tirto.id - Partai Solidaritas Indonesia (PSI) menilai harga Laptop Merah Putih Rp10 juta per unit sangat berlebihan untuk kebutuhan belajar siswa.
Hal tersebut merespons gagasan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbud-Ristek) Nadiem Makarim untuk yang membanggakan biaya Rp2,4 triliun untuk pengadaan 240 ribu laptop atau Rp10 juta per laptop.
“Untuk kebutuhan belajar siswa, laptop seharga Rp4 juta rupiah saja sudah sangat memadai,” kata Juru bicara Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PSI, Sigit Widodo melalui keterangan tertulisnya, Sabtu (31/7/2021).
Apabila Nadiem memproduksi dengan harga yang lebih murah, Sigit berharap akan lebih banyak siswa yang bisa mendapatkan fasilitas laptop.
“Jumlah peserta didik kita sekarang ada sekitar 45 juta anak. Semakin murah harga perangkat komputer yang dianggarkan, akan semakin banyak siswa yang bisa dijangkau,” ucapnya.
Agar semakin banyak siswa yang terjangkau, PSI menyarankan pemerintah mengubah anggaran untuk menyediakan tablet ketimbang laptop. Dalam perhitungan PSI, jika diproduksi massal tablet seharga Rp1 juta, sudah cukup memadai untuk belajar siswa dan sekaligus bisa digunakan sebagai alat pembaca e-book.
"Dengan anggaran Rp 2,4 triliun akan ada 2,4 juta siswa yang bisa diberi tablet gratis,” ujarnya.
Meski demikian, PSI tidak menolak jika pemerintah memilih memberikan laptop ketimbang tablet. Menurutnya, itu sebuah pilihan yang diambil pemerintah melalui pertimbangan yang matang dengan memilih laptop ketimbang tablet.
Agar pengadaan laptop ini tidak menjadi polemik yang berkelanjutan, PSI menyarankan agar pemerintah memperbaiki komunikasi publiknya dan membuka rencana pengadaan laptop ini setransparan mungkin.
PSI meminta kepada Nadiem agar menyampaikan kepada masyarakat jika laptop yang akan dibeli spesifikasinya seperti apa, perusahaan mana yang memenangkan tender sebagai penyedia laptop, dan berapa harganya.
"Masyarakat akan bisa menilai sendiri jika semua dibuka secara transparan. Tidak ada gunanya membuat kegaduhan baru di saat kita sedang menghadapi puncak Pandemi Covid-19 sekarang ini,” pungkasnya.
Penulis: Riyan Setiawan
Editor: Restu Diantina Putri