tirto.id - Direktur Lingkar Kajian Komunikasi Politik (LKPP), Adiyana Slamet mengkritik pernyataan Capres 02 Prabowo Subianto di debat ke-5 Pilpres 2019 yang menyalahkan presiden-presiden sebelum Jokowi.
“Tidak elok ketika menarik sesuatu kelampauan. Kalau pernyataan itu untuk membela diri, selayaknya ditujukan ke petahana,” ujar Adiyana ketika dihubungi Tirto, Minggu (14/4/2019).
Sebab, lanjut dia, pemerintahan sebelumnya tidak berwenang dalam mengambil kebijakan. Oleh karena itu, Adiyana menilai Prabowo membuat blunder saat membuat pernyataan itu.
“Blunder betul, efek elektoral bisa [muncul], [pernyataan Prabowo bisa] berdampak kepada kader Demokrat karena mereka merasa tersinggung,” ujar dia.
Menurut Adiyana, pernyataan Prabowo yang menyerang dengan blak-blakan juga tidak sejalan dengan budaya komunikasi masyarakat di Indonesia yang cenderung masih menyukai eufemisme.
Selain itu, kata Adiyana, pernyataan Prabowo itu bisa mendorong banyak kader Demokrat menyeberang ke kubu Jokowi. Sebab, ada indikasi, sebagian kader Demokrat menilai kritik Prabowo menyinggung presiden RI keenam, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
"Hal itu dapat berimbas pada soliditas partai yang kemungkinan di detik-detik terakhir jelang pencoblosan, kader Demokrat di daerah bisa berbalik mendukung Jokowi,” ujar dia.
Saat berbicara di Debat Ke-5 Pilpres 2019, Prabowo menyebut kebijakan ekonomi Indonesia salah arah. Prabowo menilai Indonesia sedang mengalami deindustrialisasi. Meski begitu, Prabowo tidak menyalahkan Jokowi.
"Jadi saya tidak menyalahkan Bapak, karena ini kesalahan besar, kesalahan besar presiden-presiden sebelum bapak, kita semua harus bertanggung jawab. Benar, itu pendapat saya," kata Prabowo.
Setelah itu, beberapa pengurus Demokrat terlihat keluar dari ruang debat. Wasekjen Demokrat Rachland Nashidik bahkan mengunggah twit yang mempersoalkan pernyataan Prabowo.
Dalam twitnya yang diunggah pada Sabtu malam kemarin, Rachland menulis, "Pak Prabowo sebenarnya sedang berdebat dengan siapa? Kenapa justru Pak SBY yang diserang?"
Usai debat berlangsung, Komandan Kogasma Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) pun sempat buka suara soal pernyataan Prabowo itu.
“Yang dilakukan oleh pemerintah terdahulu wajib diapresiasi. Karena kepemimpinan dibatasi undang-undang ada hal-hal yang belum tuntas. Yang kita inginkan adalah pemimpin yang menghargai pendahulunya," ucap AHY.
Meskipun demikian, dia menegaskan Demokrat tidak akan keluar dari koalisi partai pendukung Prabowo-Sandiaga.
"Tiga hari lagi sudah pilpres dan kami punya tugas bukan hanya berkontribusi untuk pemenangan pilpres, tapi juga partai dalam pemilu legislatif,” kata dia.
Penulis: Adi Briantika
Editor: Addi M Idhom