Menuju konten utama

Saling Menunggangi Merek di Android Oreo

Google resmi memberi nama sistem operasi Android 8.0 dengan sebutan Android Oreo. Apa di balik itu?

Saling Menunggangi Merek di Android Oreo
Android 8.0 oreo. FOTO/androidpit.com

tirto.id - Saat orang-orang Amerika sibuk menyaksikan gerhana matahari 21 Agustus 2017 lalu, saat yang sama berlangsung acara peluncuran sistem operasi baru milik Google di New York. Google resmi memberi nama sistem operasi barunya dengan nama Android Oreo. Nama Oreo memang sudah sangat familiar di seluruh dunia.

Nama itu dijumput dari sebuah merek dagang biskuit yang diproduksi oleh Nabisco, anak perusahaan Mondelez International. Mondelez menegaskan Google tak membayar untuk penggunaan nama itu. "Ini murni kerja sama merek saja," kata Juru Bicara Mondelez International, Valerie Moens dikutip dari Washington Post.,

Secara historis, penggunaan nama “Oreo” merupakan kelanjutan tradisi pemberian nama versi Android yang berhubungan dengan menu makanan pencuci mulut. Sebelum Android 8.0 atau Android O diberi nama “Oreo,” nama-nama seperti Noughat, Marsmallow, Lollipop, dan Kitkat, telah lebih dahulu disematkan pada versi-versi terbaru Android. Selepas Android Oreo ini, nama makanan pencuci mulut yang berawalan dari huruf “P” akan menjadi penerusnya.

Sistem operasi mobile Android kali pertama meluncur pada 23 September 2008 lalu. Namun, penggunaan nama makanan pencuci mulut bagi versi terbaru Android itu baru dilakukan pada April 2009. Saat itu, versi Android 1.5 dinamai Android Cupcake. Selanjutnya, versi Android penerus Cupcake alias Android 1.6 dinamai Android Donut. Selepas Cupcake dan Donut, versi-versi baru sistem operasi Android, diberi nama dengan makanan pencuci mulut sesuai dengan urutan abjad selepas “C” untuk Cupcake dan “D” untuk Donut.

Seiring berjalan waktu dan semakin populernya sistem operasi Android, beberapa nama makanan pencuci mulut bagi versi terbaru Android terasa tidak familiar di telinga banyak penggunanya. Selepas Android 4.1 atau Android Jelly Bean, versi Android berikutnya dinamai dengan makanan pencuci mulut yang berawalan huruf “K.” Saat Android 4.4 akan meluncur, Google sebagai pemilik Android awalnya akan memberi nama Android “Key Lime Pie.” Namun, nama makanan yang berasal dari Negeri Paman Sam itu dianggap tak begitu familiar di penjuru dunia.

“Kami menyadari bahwa terdapat sedikit orang yang benar-benar mengetahui rasa Key Lime Pie,” ucap John Lagerling, saat itu menjabat direktur kerjasama global Android.

Mengutip BBC, “K” yang merujuk Android 4.4 akhirnya diberi nama dengan “KitKat sebuah makanan ringan produksi Nestle. Produk Kit Kat merupakan produk makanan ringan yang telah mendunia. Secara sederhana, makanan ringan ini jauh lebih familiar dibandingkan Key Lime Pie. Kit Kat, menjadi pengantar awal penggunaan nama makanan ringan milik produsen makanan yang digunakan oleh Google.

Lagerling mengungkapkan bahwa kerja sama tersebut bukanlah suatu kerjasama ‘money-changing-hands’. Merujuk apa yang diungkapkan Lagerling, penggunaan nama KitKat bagi Android 4.4 dilakukan secara “mendadak dan tak terkira.” Ia mengatakan, “salah satu makanan ringan yang kami sediakan di dapur kami untuk (programmer yang lapar) kala melakukan koding di tengah malam adalah Kit Kat. Seorang (programmer Google) berkata: ‘Hey, kenapa kami tidak menyebut (Android terbaru) KitKat?’” Menurut pengakuannya itu, kesepakatan kerja sama penggunaan nama KitKat bagi Android hanya dilakukan selama 24 jam.

Baca juga: Androidisasi Dunia Melalui Android Go

Selepas perjanjian tersebut, Nestle kemudian menindaklanjuti dengan mengapalkan lebih dari 50 juta Kit Kat dengan bungkus yang memuat logo Android di berbagai negara. Jelas, langkah Nestle tersebut bukanlah sebuah langkah yang lazim dilakukan dalam kerja sama yang menurut Lagerding, “bukan kerjasama ‘money-changing-hands’.”

Apa sebenarnya di balik itu?

Berdasarkan riset yang dilakukan InfoScout, sebuah firma periset pasar, chocobar Kit Kat bikinan Nestle, paling banyak dibeli oleh orang-orang berusia di bawah 24 tahun. Pemuda berusia 24 tahun ke bawah, merujuk riset tersebut, 10 persen lebih banyak memilih untuk membeli Kit Kat dibanding produk sejenis buatan produsen lain. Di posisi berikutnya, pembeli Kit Kat, lebih banyak dilakukan oleh orang-orang berusia antara 35-44 tahun. Kalangan ini, 4 persen lebih tinggi memilih membeli Kit Kat dibanding produk sejenis dari produsen berbeda. Secara sederhana, Kit Kat merupakan makanan ringan pilihan bagi kaum muda, kaum yang berusia di bawah usia 44 tahun.

Selain dari segi umur, dari riset itu pula diketahui bahwa Kit Kat, jauh lebih banyak dibeli oleh kalangan berpenghasilan di bawah $20 ribu. Golongan ini, 8 persen lebih tinggi untuk memilih membeli Kit Kat daripada produk sejenis dari produsen lain. Terakhir, kaum perempuan disebut lebih tinggi untuk memilih membeli Kit Kat dibanding kaum laki-laki.

