Menuju konten utama

PM Inggris Batasi Huawei Sediakan Bagian Inti dari Jaringan 5G

Theresia May membatasi Huawei dalam memproduksi bagian inti jaringan 5G untuk perusahaan teknologi Inggris.

PM Inggris Batasi Huawei Sediakan Bagian Inti dari Jaringan 5G
Seekor merpati terbang melewati Perdana Menteri Inggris Theresa May saat ia tiba untuk misa di St Martin-in-The Fields memperingati 25 tahun tewasnya Stephen Lawrence dalam serangan bermotif rasial, di London, Senin (23/4). ANTARA FOTO/Victoria Jones/Pool via Reuters

tirto.id - Perdana Menteri Britania Raya Theresa May melarang Huawei untuk menyetok bagian-bagian inti untuk jaringan 5G di Inggris. Hal itu disampaikannya dalam pertemuan National Security Council (NSC) pada Selasa (23/4/2019).

Namun, perusahaan asal Cina itu masih diperbolehkan memasok bagian-bagian non-inti untuk perusahaan teknologi Inggris.

Melansir dari The Guardian, pada pertemuan tersebut, beberapa menteri masih menyatakan kekhawatirannya, dan menyarankan agar ada pembatasan total pada seluruh produk Huawei di Inggris.

Risiko keamanan yang menerpa baik Cina maupun perusahaan swasta tersebut menimbulkan beberapa kekhawatiran.

Badan Intelijen Inggris telah mengambil pendekatan hati-hati terhadap Huawei, tapi tidak menyarankan untuk melakukan pelarangan total.

Jeremy Fleming, direktur agen mata-mata GCHQ, berpendapat bahwa Inggris perlu memahami keuntungan dan risiko jika ingin menggunakan teknologi Cina.

Negara lain telah mengambil langkah yang lebih ketat, seperti AS yang melarang total penggunaan teknologi dari Huawei untuk insfrastruktur komunikasi.

Wakil Presiden AS Mike Pence menegaskan kepada seluruh perusahaan mitra komunikasi untuk waspada pada Februari lalu.

Para menteri yang menyampaikan kekhawatiran terhadap Huawei pada pertemuan NSC, di antaranya Menteri Luar Negeri Jeremy Hunt, Menteri Dalam Negeri Sajid Javid, Menteri Pertahanan Gavin Williamson, dan Menteri Pembangunan Internasional Penny Mordant.

Fleming, dalam pertemuan tersebut mengindikasikan dalam pidatonya bahwa serangan siber akan datang dari Cina maupun Rusia, dan tersebar dalam hitungan detik sesaat setelah perusahaan lokal mengaplikasikan teknologi dari dua negara tersebut, termasuk Huawei.

Badan intelijen Britania Raya GCHQ, yang menyediakan jaminan informasi dan sinyal intelijen kepada pemerintah juga berjanji untuk meningkatkan kolaborasi dengan sektor swasta dan publik untuk menciptakan sistem pertahanan siber otomatis di seluruh kawasan negara.

Fleming juga menyampaikan di sebuah konferensi keamanan di Glasgow pada Rabu (23/4/2019) bahwa Pusat Keamanan Siber Nasional (NCSC) juga membantu mempermudah analisis dan berbagi informasi rahasia dalam waktu singkat.

Melansir Reuters, NCSC tahun lalu menemukan bahwa masalah teknis dan rantai pasokan dengan peralatan Huawei mengekspos jaringan telekomunikasi kepada risiko keamanan baru.

Mengenai hal tersebut, Huawei belum memberikan tanggapan. Setiap keputusan yang melibatkan pembangunan jaringan 5G dari Huawei akan diawasi ketat oleh negara-negara lain.

Inggris adalah pasar penting bagi Huawei. Bulan lalu, Vodafone, operator seluler terbesar kedua di dunia mengatakan akan menghentikan distribusi jaringan inti sampai pemerintah Barat memberikan izin keamanan penuh kepada perusahaan Cina tersebut.

Operator lainnya di Eropa, BT Inggris dan Orange Perancis telah menghapus perangkat Huawei atau mengambil langkah untuk membatasi penggunaannya di masa depan.

Huawei merupakan perusahaan teknologi yang bersedia dan sedang mengembangkan teknologi 5G untuk diterapkan ke seluruh dunia.

Namun, hal tersebut terkendala tudingan banyak pihak bahwa Huawei menggunakan perangkat mata-mata dalam produknya untuk memperoleh informasi dari seluruh dunia kepada intelijen Cina.

Aljazeera mewartakan, AS dan Inggris juga menuding bahwa pemerintah Cina memberi suntikan dana kepada Huawei.

Huawei menyanggah semua tuduhan tersebut dengan menyatakan bahwa Huawei adalah perusahaan swasta yang mana pemerintah tidak terlibat dalam operasionalnya dan perusahaan tersebut tidak ada kaitannya dengan badan intelijen Cina, seperti dilansir Aljazeera.

Baca juga artikel terkait HUAWEI atau tulisan lainnya dari Anggit Setiani Dayana

tirto.id - Teknologi
Penulis: Anggit Setiani Dayana
Editor: Yandri Daniel Damaledo