomi di beberapa negara:
1. The Credit Crisis tahun 1772
The Credit Crisis atau Krisis Kredit yang terjadi tahun 1772 awalnya bermula di London kemudian menyebar ke seluruh Eropa, Britannica melansir.
Penyebabnya adalah ketika Kerajaan Inggris mengumpulkan kekayaan melalui kepemilikan dan perdagangan dari wilayah kolonialnya, tahun 1760-an. Hal ini memicu optimisme berlebihan dari banyak bank Inggris, kemudian melakukan ekspansi kredit besar-besaran.
Namun seorang mitra bank Inggris Neal yang bernama Alexander Fordyce, mendadak kabur ke Prancis untuk menghindari membayar hutang miliknya dalam jumlah besar, pada tahun 1772. Kabar tersebut pun menyebar dan memicu kepanikan perbankan Inggris.
Kreditur pun mulai menuntut penarikan uang tunai instan dari berbagai bank di Inggris. Hal yang sama berlanjut ke Skotlandia, Belanda, Eropa, dan koloni Inggris-Amerika.
Menurut sejarawan, dampak ekonomi dari krisis ini adalah salah satu faktor utama yang berkontribusi pada protes Boston Tea Party dan Revolusi Amerika.
2. The Great Depression tahun 1929-1939
The Great Depression atau Depresi Besar yang terjadi tahun 1929 – 1939 adalah bencana ekonomi dan finansial terburuk di abad 20. Banyak ahli yakin bahwa pemicu resesi kala itu adalah kehancuran yang terjadi di Wall Street tahun 1929.
Diperburuk oleh keputusan kebijakan pemerintah AS, resesi terburuk itu berlangsung selama 10 tahun dan mengakibatkan hilangnya pendapatan negara dalam jumlah besar. Rekor pengangguran terjadi saat itu.
Kehilangan output pun berlangsung di negara-negara industri. Amerika mengalami tingkat pengangguran mencapai hampir 25 % di puncak krisis tahun 1933.
3. Guncangan Harga Minyak OPEC Tahun 1973
Krisis minyak ini diawali saat negara anggota OPEC (Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak) dominan di wilayah Arab, memutuskan untuk membalas Amerika sebagai tanggapan atas pengiriman pasokan senjatanya ke Israel selama Perang Arab-Israel ke-4.
Negara OPEC mendeklarasikan embargo minyak dan menghentikan ekspor ke AS serta negara sekutunya. Akibat embargo, terjadi kekurangan minyak dan lonjakan harga sehingga memicu krisis ekonomi di AS serta negara maju lainnya.
Inflasi menyusul sangat tinggi secara bersamaan (dipicu oleh lonjakan harga energi) dan stagnasi ekonomi. Ekonom menyebut krisis di era itu sebagai periode “stagflasi” (stagnasi ditambah inflasi).
4. The Asian Crisis Tahun 1997
Awal krisis adalah dari Thailand tahun 1997 dan kemudian menyebar cepat ke Asia Timur dan mitra dagangnya. Penyebabnya adalah aliran modal spekulatif berlebihan dari negara maju ke wilayah Asia Timur (Thailand, Indonesia, Malaysia, Singapura, Hong Kong, dan Korea Selatan).
Akumulasi utang pun membengkak di wilayah Asia Timur. Juli 1997, pemerintah Thailand mulai mengubah nilai tukar mata uangnya tetapnya terhadap dolar AS. Alasannya kurang sumber daya mata uang asing.
Kepanikan pun muncul di wilayah Asia, lalu menyebabkan pembalikan luas miliaran dolar investasi asing. Investor semakin waspada terhadap kemungkinan kebangkrutan pemerintah Asia Timur, dan ketakutan krisis keuangan di seluruh dunia mulai menyebar.
Resesi ini butuh waktu bertahun-tahun untuk kembali normal dengan bantuan dari Dana Moneter Internasional.
5. The Financial Crisis tahun 2007-2008
Krisis Finansial tahun 2007-2008 memicu Resesi Hebat. Ekonom menyebut ini adalah krisis keuangan paling parah sejak Depresi Hebat.
Pemicunya adalah runtuhnya gelembung perumahan (housing bubble) di AS, hingga Lehman Brothers (salah satu bank investasi terbesar di dunia)runtuh.
Hal ini berimbas pada runtuhnya banyak lembaga keuangan dan bisnis utama. Butuh dana talangan pemerintah yang sangat besar untuk memulihkan kondisi ini. Untuk kembali normal dibutuhkan waktu satu dekade dan menghapus jutaan pekerjaan serta miliaran dolar.
Penulis: Cicik Novita
Editor: Yulaika Ramadhani