Yang menarik, demografi pembeli Kit Kat ternyata mirip dengan peta demografi para pengguna Android. Berdasarkan riset Fluent, sebuah firma pemasaran produk. Merujuk apa yang dikerjakan Fluent, orang-orang yang berusia antara 25-44 tahun, sebanyak 75,5 persen memilih menggunakan sistem operasi Android. Sedangkan pengguna berusia 18-24 tahun hanya 63,2 persen yang memilih menggunakan Android.

Dari demografi pasar yang mirip, nampaknya kerja sama Android dan Kit Kat bisa dipandang untuk sama-sama mengamankan dan menyasar pasar yang sama. Kedua produk ini memang berbeda jenis, tapi memiliki pangsa pasar yang sama. Google, memerlukan merek “Kit Kat” untuk tetap mengelola pasar lewat sistem operasi Android mereka. Google sedang mengamankan konsumen di bawah 25 tahun untuk tetap loyal.

Apa yang dilakukan Google dengan Kit Kat, nampaknya hendak dilanjutkan dengan menggandeng Oreo. Riset yang dipublikasikan InfoScout juga mencatat pasar Oreo mirip dengan pasar Kit Kat. Kelompok usia antara 55-64 tahun hanya 7 persen yang memilih membeli Oreo.

Penggunaan merek dagang seperti Kit Kat ataupun Oreo pada Android bukanlah kerja sama seperti yang diklaim Google atau mitranya. Masing-masing perusahaan, tentu menginginkan imbal balik terhadap produk mereka. Google dengan Android, tentu ingin lebih mempopulerkan sistem operasinya agar makin luas pasarnya di seluruh dunia. Kit Kat (Nestle) dan Oreo (Mondelez) juga tentu ingin hal yang sama.

infografik android oreo

Mengenal Android Oreo

Android Oreo hadir dengan beberapa peningkatan kinerja. Merujuk situsweb resmi Android, Android Oreo akan memiliki kecepatan booting (kecepatan saat dihidupkan dalam keadaan mati) 2 kali lipat dibandingkan versi sebelumnya. Selain itu, untuk menghemat daya baterai, Android Oreo diklaim dapat meminimalkan aktivitas latar belakang suatu aplikasi.

Fitur-fitur baru yang termuat dalam Android Oreo antara lain kemampuan autofill. Autofill, lazim ditemui di dalam suatu browser atau perambah web. Pengguna yang memanfaatkan autofill, kegunaannya saat log-in pada suatu aplikasi, Twitter misalnya, maka tak perlu berulang mengetik username dan password.

Selanjutnya, fitur baru lainnya ialah bernama Picture-in-Picture. Fitur ini memungkinkan pengguna Android Oreo melihat dua aplikasi sekaligus dalam satu waktu. Misalnya, menonton video YouTube sambil chatting di aplikasi WhatsApp. Kemudian, fitur baru di Android Oreo lainnya ialah Notification Dots. Notification Dots merupakan titik kecil yang muncul di ikon sebuah aplikasi jika ada notifikasi di aplikasi itu yang belum dibaca pengguna Android Oreo.

Salah satu fitur baru yang cukup menarik di Android Oreo ialah sebuah fitur bernama Android Instant Apps. Umumnya, jika pengguna Android hendak menggunakan suatu aplikasi, ia wajib menginstall aplikasi itu di ponsel pintar miliknya. Namun, memanfaatkan fitur baru ini, jika pengguna hendak menggunakan aplikasi baru atau tertentu yang tidak di-install di ponsel pintarnya, ia cukup menjalankan aplikasi tersebut langsung dari browser atau perambah web tanpa memerlukan proses instalasi apapun. Fitur ini, jelas sangat berpengaruh terutama pada ponsel-ponsel yang memiliki kapasitas penyimpanan dan memori yang terbatas.

Selain pengembangan dan fitur baru, Android Oreo dikatakan juga membawa perubahan desain pada emoji yang ada di sistem operasi mobile itu. Selain perubahan desain, Android Oreo turut pula memboyong lebih dari 60 emoji baru.

Baca juga:

Namun, sebagaimana diberitakan Ars Technica, versi baru Android itu tidak bisa diharapkan hadir cepat pada kebanyakan ponsel pintar berbasis Android. Ponsel premium Android seperti Samsung Galaxy S8, LG G6, serta ponsel premium lainnya, umumnya memperoleh pembaruan sekitar 6 bulan selepas versi baru Android diluncurkan. Saat Android Oreo hadir di akhir Agustus ini, ponsel flagship itu kemungkinan akan memperoleh rasa Oreo pada akhir Januari 2018 mendatang. Bagi yang tak sabar menanti, ponsel-ponsel yang langsung ditangani Google seperti Pixel, Pixel XL, Nexus 5X, Nexus 6P, Nexus Players, dan Pixel C kabarnya akan segera memperoleh pembaruan Android Oreo.

Sementara itu, mengutip apa yang ditulis Wired, Google melalui Android Oreo hanyalah serupa penyempurnaan bukan merupakan penemuan baru. Pembaruan Android Oreo di ponsel pintar, bukanlah sesuatu yang mesti dipusingkan dan dipikirkan. Namun, pergantian nama Android untuk selanjutnya dengan polesan-polesan fitur baru, tentu harus dipikirkan oleh Google, termasuk mencari mitra-mitra lainnya untuk membangun citra brand bersama.

Baca juga artikel terkait GOOGLE atau tulisan lainnya dari Ahmad Zaenudin

tirto.id - Teknologi
Reporter: Ahmad Zaenudin
Penulis: Ahmad Zaenudin
Editor: Suhendra