tirto.id - Laut merupakan tempat favorit Susi Pudjiastuti untuk tetirah, retreat dari kesibukan dan melepas lelah maupun beban pikiran. Susi mengaku setidaknya sebulan sekali ia pergi ke laut.
"Warna biru, sinar mataharinya membuat saya merasa damai. Suara ombaknya menenangkan."
Sejak kecil, Susi memang sudah akrab dengan laut. Lahir di pesisir Pangandaran, Jawa Barat, Susi berinteraksi dengan pantai, laut, ikan dan para nelayan sejak usianya masih belia.
Melihat laut menjadi cara Susi untuk menenangkan diri, selain menyendiri minum kopi, membaca buku, dan mendengarkan alunan musik. Semua itu membantu Susi melepaskan tekanan, dan lebih jernih untuk berpikir.
Susi bilang demikian setelah Sophia Latjuba bertanya tentang bagaimana pemilik maskapai Susi Air tersebut melepas beban karena masalah maupun kesibukan.
Sophia dan Susi berbincang satu meja dalam acara Dinner With di Mola TV. Kedua perempuan ini bertemu di rumah mantan Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) tersebut.
Ditemani 4 buku, sebuah akuarium dengan ikan berwarna-warni, dan menu makan malam olahan Chef Wike, keduanya membicarakan banyak hal, termasuk kehidupan pribadi Susi.
Dinner With merupakan talkshow dengan format tak biasa. Dikemas berupa percakapan tamu dan host dalam acara makan malam berdua, Dinner With memperlihatkan bagaimana saat sepasang teman membicarakan hal-hal pribadi dengan nuansa kedekatan personal.
Sejumlah episode Dinner With Season 1 kini bisa disaksikan di Mola TV. Selain Sophia, Julie Estelle dan Dian Sastrowardoyo juga terlibat dalam acara ini sebagai host.
Tamu-tamu yang datang dalam Dinner With merupakan pesohor dari berbagai generasi. Di antara mereka ada Ernest Prakasa, Iwan Fals, Susi Pudjiastuti hingga Jerinx SID.
Perempuan dalam Pandangan Susi Pudjiastuti
Susi Pudjiastuti mengaku pernah tidak bicara dengan bapaknya selama 2 tahun. Bapaknya kecewa karena pada usia baru 17 tahun, Susi membikin keputusan nekat: berhenti sekolah.
Perempuan kelahiran Pangandaran, 15 Januari 1965 tersebut memutuskan keluar dari sekolah saat berada di kelas 2 SMAN 1 Yogyakarta. Selama di sekolah, Susi mengaku tidak bahagia dan kerap gelisah.
"Masalah ada di saya, bukan di sekolah," ujar Susi.
"Banyak hal yang membuat saya gelisah. Saya lantas membaca banyak buku, dan mengunjungi sejumlah tempat."
Susi mengatakan ia sebenarnya memiliki kedekatan dengan bapaknya. Oleh karena sulit menerima keputusan putrinya berhenti sekolah, tapi tidak mau pula memaksakan kehendak, bapak Susi lalu memutuskan lebih baik diam.
Dia mengakui keputusan tersebut bukan sesuatu yang mudah. Meski begitu, ketika Sophia Latjuba bertanya soal apa keputusan di masa lalu yang disesalinya, Susi tegas menjawab: tidak berhenti sekolah lebih awal.
Bagi Susi, kebebasan mengambil keputusan dan bertindak bukan cuma milik laki-laki. Menurut dia, perempuan pun bisa independen membuat keputusan dan bebas menentukan jalan hidupnya.
"Itulah pelajaran yang sangat baik dari orang tua saya. Perempuan dan laki-laki setara. Memang ada perbedaan dalam hal penampilan fisik. Namun, dalam hal belajar, bekerja, berbuat sesuatu, tidak mungkin ada bedanya, karena kita semua sama sebagai manusia," kata Susi.
Satu prinsip dipercaya oleh Susi sepanjang kariernya sebagai pengusaha maupun pejabat negara. Setiap orang, kata dia, perlu merasa percaya diri pada kemampuan sendiri. Sebab, hal itu dapat menciptakan kebulatan tekad untuk mencapai tujuan.
