Menuju konten utama

Rambut Keriting dan Kaitannya dengan Evolusi Otak Manusia

Semua tekstur rambut mampu memberikan perlindungan dari sinar matahari, tetapi rambut keriting memberikan perlindungan terbaik.

Rambut Keriting dan Kaitannya dengan Evolusi Otak Manusia
Ilustrasi HL Indepth Rambut Keriting. tirto.id/Sabit

tirto.id - Karena lebih mudah ditata, tekstur rambut lurus seringkali lebih disukai ketimbang rambut keriting. Padahal, selain bisa memberikan tampilan yang lebih unik dan menarik, rambut keriting juga bisa memberikan keuntungan lain yang belum banyak diketahui orang.

Sebuah penelitian yang terbit di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences pada awal Juni lalu membuktikan bahwa rambut keriting kemungkinan turut berkontribusi positif dalam proses evolusi ukuran otak manusia.

Yaitu dari spesies Homo erectus yang berat otaknya hanya sekitar 350 gram hingga menjadi sekitar 1350 gram pada spesies manusia modern atau Homo sapiens.

Para peneliti menarik kesimpulan ini berdasarkan hasil eksperimen yang dilakukan terhadap manekin termal, yaitu manekin yang suhu permukaannya dikondisikan pada 35°C (suhu normal permukaan kulit manusia). Manekin ini ditempatkan di dalam ruangan khusus yang telah dipasangi semacam kipas angin serta alat untuk mengatur kelembapan dan suhu ruangan.

Setelah itu peneliti memasang alat pengukur suhu dan kelembapan pada kepala manekin, kemudian menempatkan manekin dalam empat kondisi berbeda yaitu tanpa wig, memakai wig rambut keriting, wig rambut berombak, dan wig rambut lurus. Semua wig yang digunakan dalam eksperimen ini terbuat dari rambut manusia asli.

Selanjutnya, suhu ruangan dikondisikan agar mendekati iklim khas di wilayah Afrika yang dilalui garis khatulistiwa — lokasi dimana hominin (manusia modern dan kerabatnya yang sudah punah) diperkirakan mengalami evolusi.

Peneliti juga mengatur tipe hembusan dan arah angin yang dihasilkan kipas agar sedapat mungkin mendekati kondisi lingkungan tempat hidup hominin awal. Dalam kondisi tertentu, wig juga dibasahi untuk membuat simulasi produksi keringat.

Melalui eksperimen tersebut, peneliti bisa menghitung berapa besar pelepasan atau penurunan panas serta perubahan suhu pada kulit kepala manekin.

Temuan dari penelitian ini adalah, semua tekstur rambut mampu memberikan perlindungan dari sinar matahari, tetapi rambut keriting memberikan perlindungan terbaik dan meminimalkan kebutuhan untuk berkeringat sebagai upaya pelepasan panas dari kulit kepala.

Bukan itu saja, dalam kondisi basah karena keringat atau terkena air, bentuk rambut keriting juga cenderung tetap tegak dan tidak menempel pada kulit kepala.

Dengan demikian, dalam berbagai kondisi, rambut keriting mampu memberikan perlindungan lebih baik dari paparan panas matahari apabila dibandingkan dengan tipe rambut berombak dan rambut lurus.

Menurut peneliti, fungsi rambut melindungi kepala dari paparan sinar matahari ini menjadi penting karena pada saat manusia purba berevolusi untuk berjalan tegak di daerah Afrika khatulistiwa, yang membuat bagian atas kepala mereka secara konstan menerima beban radiasi matahari yang cukup besar.

Hal ini bisa menjadi masalah, karena otak adalah organ tubuh yang peka terhadap panas. Otak juga dapat menghasilkan panas ketika beraktivitas, terutama ketika pertumbuhan otak semakin besar.

Berhubung tidak memiliki banyak rambut di sekujur tubuh, manusia mengembangkan kelenjar keringat yang berfungsi melepaskan panas dan menjaga suhu tubuh tetap stabil.

