Menuju konten utama
Pandemi COVID-19

WNA Ramai-Ramai Tinggalkan Indonesia saat Kasus COVID Meledak

Usai kasus COVID meledak dan varian Delta makin meluas, sejumlah WNA ramai-ramai meninggalkan Indonesia, pulang ke negaranya.

WNA Ramai-Ramai Tinggalkan Indonesia saat Kasus COVID Meledak
Ilustrasi corona virus. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Ledakan kasus COVID-19 varian delta di Indonesia mengkhawatirkan banyak pihak, lebih-lebih para ekspatriat. Banyak dari mereka yang pulang ke negaranya yang dianggap lebih aman, tapi tak semuanya bisa seberuntung itu. Sejumlah ekspatriat harus mempersiapkan uang hingga ratusan juta bahkan mempertimbangkan menggunakan kapal demi keluar dari Indonesia.

Ekspatriat yang tidak beruntung itu adalah warga negara Australia. Berdasarkan data Kementerian Ketenagakerjaan, setidaknya ada 2.540 warga negara Australia yang bekerja di Indonesia. Jumlah tersebut bisa jadi lebih besar bila ditambah keluarga mereka.

Seiring dengan ledakan varian Delta di Indonesia, banyak dari mereka yang berupaya mencari aman dengan pulang ke negara asal. Masalahnya, kebijakan pembatasan penerbangan dari Garuda Indonesia dan pembatasan kedatangan oleh otoritas Australia mengakibatkan harga tiket meroket hingga lebih dari 12 ribu dolar AS atau Rp173,4 juta bila menggunakan kurs (Rp14.475 per dolar AS).

Selain itu, Singapura juga melarang seluruh penerbangan dari Indonesia untuk mendarat di wilayahnya karena khawatir kemasukan varian Delta yang telah merajalela di Indonesia. Dengan demikian, terbang ke Australia melalui Changi pun bukan pilihan.

Australian Broadcasting Corporation memberitakan sekitar 100 warga Australia berencana menggunakan pesawat sewaan untuk terbang dari Bali ke Perth. Namun, kebijakan karantina Australia yang ketat mengatur hanya 25 orang yang bisa terbang menggunakan Indojet-737 yang berkapasitas 100 orang. Akibatnya, harga tiket melambung menjadi 7.000 dolar Amerika Serikat atau sekitar Rp101,1 juta per orang.

"Bagi keluarga dengan 5 orang, kami tidak bisa membayar 35 ribu dolar AS untuk perjalanan satu arah ke Perth dari Bali," kata Charlie Knoles, salah seorang WN Australia di Bali kepada ABC.

Sejumlah WN Australia pun mencari opsi lain, salah satunya menggunakan kapal laut.

Brendan Nuir, seorang warga Australia pemilik biro perjalanan di Nusa Tenggara Barat, bercerita kepada The Australian, ia diminta untuk membantu sesama warga Australia untuk pulang ke negeri Kangguru itu dengan menggunakan kapal pinisi. Mereka bahkan rela membayar 3.500 dolar Australia atau sekitar Rp37 juta demi minggat dari Indonesia.

Padahal, lanjut Brendan, perjalanan laut ke Australia bukan perjalanan sembarangan. Butuh waktu 67 hari dari Kupang menyeberangi Samudera Hindia sebelum akhirnya tiba di Darwin.

"Tahun lalu ada beberapa orang yang ingin menyewa kapal saya untuk pulang ke Australia, tetapi pemerintah Indonesia tidak memberikan izin. Sekarang kami tinggal menunggu izin dari Darwin apakah dibolehkan datang. Cuma itu hambatan kami saat ini," kata Brendan.

Sunday Morning Herald memberitakan, menanggapi kondisi itu Pemerintah Australia berencana bekerja sama dengan maskapai Qantas Airlanes untuk menjemput warga Australia di Indonesia. Saat ini sudah ada sekitar 800 warga negara Australia telah terdaftar, tapi jumlah itu masih berpotensi bertambah seiring waktu.

Salah seorang juru bicara di Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia mengatakan pemerintah sedang mencari opsi-opsi yang tersedia untuk memulangkan warga mereka di Indonesia. "Kami bekerja dengan Qantas membahas opsi untuk memfasilitasi penerbangan komersial untuk warga Australia yang rentan, pergi dari Indonesia," kata juru bicara tersebut.

Berdasarkan data Satgas Penanganan Covid-19, pada Kamis (29/7/2021) terdapat 43.479 kasus baru Covid-19 di Indonesia. Jumlah itu diperoleh setelah melakukan tes terhadap 173.464 orang sehingga rasio kasus positif terhadap jumlah tes adalah 25,06 persen, atau 5 kali lipat dari batas ideal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yakni 5 persen.

Selain itu, juga tercatat ada 1.893 kasus kematian baru. Jumlah itu merupakan yang tertinggi kedua setelah pada 27 Juli 2021 tercatat ada 2.069 kematian akibat Covid-19.

Jumlah kasus aktif masih stagnan di angka 554.484, jumlah ini membengkak lebih dari dua kali lipat dibanding 29 Juni lalu yang tercatat ada 228.835 kasus aktif di Indonesia.

Satgas COVID-19 pun melaporkan hingga hari ini tercatat 31 orang warga negara asing meninggal dunia akibat Covid-19. Selain itu, total 4.025 WNA yang terjangkit Covid-19 dan 3.461 di antaranya sudah dinyatakan sembuh.

Kondisi pandemi Covid-19 yang masih tak terkendali juga membuat Arab Saudi memulangkan 200 warganya dari Indonesia. Kepulangan itu dilakukan dalam dua kloter, pertama pada 26 Juli 2021 dan kedua pada 1 Agustus 2021. Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia, Essam Abed Al Thaqafi mengatakan ada dua warganya di Indonesia yang kritis akibat Covid-19.

“Ada dua warga yang kondisinya kritis setelah terinfeksi Covid-19,” kata Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia Essam Abed Al Thaqafi pada Senin (26/7/2021).

Pada pertengahan Juli lalu, sebanyak 50 warga negara Jepang juga terbang pulang ke negaranya dengan menggunakan pesawat Nippon Airways lantaran khawatir dengan lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia. Walau begitu, Kedutaan Besar Jepang untuk Indonesia mengatakan, kepulangan itu bukan evakuasi atau repatriasi, melainkan inisiatif dari masing-masing warga bekerja sama dengan swasta.

“Penerbangan yang dilakukan tadi pagi terlaksana atas inisiatif dari perusahaan swasta Jepang, dan bukan usaha evakuasi maupun repatriasi dari pemerintah Jepang," demikian keterangan Kedubes Jepang di Jakarta, Rabu (14/7/2021).

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Teuku Faizasyah tidak berkomentar banyak mengenai hal ini. Ia mengatakan, kebijakan pembatasan mobilitas telah diterapkan oleh mayoritas negara-negara di dunia sejak 2020 sebagai upaya mengatasi penyebaran Covid-19.

"Pemerintah Indonesia dengan merujuk Permenkumham No. 27 Tahun 2021 (per 19 Juli 2021) juga menerapkan kebijakan pembatasan kedatangan orang asing dari seluruh negara. Pengecualian diberikan untuk alasan diplomatik/dinas dan kemanusiaan," katanya pada Jumat (30/7/2021).

Baca juga artikel terkait COVID-19 INDONESIA atau tulisan lainnya dari Mohammad Bernie

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Mohammad Bernie
Penulis: Mohammad Bernie
Editor: Abdul Aziz