Menuju konten utama

Rekomendasi Film di Mola TV Garapan Sineas Prancis Luc Besson

Sejumlah film yang lahir dari tangan dingin Luc Besson, baik sebagai sutradara, penulis naskah, atau produser, bisa disaksikan di Mola TV.

Rekomendasi Film di Mola TV Garapan Sineas Prancis Luc Besson
Kumpulan Film Mola TV. foto/mola.tv

tirto.id - Publik di Indonesia mungkin tidak asing dengan beberapa film populer garapan Luc Besson, senias asal Prancis yang sudah aktif di industri sinema sejak awal 1980-an. Mola TV telah menghadirkan Luc Besson ini dalam acara Mola Living Live, Jumat malam (23/10/2020).

Pria kelahiran 18 Maret 1959 itu tercatat sudah terlibat dalam produksi lebih dari 80-an film. Dalam produksi puluhan film, Besson berperan sebagai produser, sutradara, penulis naskah, atau seringkali perpaduan antara dua dan bahkan ketiganya. Namun, ia lebih sering merangkap posisi sebagai produser dan penulis naskah.

Besson pun pernah berperan sebagai aktor, selain juga penulis naskah atau sutradara. Misalnya, di film The Big Blue (1988), Taxi 2 (2000), dan Lucy (2014), meski tidak memainkan peran penting.

Film-film garapan Besson kerap dibuat dengan tempo cepat, bergaya unik, dan tak jarang menelan dana produksi besar. Pecinta film di Indonesia tentu tidak asing dengan Taken dan sekuelnya, Taxi yang dibuat sampai lima edisi, Transporter, Ong-Bak: Muay Thai Warrior, Hitman dan lainnya. Di film-film laga tersebut, Besson minimal berperan sebagai produser.

Karya-Karya Luc Besson dan Jejak Kariernya

Debut Besson di industri sinema dimulai pada 1981. Tahun itu ia menyutradarai sekaligus menulis skenario L'avant Dernier, film pendek yang mengisahkan perjuangan manusia usai bencana besar melanda dunia. Cerita yang mirip lantas diadaptasi dalam Le Dernier Combat (1983), film panjang pertama yang disutradarai Besson sendiri. Di dua film itu, Besson juga menempati posisi produser.

Besson sudah merintis rumah produksi miliknya sendiri sejak 1980, yakni Les Films du Loup, dan kemudian menjadi Les Films du Dauphin. Dua rumah produksi lantas digantikan oleh Europa Corp, perusahaan yang dibentuk oleh Besson bersama kolega lamanya, Pierre-Ange Le Pogam.

Nama Besson mulai menarik perhatian setelah La Femme Nikita (1990) berhasil menembus pasar dunia. Merangkap posisi sutradara, penulis naskah, dan produser, Besson membuat film tentang perempuan cantik yang berprofesi sebagai agen pembunuh mematikan itu sukses memikat jutaan penonton di Eropa maupun AS, hingga dua kali diadaptasi menjadi serial.

Sineas yang dikaitkan dengan gerakan Cinéma du look, yakni gaya visual sangat spesifik era 1980-90an, tersebut pernah meraih penghargaan sutradara terbaik di festival film Prancis, César Award, berkat film fiksi ilmiah The Fifth Element (1997). Film yang dibintangi oleh Bruce Willis itu sangat populer di Prancis, meraih 1 nominasi Oscar, serta memenangkan satu kategori penghargaan dari BAFTA Awards.

Setelahnya, puluhan film lahir dari tangan dingin Besson, sebagian meraih popularitas tinggi. Film-film besutan Besson pun dinilai memberikan warna baru dalam industri sinema Holywood.

Besson digambarkan sebagai "Sineas Prancis yang paling Hollywood." Penulis The New York Time, Jaime Wolf pernah menyebut, sejumlah film bergaya Hollywood garapan Besson telah mengangkat karya sinema Prancis ke level dunia, sekaligus tetap memiliki karakter unik khas Eropa.

Kreativitas Besson dalam menulis naskah, seperti di film The Transporter (2002) yang menyajikan aksi ala James Bond, dan District 13 (2004) yang mengadopsi gaya aksi ala sinema Hongkong, pun berhasil menyajikan sesuatu yang membikin banyak penggemar film dunia tersentak.

Pengemar film di Indonesia bisa menyimak kisah perjalanan hidup dan karier Luc Besson, melalui acara Mola Living Live di Mola TV. Wawancara dengan Besson bakal disiarkan langsung oleh Mola TV pada Jumat, 23 Oktober 2020, mulai pukul 22.00 WIB. Bagi yang tidak sempat menonton Mola Living Live secara langsung, bisa pula menyaksikan siaran ulangnya di Mola TV.

Rekomendasi Film Luc Besson di Mola TV

Mola TV menyediakan koleksi film beragam genre yang bisa dinikmati pelanggan penyedia layanan hiburan multiplatform tersebut. Sejumlah film tanah air dan luar negeri, terutama Hollywood, saat ini sudah bisa ditonton di Mola TV.

