tirto.id - Seseorang yang terpapar virus corona COVID-19, umumnya akan menunjukkan gejala seperti sesak napas, batuk, demam, kehilangan indra penciuman, dan beberapa gejala lainnya. Namun, pada kasus tertentu, ada juga orang yang tidak menunjukkan gejala apapun sama sekali, meski telah terpapar corona.
Meski tanpa gejala dan keluhan berarti, pasien asimtomatik COVID-19 atau yang biasa disebut Orang Tanpa Gejala (OTG) harus tetap meningkatkan daya tahan tubuh untuk melawan virus yang ada di dalam dirinya.
Selain mengonsumsi makanan sehat, olah raga, dan tidur yang cukup, mereka juga perlu mengonsumsi suplemen vitamin. Pasien juga OTG harus melakukan isolasi mandiri selama 10-14 hari sejak terkonfirmasi positif.
Isolasi mandiri ini wajib diterapkan dengan disiplin, kata dr. Reisa Broto Asmoro dari Satuan Tugas Penanganan (Satgas) COVID-19.
Dilansir dari lamanHealtheuropa.eu, menurut sebuah laporan terbaru, suplemen makanan yang mengandung mikronutrien dan vitamin C dan D adalah cara yang aman, murah, dan efektif untuk membantu sistem kekebalan melawan COVID-19 penyakit saluran pernapasan akut lainnya.
Penelitian ini dilakukan oleh Adrian Gombart dari Institut Linus Pauling Universitas Negeri Oregon (OSU) dan kolaborator di Universitas Southampton (Inggris), Universitas Otago (Selandia Baru) dan Pusat Medis Universitas (Belanda), dan temuannya telah dipublikasikan di jurnal Nutrients.
Sementara itu, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), orang-orang yang terkena COVID-19 namun tidak menunjukkan gejala menjadi penyebab sebagian besar penyebaran penyakit yang disebabkan virus SARS-CoV-2 itu.
"Kebanyakan infeksi SARS-CoV-2 disebarkan oleh orang-orang tanpa gejala," kata CDC seperti dilansir dari Health, Kamis (26/11/2020).
CDC memperkirakan lebih dari 50 persen dari semua infeksi ditularkan dari orang yang tidak menunjukkan gejala dan ini artinya setengah dari infeksi baru berasal dari dari orang yang mungkin tidak menyadari dirinya bisa menularkan virus ke orang lain.
Inilah alasan masker termasuk yang berbahan kain menjadi penting untuk memperlambat penyebaran COVID-19.
Benda ini bisa menghentikan orang yang terinfeksi menyebarkan virus dan melindungi pemakainya terkena tetesan pernapasan orang lain.
Oleh karena itu, selain harus menerapkan protokol kesehatan dan isolasi mandiri di rumah, pasien OTG juga harus tetap menjaga pola makan dan mengonsumsi suplemen.
Berikut ini, rekomendasi sumber vitamin C dan D untuk menjaga daya tahan tubuh.
Berbicara vitamin yang Anda butuhkan untuk menjaga sistem kekebalan, maka setidaknya ada dua jenis yang perlu Anda cukupi kebutuhannya yakni vitamin C dan D.
"Jika Anda kekurangan vitamin D, maka berdampak pada kerentanan Anda terhadap infeksi. Saya tidak keberatan merekomendasikan (vitamin D)," kata direktur National Institute of Allergy and Infectious Diseases, Anthony Fauci.
"Vitamin lainnya, vitamin C karena tergolong antioksidan yang baik dan jika Anda ingin mengonsumsinya satu gram atau lebih, maka itu tidak masalah," imbuh dia.
Peneliti senior di Johns Hopkins Center for Health Security, Amesh A. Adalja kepada Health mengatakan, ada bukti Vitamin D memang membantu melawan infeksi pernapasan.
Vitamin D larut dalam lemak dan secara alami ada dalam beberapa makanan, seperti ikan berlemak, hati sapi, keju, dan kuning telur, menurut National Institutes of Health Office of Dietary Supplements (NIH). Vitamin ini diproduksi di dalam tubuh ketika sinar UV dari matahari mengenai kulit dan memicu apa yang dikenal sebagai sintesis vitamin D.
Vitamin C dan D bisa didapatkan dari makanan. Vitamin C misalnya bisa didapatkan dari jambu biji, kiwi, jeruk, cabai, paprika, brokoli, bayam. Sementara vitamin D dapat diperoleh dari telur, ikan, susu/bahan makanan yang sudah terfortifikasi dan jamur.
Sumber vitamin D juga bisa berasal dari sinar matahari. Dalam pengolahan makanan yang mengandung kedua vitamin ini, Raissa menyarankan metode kukus untuk menjaga kandungan vitaminnya.
Selain itu, sebaiknya Anda memperhatikan waktu dan suhu memasaknya. "Jangan memasak sumber makanan terlalu lama. Perhatikan suhu memasak, jangan terlalu tinggi, dan sebaiknya makanan tersebut tidak dipanaskan berulang kali," tutur dia.
Khusus untuk vitamin C, karena sifatnya larut dalam air, maka makanlah sup atau kuah dari sumber makanan tersebut. Jika Anda mengonsumsi makanan berupa buah, segeralah mengonsumsinya setelah dipotong atau jika Anda menjadikannya bagian dari infused water atau jus, sebaiknya konsumsilah maksimal dalam waktu 2 jam di suhu ruangan.
Lalu, bagaimana dengan suplemen vitamin C dan D? Menurut Raissa, untuk memastikannya, sebaiknya konsultasikan dengan dokter karena ini berhubungan dengan kondisi kesehatan masing-masing orang, termasuk berat badannya.
-------------------
Artikel ini diterbitkan atas kerja sama Tirto.id dengan Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB).
Editor: Agung DH