tirto.id - Bagi sebagian orang, mengetahui kisah mantan kekasih sang pacar bisa membuat gerah. Tapi apakah selamanya urusan terkait mantan pacar harus selalu ditutupi?
“Kalau saya sih, selalu membahas soal mantan masing-masing ke orang-orang yang pernah berpacaran dengan saya, termasuk dengan yang sekarang [jadi pacar saya],” kata Yanti (25) kepada Tirto.
Karyawati perusahaan IT ini mengatakan, alasannya terbiasa bertukar cerita soal mantan dengan pacar adalah karena ia merasa informasi tersebut penting untuk kelanjutan hubungan mereka.
“Misalnya, apa yang membuat mereka berpisah, bagaimana pacar saya menghadapi hal itu, sejauh mana mereka berhubungan dulu,” terang Yanti.
Dari cerita-cerita macam itu, Yanti bisa mengenal lebih jauh sosok pacarnya dan mempersiapkan diri bila masalah serupa dengan yang dihadapi sang pacar dulu muncul lagi dalam relasi mereka.
Alasan mengenal pacar lebih jauh juga disampaikan oleh Caty (24). Cerita tentang mantan sang pacar membantunya membaca pola hubungan-hubungan yang pernah dijalani sang pacar.
Dari penggalan kisah masa lalu pula, seseorang dapat mempelajari kesalahan-kesalahan apa saja yang pernah dilakukan mantan-mantan sang pacar.
Caty mengatakan pernah mencari tahu sendiri mantan kekasih orang yang pernah dipacarinya dulu. Pasalnya, pacarnya bukanlah sosok yang cukup terbuka bila disinggung soal mantan.
Caty sempat tanya ke teman, mencari tahu akun media sosialnya. Hal ini dilakukan karena pacar Caty saat itu tidak pernah cerita detail tentang mantan kekasihnya.
Tidak semua orang berinisiatif terlebih dahulu menceritakan soal mantannya kepada pacar. Nata (34), misalnya, mengatakan bahwa ia tak pernah menjadi pihak yang bertama kali membahas soal mantan sendiri.
“Soalnya aku bukan tipikal orang yang penasaran dengan orang dari masa lalu pasangan sendiri,” jelas laki-laki yang berprofesi sebagai desainer ini.
Setelah mengetahui kisah masa lampau pacar dari temannya, Caty merasa lebih bisa mempersiapkan diri bila hal yang terburuk datang kepadanya kelak: putus dengan sang pacar.
Aneka informasi yang menyiratkan pola perilaku pacar dari waktu ke waktu semakin jelas terbaca oleh Caty. Ini membuatnya lebih mampu menerima kenyataan pahit dibanding jika mengetahuinya pada pengujung relasi atau setelah ia dan pacarnya tak terikat komitmen bersama lagi.
Pemicu Masalah Baru atau Penguat Relasi?
Meski demikian, hasil dari rasa penasaran terhadap mantan sang pacar itu kerap berakibat rasa cemburu, waswas, bahkan curiga. Apalagi jika pacar dan mantannya masih berhubungan baik.
Caty sempat merasa demikian. Pada bulan ketiga hubungan mereka, sang pacar membatasi interaksi Caty dengan beberapa orang tertentu, yakni mereka yang tahu masa lalu sang pacar.
Perasaan-perasaan macam ini, ditambah ketakutan akan ditinggalkan pacar, bisa mengarahkan seseorang pada sikap obsesif, demikian diutarakan oleh Suzanne Lachmann, psikolog klinis dari New York dalam Psychology Today.
Lebih lanjut Lachmann menyampaikan, ada kemungkinan munculnya sikap kompetitif atau membanding-bandingkan diri dengan mantan sang pacar dalam diri.
Dalam kasus Caty dan banyak orang yang menutupi masa lalunya, kepercayaan terhadap pasangan bisa terganggu karena sikap menutup-nutupi yang ditunjukkan pacarnya.
Terkait hal ini, Dr. Karen Finn, pakar relasi yang sering menangani kasus perceraian mengatakan, “Kecuali kamu bisa menjabarkan apa yang sudah kamu pelajari [dari pengalaman cinta sebelumnya], ini sama saja dengan menutupi bagian dari dirimu.”
Justru dengan membicarakan soal mantan masing-masinglah kepercayaan terhadap satu sama lain bisa dibangun dan relasi bisa diperkuat.
Sikap menutupi kisah cinta masa lalu seperti yang pernah dilakukan pacar Caty juga bisa berkaitan dengan perasaan pacar yang belum tuntas kepada mantannya.
Dalam WebMD dikatakan, rasa bersalah yang tersisa sering kali membuat seseorang bungkam ketika ditanya soal mantannya. Alasan belum beranjak dari cinta yang lama juga bisa ditemukan dalam diri orang-orang yang justru terus-terusan menceritakan tentang sang mantan kepada pacarnya yang baru.
Ada Strategi Tersendiri
Meski berbicara tentang mantan masing-masing itu diperlukan, tidak semua hal tentang mesti dituturkan. Detail keintiman pacar dengan mantannya cukup disimpan oleh yang bersangkutan. “Ada tingkatan kelayakan cerita yang dibagikan [kepada pacar],” kata Finn.
Selain itu, perlu diperhatikan pula momen yang tepat untuk berbagi soal hal ini. Finn tidak menyarankan pembahasan soal mantan pacar pada awal-awal relasi baru. Tidak semua orang siap menerima ‘kehadiran’ pihak ketiga dalam kisah cinta yang baru mereka mulai.
“Saya akan berhenti bertanya lebih jauh kalau dia risih, kelihatan dari raut mukanya. Menurut saya, cerita tertentu akan menyakitkan buat dia sehingga lebih baik nggak dilanjutkan. Lalu lihat juga situasi, apakah lagi santai atau nggak, jadi nanyanya bisa sambil bercanda," kata Yanti.
Ia mengatakan tidak begitu berniat mengulik dalam-dalam soal mantan sang pacar termasuk stalking, karena menurutnya saat pacarnya tidak memberitahu banyak tentang mantan, itu dianggapnya batasan. Nah, jika hal itu dikorek lebih jauh, tentu bisa mengganggu.
Cerita tentang mantan yang disampaikan pacar sebaiknya memang cukup jadi bahan evaluasi saja. Kisah cinta yang sedang dijalani itu yang layak jadi fokus. Yanti merasakannya, apalagi setelah sang pacar membicarakan kelebihan Yanti dibandingkan mantannya. Begitu pula yang dilakukan oleh Nata.
“Pada akhirnya akulah yang jadi pacarnya sekarang, mantannya ya udah nggak ada apa-apa lagi sama pacarku.”
* Artikel ini pernah tayang ditirto.idpada 17 Maret 2018.Kami melakukan penyuntingan ulang dan menerbitkannya kembali untuk keperluan redaksional Diajeng.
Editor: Nuran Wibisono