Film-film dari genre laga, drama, horor, komedi, hingga dokumenter dapat dinikmati para pemirsa Mola TV. Ada juga sejumlah film yang pernah merajai Box Office pada abad 20 dan 21.

Di antara film-film tayangan di Mola TV, ada pula karya yang lahir dari kreativitas Luc Besson, baik sebagai sutradara, penulis naskah, produser, atau perpaduan ketiganya. Berikut ini sinopsis singkat tiga film besutan Luc Besson yang sudah bisa ditonton di Mola TV.

Film Taken 2

Taken dan 2 sekuel lanjutannya termasuk di antara film-film yang diproduksi, dengan Luc Besson beperan jadi penulis naskah sekaligus produser. Dalam Taken 2 (2012), yang sudah bisa ditonton di Mola TV, Besson menulis naskah bersama Robert Mark Kamen. Dia mempercayakan pembuatan Taken 2 kepada sutradara Olivier Megaton, yang pernah menggarap Transporter 3 (2008).

Sebagaimana edisi pertama, Taken 2 masih memperlihatkan aksi Liam Nesson, yang memerankan tokoh Byan Mills, melawan puluhan penjahat kakap seorang diri. Adegan perkelahian dan tembak-menembak yang berjibun, disertai plot menegangkan, tersaji dalam Taken 2.

Setelah melewati peristiwa penculikan tragis, Bryan dan putrinya, Kim (Maggie Grace), berupaya kembali hidup normal di Los Angeles. Namun, jika Kim sebagai korban penculikan sudah berhasil melepas trauma, Bryan belum bisa lega dan selalu mengkhawatirkan putrinya.

Di sisi lain, Kim tinggal bersama ibunya, Lenore (Famke Janssen), yang menikah dengan suami baru. Namun, Lenore tidak bahagia dengan kehidupan rumah tangganya yang baru.

Kegagalan mempertahankan rumah tangga sebab kesibukan pekerjaan sebagai agen intelijen AS juga membikin Bryan terus dihantui rasa bersalah. Maka, saat ia mendapatkan pekerjaan sebagai penjaga keamanan sementara untuk pengusaha Arab kaya raya di Istanbul, Turki, Bryan mengajak mantan istri dan putrinya ikut untuk berlibur demi membahagiakan mereka.

Tapi, tanpa disadari oleh Bryan, sekelompok gangster bengis dari Albania sedang mengincar ia dan keluarganya. Gangster asal kota Tropojë itu dipimpin oleh Murad Krasniqi (Rade Serbedzija), yang menyimpan dendam, karena Bryan telah membunuh Marko. Terlibat dalam penculikan Kim di film Taken edisi pertama, putra Murad tersebut tewas mengenaskan di tangan Bryan.

Kesempatan membalas dendam akhirnya tiba ketika mereka tahu bahwa Bryan mengajak Lenore dan Kim berlibur ke Turki. Anak buah Murad bahkan berhasil menciduk Lenore, serta membekuk Bryan pula. Alhasil, kali ini justru Kim yang berhasil selamat dan memegang peran penting dalam penyelamatan orang tuanya. Tanpa peran Kim, perlawanan Bryan bisa jadi sia-sia belaka.

Laman Rotten Tomatoes menginformasikan penayangan Taken 2 di AS berhasil meraup pendapatan kasar senilai 139 dolar AS. Para penonton perlu melihat Taken 2 karena di dalamnya ada misteri yang belakangan terungkap dalam sekuel ketiga film ini.

Film Anna

Anna (2019) hadir dengan cerita mirip La Femme Nikita, salah satu film terbaik sekaligus tersukses yang pernah dibuat Besson. Produksi film dengan konteks kisah persaingan antara badan intelijen Amerika Serikat (CIA) dan Rusia (KGB) ini melibatkan Besson sebagai sutradara, penulis skenario, sekaligus produser.

Film ini menceritakan kehidupan seorang gadis muda Rusia, Anna (Sasha Luss) yang berubah 180 derajat pada waktu singkat. Anna semula hanyalah gadis pengangguran yang hidup bersama pacar brengsek. Di tengah kebingungan karena hidup sengsara, Anna menjajal kesempatan mendaftar sebagai anggota Angkatan Laut Rusia. Keputusan Anna tidak terlepas dari latar belakangnya yang lahir dari keluarga tentara.

Di balik keluguan Anna, dan kepasrahannya ditindas sang pacar, Anna sebenarnya adalah sosok jenius. Profilnya menarik perhatian seorang agen KBG, Alex Tchenkov (Luke Evans). Alex menawari Anna bergabung di pelatihan KGB. Selama pelatihan itu, Anna membuktikan, ia bukan perempuan sembarangan.

Namun, saat Alex membawa Anna ke markas KGB, seorang perempuan sepuh petinggi KGB, Olga (Helen Mirren) sempat ragu. Sikap itu mengingat latar belakang Anna sebagai yatim piatu. Hal ini berarti, tidak ada orang dekat yang bisa digunakan oleh KGB untuk "menyandera" hidup Anna, dan memastikan ia benar-benar loyal.

