Menuju konten utama

Riset Baru: Obesitas Tingkatkan Risiko Kematian pada Pasien Corona

Hasil studi menyatakan, orang dengan obesitas berada pada risiko rawat inap akibat COVID-19 sebanyak 113 persen lebih tinggi.

Riset Baru: Obesitas Tingkatkan Risiko Kematian pada Pasien Corona
Ilustrasi Obesitas. SHUTTERSTOCK

tirto.id - Sebuah penelitian mengungkap adanya dampak lebih lanjut pada efektifnya vaksin virus COVID-19 terhadap penderita obesitas sebagaimana dikutip dari situs Universitas Carolina Utara.

Dalam penelitian tersebut, para ahli memeriksa literatur yang telah diterbitkan sebelum-sebelumnya, untuk menemukan hubungan obesitas dan infeksi virus Corona baru.

Hasilnya, orang-orang yang menderita obesitas berada pada risiko rawat inap akibat COVID-19 sebanyak 113 persen lebih tinggi, 74 persen lebih mungkin dirawat secara intensif, dan memiliki 48 persen risiko kematian yang lebih tinggi akibat virus yang menyerang paru-paru tersebut.

Pada penelitian yang dipimpin oleh profesor Barry Popkin dari Departemen Nutrisi UNC Gillings School of Global Public Health tersebut, menyatakan, individu dengan obesitas dikaitkan dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas yang signifikan akibat COVID-19. Bahkan, vaksin virus yang saat ini sedang dikembangkan dinilai kurang efektif bagi penderita obesitas yang terserang virus.

Perubahan metabolisme tubuh seperti resistensi insulin dan peradangan yang disebabkan oleh obesitas akan menyulitkan individu untuk melawan infeksi yang terjadi di dalam tubuhnya. Hal tersebut juga dapat dilihat pada penyakit menular lainnya seperti influenza dan hepatitis.

Sepanjang masa infeksi terjadi, glukosa serum yang tidak terkontrol yang umum terjadi pada penderita hiperglikemia, dapat merusak sel yang berfungsi untuk kekebalan tubuh.

“Semua faktor dapat mempengaruhi metabolisme sel kekebalan, yang menentukan bagaimana tubuh merespons patogen, seperti virus Corona SARS-CoV-2,” ungkap Melinda Beck, profesor nutrisi di UNC Gillings School of Global Public Health yang juga turut andil dalam penelitian tersebut.

“Orang dengan obesitas juga lebih mungkin mengalami penyakit fisik sehingga perlawanan terhadap penyakit ini juga lebih sulit seperti sleep apnea yang meningkatkan hipertensi paru, atau indeks massa tubuh yang meningkatkan kesulitan di rumah sakit dengan intubasi,” lanjutnya.

Penelitian lain yang dipublikasikan dalam jurnal World Medical and Health Policypun menemukan adanya hubungan signifikan secara statistik antara prevalensi obesitas yang tidak wajar dan kasus kematian akibat COVID-19.

Dengan adanya bukti-bukti tersebut, para ahli menyarankan bahwa temuan tersebut dapat digunakan untuk mengidentifikasi sumber daya yang dibutuhkan untuk pasien obesitas yang tidak sehat dan melakukan kebijakan mitigasi.

“Praktisi kesehatan dan pembuat kebijakan perlu memahami pengaruh obesitas yang tidak wajar terhadap hasil negatif COVID-19 untuk merespons penyakit ini, dan penyakit menular serupa yang muncul di masa depan,” kata Dr. Kevin Curtin, profesor geografi UA.

Obesitas sendiri telah dikaitkan dengan banyak faktor risiko yang mendasari COVID-19 termasuk hipertensi, penyakit jantung, diabetes tipe dua, dan penyakit ginjal dan hati kronis.

Di sisi lain, obesitas juga diketahui dapat meningkatkan risiko infeksi saluran pernapasan dan menghambat fungsi paru-paru. Tak hanya itu, terdapat pola yang muncul dalam pengobatan pasien COVID-19 bahwa obesitas adalah masalah yang menyebar luas dan terkait dengan hasil kesehatan negatif.

Orang-orang yang menderita obesitas dan terserang infeksi COVID-19 pun lebih memerlukan ventilator pada penanganan infeksi COVID-19 dibandingkan pasien yang tidak menderita obesitas.

Baca juga artikel terkait OBESITAS atau tulisan lainnya dari Dinda Silviana Dewi

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Dinda Silviana Dewi
Penulis: Dinda Silviana Dewi
Editor: Alexander Haryanto