tirto.id - Sebelum orang-orang bule asal Amerika Serikat datang ke Hawaii, pulau indah di Pasifik ini adalah kerajaan merdeka. Dari pulau subur ini pula, Amerika Serikat mendatangkan gula. Bule-bule pertama adalah rombongan kapal Inggris, HMS Resolution, pimpinan Kapten James Cook pada 10 Januari 1778.
Menurut buku Hawaii's Royal History (1987) yang ditulis Helen Wong dan Ann Rayson, Kapten Cook memperkirakan, kala itu jumlah penduduk pribumi Hawaii mencapai 300 ribu. Belakangan, menurut misionaris yang kemudian masuk ke Hawaii jumlah pribumi turun menjadi 140 ribu. Lalu pada 1853, berdasar sensus pemerintah jumlahnya hanya 70 ribu saja.
Suku-suku di Hawaii disatukan di bawah Raja Kamehameha pada 1810. Awalnya, gula menjadi komoditas yang memakmurkan Hawaii. Sebagai kerajaan, ia punya hubungan luar negeri dengan negara lain, misalnya: Amerika Serikat (1826), Inggris (1836), Prancis (1839), Denmark (1846), Hamburg (1848), Swedia dan Norwegia (1852), Tahiti (1853), Bremen (1854), Belgia dan Belanda (1862), Italia dan Spanyol (1863), Konfederasi Swiss (1864), Rusia (1869), Jepang (1871), New South Wales (1874), Portugal (1882), Hong Kong (1884), dan Samoa (1887).
Orang-orang Amerika Serikat banyak masuk, mulai dari sebagai misonaris hingga pengusaha gula. Pelan-pelan kuasa raja-raja Hawaii setelah Kamehameha pun terpangkas oleh sistem monarki konstitusional yang begitu mesra dan menguntungkan pengusaha-pengusaha liberal pada 1887.
Menurut Claudia Gold dalam Queen, Empress, and Concubine (2010), kemakmuran Hawaii lalu terganggu oleh kebijakan Undang-undang Tarif McKinley pada 1890 yang menetapkan tarif tinggi pada gula import yang masuk ke Amerika. Pembelian gula dari Hawaii pun menurun demi melindungi produsen gula Amerika.
Selanjutnya pada 17 Januari 1893, armada Angkatan Laut Amerika USS Boston beserta Marinir Amerika dan kapal swasta lainnya mendarat di Hawaii. Menteri Amerika Serikat John L. Stevens mendarat juga di Honolulu Harbor bersama dengan pengusaha Amerika Serikat dan Eropa.
Kerajaan Hawaii pun dikudeta oleh pengusaha-pengusaha Amerika. Tak lupa dengan bantuan armada Angkatan Laut dan Marinir Amerika Serikat pula.
Hawaii segera “diamankan” alias “dilindungi” oleh Amerika Serikat. Pada 7 Juli 1898, Amerika Serikat melalui Kongres-nya mencaplok Hawaii secara sepihak menjadi negara bagian ke-50 melalui resolusi yang ditandatangani oleh Presiden William McKinley.
Kelompok liberal yang dianggap sebagai “Gerakan Reformis” yang ditunggangi oleh Sanford Dole ada di belakang “pengamanan” Hawaii oleh Amerika itu. Dole adalah anak misionaris Amerika di Hawaii; pengacara lulusan Amerika Serikat yang juga dikenal sebagai cukong gula. Dia punya sepupu yang dikenal sebagai Raja Nanas di Hawaii.
Ratu Lili'uokalani yang dimakzulkan berusaha keras mengembalikan eksistensi Hawaii yang dicaplok orang-orang macam Dole. Dia menaruh harap para Presiden Amerika Serikat, meski dikecewakan oleh menteri-menteri Amerika Serikat ketika dirinya mendatangi ibukotanya.
“Ketika (Presiden Amerika) Grover Claveland mengetahui mayoritas penduduk Hawaii menentang kudeta, ia menentang pencaplokan dan meminta kedudukan Sang Ratu dikembalikan. Dole dan pemerintahan sementaranya mengabaikannya; pada 1894 mereka memproklamasikan Republik Hawaii Merdeka. Lili'uokalani pun sia-sia memprotes ke Amerika Serikat dan Inggris tetapi ia diabaikan; republik baru diakui oleh negara-negara asing,” tulis Claudia Gold.
Tahun berikutnya, 1894, sang ratu merancang sebuah plot pemberontakan di Hawaii. Sayangnya, aksinya gagal dan dia pun jadi tahanan rumah di rumahnya, yang bekas Istana Kerajaan Hawaii. Tak lupa dia dipaksa mengakui Sanford Dole sebagai kepala negara Hawaii.
Hingga kematiannya di tahun 1917, Ratu Liliʻuokalani yang termakzulkan itu pun terus berusaha mencari dukungan demi mengembalikan kerajaan Hawaii. Ketimbang mendengar permintaan dukungannya untuk kebangkitan Kerajaan Hawaii, orang-orang di belahan dunia lain termasuk orang-orang Amerika Serikat malah lebih suka mendengarkan lagu gubahan Ratu Lili'uokalani.
Lagu itu, ditulis tahun 1898, hampir bersamaan dengan dicaploknya Hawaii secara lebih sempurna lagi oleh Amerika Serikat. “Aloha ʻoe” dianggap sebagai lagu perpisahan yang sedih. Satu versi menyebut, jauh sebelum dirilis 1898, lagu ini pernah dinyanyikan Ratu Lili'uokalani ketika mengunjungi Amerika Serikat pada 1877-1878. Lagu ini tercipta ketika sang ratu menyaksikan sepasang kekasih saling berucap selamat tinggal di bawah cahaya bulan.
Lagu yang bagian awalnya mirip lagu “The Lone Rock by the Sea” ini pernah dinyanyikan oleh penyanyi pop sohor macam Elvis Presley atau Andy Williams. Tentu juga oleh penyanyi berdarah Hawaii yang biasa membawakan lagu-lagu Hawaiian macam Israel Kamakawiwoʻole. Di Indonesia, Hoegeng Imam Santoso, Kapolri periode 1967-1971 yang terkenal jujur itu, pernah membawakannya juga.
Menurut Claudia Gold, lagu “Aloha'oe” pun jadi simbol atau gambaran apa yang Ratu Lili'uokalani rasakan ketika negaranya dicaplok Amerika Serikat. Orang-orang di masa kini lebih banyak tahu tentang keindahan Hawaii ketimbang sejarah Hawaii diduduki Amerika. Soal Kamehameha, generasi pembaca dan penonton Dragon Ball mengingatnya sebagai jurus sakti sang tokoh utama, Son Goku.
Editor: Maulida Sri Handayani