tirto.id - Dengan upaya peningkatan kerja sama bilateral yang semakin baik dan atas jasa-jasanya yang luar biasa dalam peningkatan hubungan kedua negara Presiden Republik Indonesia Joko Widodo memberikan Tanda Kehormatan Bintang Republik Indonesia Adipurna kepada Raja Arab Saudi Sri Baginda Khadimul Haramain Al-Syarifain Salman bin Abdul Aziz Al-Saud di Istana Kepresidenan di Bogor, Jawa Barat, Rabu (1/3/2017).
Presiden menganugerahkan tanda kehormatan bintang tertinggi kepada Raja Salman, selain sebagai balasan dari yang dia peroleh pada 2015 yang mana Raja Salman menganugerahkan secara langsung dan menyematkan medali "Star of the Order of King Abdul Aziz Al-Saud Medal" yang merupakan penghargaan tertinggi bagi pemimpin negara sahabat Arab Saudi kepada Presiden Joko Widodo dalam kunjungan kenegaraan di Istana Al-Salam Diwan Malaki di Jeddah, Arab Saudi, 12 September 2015.
Raja bergelar Pelayan Dua Kota Suci Mekkah dan Madinah (Khadimul Haramain Al-Syarifain) itu melakukan kunjungan kenegaraan pada 1 hingga 3 Maret 2017 dan akan berlanjut dengan berlibur di Bali hingga 9 Maret 2017.
Dalam kunjungan kenegaraan ini, Raja Salman mendapat penganugerahan Tanda Kehormatan Bintang Republik Indonesia Adipurna dari Pemerintah Republik Indonesia berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 22/TK/Tahun 2017.
Dalam keterangan tertulis Kepala Biro Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan Sekretariat Militer Presiden Kementerian Sekretariat Negara Laksma TNI Suyono Thamrin menyebutkan tanda kehormatan tersebut diberikan sebagai penghargaan atas jasa-jasanya yang sangat luar biasa di berbagai bidang yang sangat berguna bagi kelangsungan hubungan baik kedua bangsa dan negara.
Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan, menyebutkan bahwa Tanda Kehormatan Bintang Republik Indonesia Adipurna merupakan Bintang Kelas 1 dan merupakan tanda kehormatan bintang tertinggi.
Selain Bintang Republik Indonesia Adipurna (kelas 1, tertinggi), juga ada Bintang Republik Indonesia Adipradana (kelas 2), Bintang Republik Indonesia Utama (kelas 3), Bintang Republik Indonesia Pratama (kelas 4), dan Bintang Republik Indonesia Nararya (kelas 5).
Tanda kehormatan adalah penghargaan negara yang diberikan Presiden kepada seseorang, kesatuan, institusi pemerintah, atau organisasi atas darmabakati dan kesetiaan yang luar biasa bagi bangsa dan negara. Tanda kehormatan bintang merupakan tanda kehormatan tertinggi berbentuk bintang.
Tanda Kehormatan Bintang Republik Indonesia dapat dianugerahkan kepada WNI (warga negara Indonesia) dan warga negara asing (WNA) yang memenuhi persyaratan.
Tanda Kehormatan Bintang Republik Indonesia berpita selempang, untuk memberikan kehormatan istimewa dan tertinggi kepada mereka yang berjasa sangat luar biasa.
Tanda Kehormatan Bintang Republik Indonesia dipakai dengan cara diselempangkan dari pundak kanan ke pinggang kiri sehingga bintangnya terletak tepat di pinggang kiri. Untuk Raja Salman, selain diselempangkan, ada pula yang dikalungkan.
Untuk WNI, mereka yang mendapat Tanda Kehormatan Bintang Republik Indonesia Adipurna adalah Presiden ke-1 hingga ke-7 RI yakni Soekarno, Soeharto, BJ Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarnoputri, Susilo Bambang Yudhoyono, dan Joko Widodo.
Selain mereka, Tanda Kehormatan Bintang Republik Indonesia Adipurna pernah dianugerahkan pula kepada Jenderal Besar Sudirman, Moh. Hatta, dan Jenderal Oerip Soemohardjo.
Sementara untuk lima tahun terakhir ini, kepala negara sahabat yang pernah mendapat anugerah Tanda Kehormatan Bintang Republik Indonesia Adipurna adalah Presiden Korea Selatan Lee Myung-bak pada tahun 2012 berdasarkan Keppres No.66/TK/Th.2012 tertanggal 13 Agustus 2012.
Selain Korea Selatan, kepala negara sahabat yang pernah mendapat anugerah Tanda Kehormatan Bintang Republik Indonesia Adipurna adalah Presiden Filipina Benigno S Aquino III dan PM Timor Leste Xanana Gusmao pada 10 Oktober 2014 di Nusa Dua, Bali, dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ketika itu, dalam rangkaian acara "Bali Democracy Forum VII". Xanana yang pernah memiliki hubungan historis dengan Indonesia sempat meneteskan air mata saat menerima Bintang Adipurna tersebut.
