Menuju konten utama

Peringati Sejarah Bom Hiroshima, Jepang Masih Bimbang Soal Nuklir

Jepang mengenang sejarah 74 tahun dijatuhkannya bom nuklir oleh AS di Hiroshima dan Nagasaki dalam Perang Dunia Kedua.

Peringati Sejarah Bom Hiroshima, Jepang Masih Bimbang Soal Nuklir
Bom atom dijatuhkan di Hiroshima. FOTO/Getty Images

tirto.id - Sejarah 74 tahun dibomnya Kota Hiroshima oleh Amerika Serikat dalam rangkaian Perang Dunia Kedua tanggal 6 Agustus 1945 diperingati di Jepang. Dalam peringatan yang digelar di Hiroshima pada Selasa (6/8/2019) lalu, Perdana Menteri (PM) Jepang Shinzo Abe mengajak negara-negara di dunia untuk mulai berpikir mengenai kampanye bebas nuklir alias bom atom.

“Jepang berkomitmen untuk menjembatani negara-negara nuklir dan non-nuklir serta memimpin upaya internasional [dalam upaya kampanye bebas nuklir]. Sementara ini, dengan sabar kita tetap berusaha meyakinkan mereka untuk bekerja sama dan berdialog,” ucap Abe dalam pidatonya dilansir AFP.

Meskipun begitu, dikutip dari Japan Today, Abe masih menolak desakan agar pemerintah Jepang bergabung dengan perjanjian PBB terkait larangan senjata nuklir atau Treaty on the Prohibition of Nuclear Weapons (TNPW). Jepang, lanjutnya, untuk sementara hanya mendorong negara-negara di dunia untuk menggelar dialog terkait persoalan ini.

Menurut Abe, perjanjian tersebut tidak mencerminkan realitas keamanan jika tidak ada pembicaraan terlebih dulu di antara kedua belah pihak, yaitu negara-negara yang memberdayakan nuklir dengan negara-negara yang menolak pemakaian nuklir atau senjata atom.

Bom Nuklir di Perang Dunia

Sebelumnya, Wali Kota Hiroshima, Kazumi Matsui, dalam perayaan yang sama telah meminta kepada pemerintah Jepang agar ikut menandatangani perjanjian PBB tersebut. Matsui mengungkapkan keprihatinan dan keresahannya atas peristiwa yang menimpa Hiroshima dan Nagasaki pada 74 tahun silam.

"Saya menyerukan kepada pemerintah [Jepang] sebagai satu-satunya negara yang mengalami serangan nuklir dalam perang untuk memenuhi permintaan para korban bom atom agar meneken dan meratifikasi perjanjian TPNW," harap Matsui.

Matsui juga mengimbau kepada generasi muda agar tidak sekadar mengenang kejadian tersebut, juga kekejaman perang, sebagai peristiwa sejarah. Namun, tandas Matsui, anak-anak muda Jepang harus meyakini bahwa kejadian memilukan itu memang benar-benar pernah terjadi dan menimpa tanah kelahiran mereka sendiri.

Selain itu, Matsui menyerukan agar para pemimpin dunia datang langsung ke kota-kota yang pernah terkena bom nuklir, termasuk Hiroshima atau Nagasaki, supaya mereka tahu apa yag sebenarnya telah terjadi.

Acara di Hiroshima ini diperingati dengan mengheningkan cipta untuk kerabat yang menjadi korban bom atom pada pukul 8.15 pagi waktu setempat. Peringatan ini juga dilakukan beberapa jam setelah Korea Utara meluncurkan rudal balistik dalam rangkaian demonstrasi senjata yang dilakukan negara itu.

Bom atom yang dijatuhkan Amerika Serikat ke Hiroshima pada 6 Agustus 1945 menewaskan 140.000 orang. Bom serupa juga menimpa Nagasaki tiga hari kemudian dan memakan korban 70.000 meninggal dunia. Ini belum termasuk dampak lanjutannya dan efek trauma yang dialami para saksi sejarah.

Dibomnya Hiroshima dan Nagasaki menegaskan kekalahan Jepang dari Sekutu dalam Perang Asia Timur Raya yang menjadi bagian dari Perang Dunia Kedua. Menyerahnya Jepang juga berdampak kepada kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945 kendati tak lama kemudian Belanda yang membonceng pasukan Sekutu datang lagi ke Indonesia.

Baca juga artikel terkait SEJARAH DUNIA atau tulisan lainnya dari Iswara N Raditya & Rachma Dania

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Rachma Dania
Penulis: Iswara N Raditya & Rachma Dania
Editor: Iswara N Raditya