Meski begitu, Olga dan kepala KGB, Vassiliev (Eric Gordon), akhirnya menerima Anna. Keduanya tertarik setelah Anna menunjukkan ia tidak hanya jago berkelahi, tetapi hafal pula di luar kepala karya-karya sastrawan Rusia, seperti Anthon Chekov dan Fyodor Dostoyevsky. Dalam urusan catur, Anna pun meraih nilai 100 persen.

Kontras dengan sesuatu yang membuatnya diterima masuk KGB, pekerjaan utama Anna adalah menghabisi musuh-musuh pemerintah Rusia, baik di dalam maupun luar negeri. Maka, jadilah gadis muda dengan rambut perak serta tubuh semampai itu mesin pembunuh yang mematikan.

Banyak aksi perkelahian dan tembak-menembak yang mengesankan dalam film ini. Kejutan dapat dilihat saat Anna menjalani debutnya. Harus melawan penjahat dengan lusinan pengawal dalam 5 menit saja, Anna justru dibekali atasannya dengan pistol tanpa peluru. Anna terpaksa menghabisi belasan pria menggunakan senjata apa saja yang bisa diraih tangan, termasuk garpu.

Anna kemudian menyusup ke Prancis, dan menjadi model sukses. Namun, kiprah Anna di daratan Eropa segera terendus CIA. Di sisi lain, Anna mulai merasakan kegamangan. Dia terobsesi untuk hidup bebas dan lepas dari profesi agen pembunuh, sesuatu yang tidak diizinkan oleh KGB.

Melalui sejumlah kilas balik dengan periode waktu beragam, disertai plot twist di akhir cerita, film terbaru garapan Luc Besson ini mengisahkan bagaimana Anna terjebak dalam persaingan CIA vs KGB, sekaligus harus melawan dua badan intelijen terkuat di dunia. Film Anna juga bisa dinikmati langsung di Mola TV.

Film A Monster in Paris

Dirilis pada 2011, produksi A Monster in Paris hanya melibatkan Luc Besson sebagai produser. Film animasi 3 dimensi, dengan latar cerita masa awal abad 2020 di Kota Paris tersebut merupakan garapan sutradara Bibo Bergeron.

A Monster in Paris dibuat berdasarkan naskah yang disusun oleh Bibo Bergeron bareng Stéphane Kazandjian. Film musikal animasi 3D ini juga memuat beberapa bagian yang dinukil dari novel Gaston Leroux, The Phantom of the Opera.

Sebagaimana judulnya, film ini bercerita mengenai monster. Dikisahkan, ada bujangan pemalu bernama Emile Petit yang bekerja di bioskop, dan berteman dengan seorang inovator, tapi bekerja pula sebagai supir truk pengiriman barang, yaitu Raoul.

Secara tak disengaja, keduanya berurusan dengan masalah terkait kemunculan sosok monster di Kota Paris. Masalah ini pun lantas menyeret teman masa kecil Raoul, seorang penyanyi kabaret salah satu klub populer di Paris, Lucille.

Alkisah, suatu sore, Raoul mengajak Emile melakukan pengiriman ke Kebun Raya. Oleh karena tak ada profesor di sana, tempat tersebut dijaga asistennya, bekantan bernama Charles. Maka, Raoul pun iseng bereksperimen menguji zat kimia yang bisa menumbuhkan bunga matahari raksasa.

Namun, sebuah insiden terjadi. Meskipun Raoul dan Emile baik-baik saja, belakangan mereka tahu, insiden tersebut membikin seekor kutu di laboratorium membesar tubuhnya sehingga menyerupai manusia. Kutu yang mendadak tubuhnya bengkak belipat-lipat itulah monster yang menghantui warga Paris.

Namun, momentum ini sengaja dimanfaatkan oleh komisaris polisi Victor Maynott. Dia meyakini dengan menangkap monster itu, elektabilitasnya akan meroket di pemilihan Wali Kota Paris. Polisi kaya itu pun mengerahkan segala upaya untuk menangkap si monster.

Meski begitu, monster berupa kutu raksasa tersebut sebenarnya tidak berbahaya. Lucille kemudian mengetahui bahwa si monster sebenarnya sosok makhluk lembut, sekaligus pintar bermusik. Fakta ini lantas diketahui pula oleh Raoul dan Emile.

Keadaan menjadi rumit, karena tiga warga sipil biasa itu harus bersusah payah menyelamatkan si kutu raksasa dari perburuan yang dilakukan oleh komisaris Victor dan anak buahnya.

Bagaimana keseruan kisahnya? Ikuti film A Monster In Paris dengan subtitle bahasa Indonesia di Mola TV.

Baca juga artikel terkait MOLA TV atau tulisan lainnya dari Addi M Idhom

Penulis: Addi M Idhom
Editor: Agung DH