Pemberian tanda kehormatan tertinggi dari Republik Indonesia tersebut juga mempertimbangkan kesetaraan hubungan timbal balik kenegaraan.
Mitra strategis
Lawatan kenegaraan Raja Salman ke Indonesia memunculkan optimisme bahwa kedua negara bisa menjadi mitra strategis. Presiden Joko Widodo bahkan meyakini Indonesia akan semakin menjadi mitra strategis bagi Arab Saudi.
"Saya yakin Indonesia dapat menjadi mitra strategis dalam upaya mencapai visi 2030 Arab Saudi melalui kerja sama ekonomi yang erat sebagai sesama negara Muslim," kata Presiden, seperti dilansir dari Antara, Jumat (3/3/2017)
Bagi Indonesia, kata Presiden, Arab Saudi merupakan salah satu mitra terpenting di Timur Tengah. Kemitraan tersebut terwujud dalam segi hubungan antarmasyarakat maupun hubungan ekonomi dan politik.
Kunjungan Raja Salman merupakan titik tolak bagi peningkatan hubungan Indonesia dan Arab Saudi. Sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia, Indonesia akan selalu memiliki ikatan khusus dengan Arab Saudi. Indonesia dan Arab Saudi adalah dua negara besar yang memiliki pengaruh penting di kawasan, sudah selayaknya kedua negara dapat terus meningkatkan kerja sama, baik dalam konteks bilateral maupun internasional.
Apalagi Indonesia tidak pernah lupa bahwa Arab Saudi merupakan satu dari tujuh negara Arab pertama yang memberi pengakuan terhadap kemerdekaan Republik Indonesia.
Sementara Raja Salman menyatakan kunjungan ini dapat memberikan kontribusi bagi peningkatan hubungan bilateral antara kedua negara di berbagai bidang, dan dapat mencapai harapan dan keinginan kedua bangsa yang bersahabat.
Nota Kesepahaman
Penandatanganan 10 nota kesepahaman (MoU) kerja sama kedua negara membuktikan semakin membaiknya hubungan bilateral kedua negara.
Pemerintah Republik Indonesia dan Kerajaan Arab Saudi menyepakati kerja sama pendanaan Arab Saudi terhadap proyek pembangunan antara Saudi Fund for Development dan Pemerintah RI ditandatangani oleh Menteri Keuangan RI dan Wakil Direktur Saudi Fund, kerja sama kebudayaan antara Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI dan Kementerian Kebudayaan dan Informasi Kerajaan Arab Saudi, kerja sama Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah RI dan Otoritas Usaha Kecil dan Menengah Kerajaan Arab Saudi mengenai pengembangan usaha kecil dan menengah, kerja sama bidang kesehatan antara Kementerian Kesehatan RI dan Kementerian Kesehatan Kerajaan Arab Saudi.
Selain itu kerja sama otoritas "aeronautica" Pemerintah RI dan Kerajaan Arab Saudi, kerja sama Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi RI dan Kementerian Pendidikan Kerajaan Arab Saudi dalam bidang kerja sama scientific dan pendidikan tinggi, nota kesepahaman antara Kementerian Agama RI dan Kementerian Urusan Islam Dakwah dan Bimbingan Kerajaan Arab Saudi di bidang urusan Islam, nota kesepahaman kerja sama bidang kelautan dan perikanan, kerja sama perdagangan antara Kementerian Perdagangan RI dan Kementerian Perdagangan dan Investasi Kerajaan Arab Saudi dan kerja sama dalam pemberantasan kejahatan antara Polri dan Kementerian Dalam Negeri Kerajaan Arab Saudi.
Menurut Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi kerja sama kedua negara dalam dua tahun terakhir meningkat pesat sejak Presiden Jokowi melakukan kunjungan ke Arab Saudi pada 2015, katanya dalam keterangan pers seusai pembicaraan bilateral kedua negara.
Pertemuan pemimpin kedua negara berlangsung dalam suasana bersahabat dan produktif. Selain membahas isu penting kepentingan umat, kedua pemimpin juga sepakat meningkatkan kerja sama di berbagai bidang.
Presiden menitipkan WNI yang tingal di Arab Saudi dan telah memberikan kontribusi pembangunan di negara itu agar mendapatkan pengayoman dan perlindungan dari Raja Salman.
Sementara di bidang perdagangan, Presiden mengajak Raja Salman untuk menghilangkan hambatan-hambatan perdagangan dan mengharapkan Indonesia diberikan kemudahan akses pasar, terutama produk halal seperti perikanan, obat-obatan, alat kesehatan dan produk-produk tekstil serta garmen.
Presiden juga menyambut baik penandatanganan "refaining masterplan development program" di Cilacap, Jawa Tengah, antara Pertamina dan Aramco senilai 6 miliar dolar AS. Presiden juga mendorong "basic engineering design" pembentukan joint ventura kedua perusahaan tersebut dapat segera dilakukan.
Penulis: Mutaya Saroh
Editor: Mutaya Saroh