Susi tak suka disebut keras kepala. Namun, dia mengakui keras kepala juga ada gunanya untuk membuat seseorang berhasil mencapai tujuan. Hanya saja, ia bilang, keras kepala perlu diimbangi dengan cara berpikir logis.
Perjalanan hidup Susi memang berliku. Mengutip laporan Tirto, selepas memutuskan berhenti dari sekolah, Susi pulang ke Pangandaran pada 1983.
Ia lantas menjual barang-barang miliknya, termasuk perhiasan, sebagai modal. Terkumpul uang sebesar Rp750 ribu yang digunakan Susi untuk memulai usaha menjadi pengepul ikan. Ia juga sempat berjualan bed cover.
Usaha mengepul ikan yang dilakoni Susi di Pangandaran mulai menampakkan hasilnya, dua tahun kemudian. Pada 1985, ia lantas pindah ke Cirebon untuk mengembangkan usaha. Dari Cirebon, ia menjual ikan dan udang ke Jakarta.
Bisnis itu berkembang pesat. Tahun 1996, Susi berhasil mendirikan pabrik pengolahan ikan, PT ASI Pudjiastuti Marine Product. Produk andalannya lobster dengan merk “Susi Brand”, yang dipasarkan hingga ke mancanegara.
Lantaran pesanan makin banyak dan diperlukan sarana transportasi cepat buat menjaga kesegaran ikan maupun lobster yang dijualnya, pada 2004 Susi membeli pesawat Cessna Caravan seharga Rp20 miliar. Ternyata, langkah itu menginspirasi Susi untuk mendirikan maskapai penerbangan PT ASI Pudjiastuti Aviation (Susi Air) pada tahun yang sama.
Hingga tahun 2012, Susi Air telah memiliki 50 unit pesawat terbang dengan 185 orang pilot yang sebagian besar merupakan pilot asing berpengalaman. Sejak tahun ini pula, Susi Air melayani 200 penerbangan perintis.
Susi Pudjiastuti dan Politik
Susi tertawa setelah Sophia bertanya apakah ia mau menjadi Presiden RI. Menurut Susi, menjadi presiden adalah suatu hal yang tidak mungkin bagi dirinnya. Mengapa?
"Bagaimana mungkin, saya bukan politisi," jawab Susi saat berbicara dalam acara Dinner With di Mola TV.
Susi menganggap politik, yakni dalam konteks perebutan kekuasaan, merupakan hal buruk yang ia jauhi. Itulah kenapa, dirinya tak berminat bergabung dengan partai politik mana pun. Susi merasa tidak cocok dengan budaya politik di Indonesia.
Sikap politik para elite di tanah air perlu diubah, katanya. Menurut Susi, transparansi dan integritas merupakan hal paling penting yang perlu segera dihadirkan di panggung politik tanah air.
Lima tahun menjadi menteri mungkin sudah cukup bagi Susi untuk memahami bagaimana hitam-putih perpolitikan di dalam negeri.
Selama memimpin KKP, Susi mengeluarkan banyak keputusan berani. Salah satunya memberantas pencurian ikan di laut nusantara. Susi sampai identik dengan ucapan "tenggelamkan" karena kerap memerintahkan penenggelaman kapal-kapal asing pencuri ikan.
Di tengah banjir protes dan tekanan, ia pun mendorong pelarangan pemakaian cantrang sebagai alat tangkap nelayan demi melindungi keberlanjutan sumber daya ikan laut Indonesia.
Susi bukan tidak menghadapi banyak risiko dan tekanan. Dalam wawancara bersama Tirto pada 2017 lalu, Susi mengatakan ia mendapat penambahan pengawalan atas perintah Presiden Jokowi.
Tidak hanya soal politik dan independensi perempuan yang dibicarakan oleh Susi dan Sophia dalam Dinner With.
Mereka juga membahas cara Susi memandang kebahagiaan, keluarga, karier dan hal-hal lainya di dalam kehidupannya. Pemirsa bisa melihat obrolan Susi dan Sophia selengkapnya di Mola TV.
Editor: Agung DH