Hanya saja, masalah lain muncul karena ketika berkeringat, tubuh kita mengalami perubahan fisiologis akibat kehilangan air dan elektrolit. Terlalu banyak paparan panas dan kehilangan cairan juga bisa memicu kondisi berbahaya seperti serangan panas (heat stroke) yang dapat berujung pada kematian.

“Perkara paparan sinar matahari ini amat penting bagi nenek moyang hominin kita, terutama pada periode berlangsungnya pertumbuhan ukuran otak pada evolusi spesies manusia. Rambut kepala kemungkinan berkembang sebagai cara untuk mengurangi panas dari radiasi matahari, sehingga menjaga area kepala tetap sejuk tanpa perlu memproduksi banyak keringat,” kata Tina Lasisi, peneliti post-doctoral di bidang antropologi biologi dari Pennsylvania State University.

Sekitar dua juta tahun yang lalu ada Homo erectus yang memiliki bentuk fisik sama dengan manusia modern tetapi dengan ukuran otak lebih kecil. Baru kemudian pada sekitar satu juta juta tahun yang lalu, ukuran otak manusia berevolusi menjadi lebih besar seperti ukuran otak manusia modern.

Menjelang terjadinya evolusi itulah peneliti memperkirakan bahwa pasti ada faktor penting yang berperan melepaskan kendala fisik sehingga memungkinkan otak manusia bertumbuh.

Mengacu pada hasil eksperimen yang dilakukan, peneliti menyimpulkan bahwa rambut di kulit kepala manusia bisa menjadi mekanisme pasif tubuh untuk mengurangi jumlah panas yang diperoleh dari radiasi matahari, dengan cara yang tidak bisa dilakukan oleh kelenjar keringat kita, sebagaimana diungkap Lasisi dalam laman resmi Pennsylvania State University.

Penelitian ini juga mendasari pendapat bahwa gen rambut keriting mulai muncul jauh lebih awal dalam evolusi manusia, mungkin sekitar dua juta tahun yang lalu ketika Homo erectus masih menjadi spesies hominin yang dominan di dunia.

Hanya saja memang, kecenderungan genetik untuk kemunculan rambut keriting bisa jadi bervariasi. Dalam arti, tidak semua keturunan hominin yang telah mengalami evolusi ukuran otak memiliki tipe rambut keriting pula.

“Pada titik selanjutnya dalam evolusi manusia, tipe rambut keriting kemungkinan telah kehilangan keunggulan evolusionernya. Mungkin setelah manusia pada akhirnya memiliki ukuran otak yang lebih besar, kita juga telah memiliki semua adaptasi budaya yang bisa dilakukan untuk menghindari kepanasan. Misalnya dengan menemukan sumber air yang lebih baik atau cara lainnya,” kata Lasisi.

Dengan kata lain, keuntungan memiliki rambut keriting ditinjau dari segi pertumbuhan otak hanya berlaku di masa lalu, tepatnya pada periode terjadinya evolusi ukuran otak manusia.

Di masa modern seperti sekarang ini, lahir dengan rambut keriting atau mengubah tekstur rambut dari lurus menjadi keriting kemungkinan besar tidak akan memiliki imbas apa pun pada proses tumbuh kembang otak.

Infografik Keriting

Infografik Keriting. tirto.id/Quita

Sebab Rambut Tumbuh Lebih Lebat di Kepala Manusia

Beda dengan jenis primata lain seperti kera, monyet, lemur, dan tarsius, manusia tidak memiliki ketebalan rambut yang merata di sekujur tubuhnya.

Sebenarnya, jumlah rambut manusia tidak lebih sedikit dari pada kera, yaitu sekitar 60 helai rambut per sentimeter persegi pada permukaan kulit kita. Hanya saja, beda dengan rambut kera, rambut di tubuh manusia berukuran pendek dan memiliki lebih sedikit pigmen. Namun tidak demikian halnya dengan rambut yang tumbuh di kepala manusia.

Teka-teki mengenai penyebab rambut hanya tumbuh lebat pada kulit kepala manusia telah menarik perhatian para ahli sejak lama.

Salah satu penjelasan yang diterima luas di kalangan ilmuwan adalah “teori radiator” yang diperkenalkan oleh antropolog evolusioner Dean Falk pada tahun 1990 dan dibuktikan kembali kebenarannya oleh penelitian yang dilakukan Lasisi dan rekan-rekannya.

