tirto.id - Sekitar 116 orang dinyatakan positif kembali terinfeksi COVID-19 di Korea Selatan. Angka ini naik lebih dari dua kali lipat dari minggu lalu yang mencapai 51 kasus positif kembali.
Korea Selatan mencatat “hanya” ada 25 kasus baru pada Senin, 13 April 2020. Artinya, jumlah kumulatif kasus positif di negeri ginseng itu sudah mencapai 10.537 kasus dan 217 kematian.
Pemerintah Korea Selatan saat ini tengah menginvestigasi penyebab munculnya kasus terinfeksi kembali. Namun alih-alih menduga terinfeksi kembali, Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea Selatan (KCDC) justru menduga virus yang tadinya dianggap sudah hilang tersebut aktif kembali di tubuh pasien.
Ahli lain mengatakan kemungkinan adanya kesalahan dalam tes atau masih ada sisa-sisa virus yang tertinggal dalam tubuh pasien. Rob McBride dari Al Jazeera Korea Selatan mengatakan temuan ini cukup mengkhawatirkan para pejabat di seluruh dunia yang tengah mencoba memahami virus ini.
“Apakah artinya ada masalah dalam pengujian? Atau virus ini bermutasi? Dan masih banyak hal yang tidak diketahui para ahli soal virus ini?”
Sementara itu, Profesor Epidemiologi Penyakit Menular dari Universitas Perth, Australia, Archie Clements mengatakan pada Al Jazeera bahwa adanya kasus positif kembali di Korea Selatan bisa saja disebabkan tidak adanya tes diagnosa yang sempurna. False positive – atau kasus positif palsu sangat lumrah terjadi pada wilayah dengan populasi yang besar.
Namun Clements juga mengatakan bahwa kemungkinan virus itu aktif kembali lebih besar ketimbang pasien terinfeksi ulang.
“Saya pikir sangat kecil kemungkinan orang-orang ini terinfeksi kembali oleh orang lain,” ujar Clements, dikutip dari Al Jazeera.
“Ada banyak bukti yang menunjukkan respon imun yang cukup kuat terhadap infeksi virus Corona yang akan melindungi orang dari terinfeksi kembali selama beberapa waktu tertentu. Hanya saja tidak tahu berapa lama,” imbuh Clements.
Editor: Restu Diantina Putri