tirto.id - Ketua Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi) Nasyirul Falah Amru membalas kritik Wakil Ketua Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Hidayat Nur Wahid soal program revolusi mental yang kembali masuk dalam visi misi Joko Widodo (Jokowi) di Pilpres 2019. Menurut Falah, progam revolusi mental tidak bisa direalisasikan secara instan.
"Revolusi mental bukan program jangka pendek lima tahunan," kata Gus Falah dalam keterangan pers yang diterima Tirto di Jakarta, Kamis (27/9/2018).
Falah mengatakan kesuksesan program revolusi mental harus dilihat dari cakupan yang lebih luas. Bukan ukuran personal. Ia mengklaim kesuksesan penyelenggaraan Asian Games 2018 adalah salah satu bukti kesuksesan revolusi mental. Ini terlihat dari pujian negara peserta, semangat atlet dalam bertanding, dan kerja para relawan.
"Pembukaan Asian Games yang penuh dengan tradisi kebudayaan itu adalah bagian Revolusi Mental," kata anggota DPR Fraksi PDIP ini.
Falah mengatakan Hidayat sebagai Wakil Ketua MPR RI seharusnya turut menyukseskan revolusi mental untuk Indonesia yang lebih baik.
Hidayat Nur Wahid sempat menilai masuknya kembali program revolusi mental dalam visi misi Jokowi-Ma'ruf sebagai cermin kegagalan pemerintah. Sebab, menurutnya, dalam kampanye Pilpres 2014 Jokowi pernah berjanji revolusi mental akan terwujud dalam satu periode.
"Jadi kalau itu dimunculkan kembali ada semacam pengakuan memang kemarin belum sepenuhnya sukses," kata Hidayat di Kompleks Parlemen Senayan, Kamis (27/9/2018).
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Muhammad Akbar Wijaya