Sesuai namanya, rambut di kepala manusia berfungsi layaknya radiator pada mesin kendaraan, yaitu untuk memelihara suhu tetap stabil atau istilahnya sebagai termoregulator.

Ketika manusia purba berpindah tempat hidup dari hutan belantara ke sabana di Afrika, mereka perlu memiliki kemampuan untuk berjalan, berlari jauh, dan berburu mencari mangsa di bawah terik sinar matahari.

Agar dapat melakukannya, manusia membutuhkan cara untuk menyiasati sengatan sinar matahari dan menstabilkan suhu tubuh selama melakukan aktivitas di tengah deraan cuaca ekstrem daratan Afrika.

Produksi keringat merupakan cara terbaik untuk melepaskan panas dan menstabilkan suhu tubuh. Hanya saja, keberadaan rambut bisa menghalangi produksi keringat dan mengurangi jumlah panas yang dilepaskan melalui kulit.

Itu sebabnya tubuh manusia kemudian mengalami evolusi dengan cara mengurangi kepadatan dan ukuran rambut yang tumbuh pada permukaan kulit tubuhnya agar lebih mampu beradaptasi dengan aktivitas di tengah udara panas.

Berkurangnya jumlah folikel rambut pada kulit akan memberikan ruang lebih banyak bagi kelenjar keringat. Permukaan kulit yang tidak ditutupi oleh rambut lebat dan panjang tidak akan menjadi penghalang penguapan, sementara banyak rambut akan mengurangi kehilangan panas akibat penguapan.

Evolusi pada pertumbuhan rambut ini menjadikan kondisi kulit manusia lebih optimal untuk menguapkan keringat, melepaskan panas, dan menjaga agar suhu tubuh tetap stabil.

Namun tidak demikian halnya dengan kulit kepala. Rambut tetap tumbuh lebat pada kulit kepala manusia sebagai mekanisme tubuh untuk melindungi otak dari sengatan sinar matahari. Mark Pagel, pakar biologi evolusi dari University of Reading di Inggris menganalogikan rambut kepala manusia sebagai semacam ‘topi bawaan’.

“Ukuran otak manusia relatif kecil karena hanya memiliki berat sekitar 2% dari berat tubuh keseluruhan. Meski begitu, otak manusia sangat aktif secara metabolik (aktivitas otak menggunakan sekitar 20% dari total energi yang dikonsumsi oleh tubuh) sehingga mampu menghasilkan panas. Rambut kepala berguna agar panas yang dihasilkan otak ini tidak diperkuat dengan panas yang diterima dari sengatan sinar matahari,” jelas Pagel.

Rambut di kepala manusia juga berperan penting untuk melindungi kepala dari suhu dingin di malam hari. Kulit kepala memiliki lapisan lemak yang sangat tipis dibandingkan kulit pada area tubuh lainnya sehingga kepala manusia memiliki lebih sedikit insulasi untuk melindungi dari hawa dingin. Di sinilah rambut kembali berperan sebagai termoregulator pada tubuh manusia.

Di luar kebutuhan fisiologis, rambut juga memiliki peran dari segi estetika. Menurut Pagel, rambut kepala manusia kemungkinan berperan penting dalam seleksi seksual. Meski ilmuwan tidak dapat mengetahui secara pasti bahwa hominin awal menata rambut mereka (karena rambut tidak dapat memfosil dengan baik), namun peneliti bisa mempelajari masyarakat pribumi modern yang belum pernah berhubungan dengan dunia luar.

Hasilnya, masyarakat primitif modern ternyata juga memiliki kebiasaan menata rambut mereka untuk menarik pasangan. Persis seperti yang kita lakukan di masa modern ini dengan aneka model potongan rambut, perawatan, dan teknik pewarnaan rambut mutakhir yang bisa meningkatkan poin dari segi penampilan.

Baca juga artikel terkait LIFESTYLE atau tulisan lainnya dari Nayu Novita

tirto.id - Gaya hidup
Kontributor: Nayu Novita
Penulis: Nayu Novita
Editor: Lilin Rosa Santi