Menuju konten utama

Saatnya Memasukkan Pemeriksaan Otak dalam Paket Medical Check Up

Menurut dr. Ryan Rhiveldi Keswani, pemeriksaan otak seharusnya menjadi bagian wajib dari semua paket medical check up di Indonesia.

Saatnya Memasukkan Pemeriksaan Otak dalam Paket Medical Check Up
dr. Ryan Rhiveldi Keswani. tirto.id/Eggy Hadian

tirto.id - Saat Anda melakukan medical check up rutin, dokter akan memeriksa jantung, darah, fungsi ginjal, hingga fungsi hati. Namun, ada satu organ vital yang hampir selalu luput dari pemeriksaan: otak. Padahal, otak adalah pusat komando seluruh tubuh yang mengendalikan segalanya, mulai dari detak jantung hingga memori tentang mantan.

Dokter spesialis bedah saraf di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional, dr. Ryan Rhiveldi Keswani, menyoroti kekosongan krusial ini. Menurutnya, pemeriksaan otak seharusnya menjadi bagian wajib dari semua paket medical check up di Indonesia.

“Hampir semua medical check up pasti periksa jantung, pasti periksa organ-organ lain. Satu-satunya organ yang tidak diperiksa (adalah) otak,” ujar dr. Ryan saat diwawancarai Tirto dalam program Kueri di kanal YouTube Tirto.id.

Gagasan ini bukan tanpa alasan kuat. Deteksi dini masalah pada otak dapat menyelamatkan nyawa dan mencegah kecacatan permanen, yang pada akhirnya juga meringankan beban negara.

Tumor Sebesar Separuh Kepala & Stroke di Usia Muda

Dalam praktiknya sehari-hari, dr. Ryan sering kali berhadapan dengan pasien yang datang dalam kondisi sudah parah. Ia mencontohkan kasus pasien tumor otak yang baru mencari pertolongan ketika tumornya sudah mengambil separuh rongga kepala.

“Bisa ditolong, tapi enggak mungkin orang ini tanpa kecacatan, kan?” tegasnya.

Pasien seperti ini, yang sering kali merupakan tulang punggung keluarga (breadwinner), akhirnya tidak bisa lagi produktif dan membayar pajak, justru menjadi beban bagi negara.

Ini adalah skenario tragis yang sebetulnya bisa dihindari. Banyak tumor jinak di otak yang jika diketahui lebih awal dapat diatasi tanpa menyebabkan kecacatan sama sekali.

dr Ryan Rhiveldi Keswani dan Pemimpin Redaksi Tirto.id Rachmadin Ismail dalam program Kueri.

dr Ryan Rhiveldi Keswani dan Pemimpin Redaksi Tirto.id Rachmadin Ismail dalam program Kueri | Foto: Eggy Hadian/Tirto.id

Selain tumor, ancaman lain yang mengintai adalah stroke. Di Indonesia, tren usia penderita stroke semakin muda, bahkan banyak yang mengalaminya di usia 50-an. Pemeriksaan otak rutin bisa menjadi langkah preventif untuk mengidentifikasi risiko stroke lebih dini.

Jika pemerintah serius ingin menekan angka kecacatan dan meningkatkan kualitas hidup warganya, mewajibkan pemeriksaan otak dalam medical check up adalah langkah strategis yang harus segera diambil.

Miskonsepsi Seputar Otak: Alasan Edukasi Mendesak

Dorongan untuk kebijakan ini juga relevan dengan banyaknya miskonsepsi seputar otak yang beredar di masyarakat. Salah satu yang paling umum adalah anggapan bahwa pikun atau demensia adalah hal wajar bagi orang tua.

“Prinsipnya, otak kalau enggak dipakai jadi berkurang fungsinya. Ya, berarti harus dipakai terus,” jelas dr. Ryan.

Menurutnya, belajar adalah proses seumur hidup. Aktivitas sederhana seperti mengisi Teka-Teki Silang (TTS) atau Sudoku terbukti bisa menjadi latihan otak yang efektif untuk memperlambat proses demensia. Ini menunjukkan betapa pentingnya menjaga kesehatan otak secara proaktif, bukan hanya pasrah pada penuaan.

dr Ryan Rhiveldi Keswani

dr. Ryan Rhiveldi Keswani. tirto.id/Eggy Hadian

Miskonsepsi lain yang keliru adalah soal multitasking. Banyak orang merasa hebat bisa mengerjakan banyak hal sekaligus, padahal praktik ini membebani area depan otak (prefrontal cortex) secara berlebihan. Akibatnya, otak cepat lelah, kualitas pekerjaan menurun, dan dalam jangka panjang bisa terkait dengan depresi.

Solusinya sederhana: monotasking atau mengerjakan satu hal satu per satu, dibantu dengan daftar prioritas.

Dengan masifnya informasi yang salah, edukasi publik yang didukung oleh kebijakan konkret menjadi sangat penting. Pemeriksaan otak rutin bisa menjadi pintu masuk untuk meningkatkan kesadaran (awareness) masyarakat akan pentingnya menjaga "pusat komando" mereka.

Berapa Biayanya? Investasi Jangka Panjang yang Sebanding

Lantas, berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk pemeriksaan otak?

Diperkirakan, kata dr. Ryan, biaya MRI kepala berkisar antara Rp3 juta hingga Rp7 juta, tergantung jenis alatnya. Angka ini mungkin terdengar mahal bagi sebagian orang, namun nilainya menjadi tidak seberapa jika dibandingkan dengan biaya pengobatan tumor, stroke, atau biaya perawatan jangka panjang akibat kecacatan.

Pemeriksaan ini adalah investasi untuk deteksi dini. Penindakan yang lebih cepat dan lebih awal tidak hanya menyelamatkan fungsi tubuh, tetapi juga jauh lebih hemat dari segi biaya.

Sudah saatnya pemerintah mengubah paradigma. Kesehatan otak tidak boleh lagi dianaktirikan. Mewajibkan skrining otak dalam medical check up adalah langkah nyata untuk membangun generasi yang lebih sehat, produktif, dan cerdas. Ini bukan lagi soal pilihan, melainkan sebuah keharusan.

Baca juga artikel terkait KESEHATAN atau tulisan lainnya dari Rachmadin Ismail

tirto.id - GWS
Penulis: Rachmadin Ismail