tirto.id - Persatuan Perusahaan Hindia Timur atau VOC mempunyai sejumlah hak istimewa. Mereka berhak membuat perjanjian dengan para penguasa lokal, memiliki mata uang sendiri, dan mempunyai pasukan perang. Namun, kongsi dagang raksasa ini pada akhirnya bangkrut.
Dalam Sejarah Nasional Indonesia Volume 5 (1984:1) disebutkan, kebangkrutan VOC disebabkan oleh pelbagai faktor, antara lain pembukuan yang curang, pegawai yang tidak cakap dan korup, serta utang yang besar.
Menjelang keruntuhannya, usaha untuk menyelamatkan kongsi dagang ini sebetulnya pernah dilakukan. Pada 23 Mei 1791, Heeren Zeventien (Dewan Tujuh Belas)--sebutan untuk para direktur yang berjumlah tujuh belas orang dan mewakili jumlah provinsi di Belanda--bersama Raja Belanda Willem V, mengangkat dua orang commissarisgeneraal (komisaris umum) yang akan segera berlayar ke Hindia Belanda.
“Keduanya diberi tugas membentuk komisi khusus di Batavia--yang akan bernama Hoge Commissie--yang harus memeriksa dan menyelesaikan pelbagai ketidakberesan di bidang administrasi,” tulis Hendrik E. Niemeijer dalam "Pengurus Pusat VOC dan Lembaga-Lembaga Pemerintahan Kota Batavia (1619-1811)", sebuah pendahuluan dalam The Archives of the Dutch East India Company (VOC) and the Local Institutions in Batavia (2007:90). Selain itu, mereka juga diberi wewenang untuk memecat pegawai yang korup lalu menyerahkannya ke pengadilan.
Kedua orang yang membentuk Hoge Commissie itu adalah Sebastiaan Cornelis Nederburgh dan Simon Hendrik Frijkenius. Nederburgh adalah pengacara dengan predikat eerste advocaat (pengacara kelas satu). Sementara Frijkenius merupakan kapten Angkatan Laut Kerajaan Belanda.
Belum lama terbentuk, pada 22 Desember 1791 Hoge Commissie diminta oleh Heeren Zeventien untuk mengusut hilangnya 63 ribu ringgit dari Bank Courant. Hoge Commissie pun segera memeriksa buku kas, dan uang itu ternyata ditransfer untuk sesuatu yang tidak jelas. Komisi khusus lalu dibentuk. Pada 8 Juni 1794, komisi tersebut melaporkan hasil kerja mereka. Uang yang hilang itu diganti dengan harta milik EM de Roth, kasir bank tersebut yang meninggal pada 1792. Bank Courant lalu dibubarkan.
Konflik Internal dan Serangan Prancis
Dari Belanda, Nederburgh dan Frijkenius serta seorang sekretaris, baru berlayar pada tanggal 5 November 1791. Mereka naik kapal fregat De Amazone yang lebih cepat dari kapal biasa. Meski demikian, teknologi kapal yang masih terbatas itu membutuhkan waktu setengah tahun untuk melayani perjalanan dari Belanda ke Tanjung Harapan di Afrika Selatan. Mereka berlabuh di Tanjung Harapan pada 12 Juni 1792. Dari sana, mereka melanjutkan perjalanan pada 2 September 1793, dan tiba di Batavia tanggal 15 November 1793 dengan sambutan meriah.
Kala itu, Gubernur Jenderal VOC di Hindia Belanda dijabat oleh Willem Arnold Alting, sementara Direktur Jenderal adalah H. van Stockum. Kedua orang ini diangkat sebagai komisaris umum, artinya secara otomatis menjadi anggota Hoge Commissie. Nederburgh dan Frijkenius tiba di Batavia, Stockum telah meninggal dunia. Gubernur Jenderal Alting mengusulkan agar Johannes Siberg--menantu H. van Stockum--diangkat menjadi komisaris yang keempat.
Di sisi lain, Heeren Zeventien telah menunjuk Willem Jacob van der Graaf (Gubernur Sri Lanka) sebagai pengganti Stockum untuk menjadi Direktur Jenderal baru yang merangkap anggota Hoge Commissie. Namun, sembari menanti kedatangan Graaf, pada 14 Desember 1793 Sieberg akhirnya menjadi anggota sementara Hoge Commissie.
Graaf tiba di Batavia pada akhir tahun 1794. Namun, ia ternyata dihalang-halangi oleh sebagian anggota Hoge Commissie untuk menduduki jabatannya sebagai Direktur Jenderal dengan tudingan kurang mengenal Hindia Belanda. Graaf lalu diberi jabatan sebagai anggota komisi urusan pertahanan Batavia. Belakangan Nederburgh dengan dukungan anggota lain, menendang Graaf dari Hoge Commissie dan menggantikannya dengan Sieberg.
Sementara itu, jauh di seberang lautan, Belanda mulai dikuasai oleh tentara Napoleon, Prancis. Maka itu, seturut yang disampaikan Merle Calvin Ricklefs dalam Sejarah Indonesia Modern 1200-2008 (2008:240), VOC menjadi terpisah dengan Belanda. Kontrol di Hindia Belanda makin melemah dan menyebabkan pelbagai kekacauan administrasi.
Pada 17 Februari 1797, Alting mundur dari kursi Gubernur Jenderal dan Hoge Commissie. Penggantinya adalah Pieter Gerardus van Overstraten. Sementara itu pada 6 Juni tahun 1797, Frijkenius meninggal dunia, namun posisinya di Hoge Commissie tidak digantikan siapapun.
Nederburgh pun akhirnya mengundurkan diri pada 10 Juli dan 10 November 1797. Namun permintaan itu baru terlaksana setelah Hoge Commissie dibubarkan pada 23 September 1799. Tiga bulan kemudian, tepatnya pada 31 Desember 1799, VOC akhirnya bangkrut dan dibubarkan. Nederburgh dan kawan-kawan di Hoge Commissie gagal mengatasi kekacauan administrasi yang diwarnai korupsi.
Editor: Irfan Teguh Pribadi