Menuju konten utama

Perbedaan GeNose dan CePAD, Alat Tes Covid-19 Hasil Inovasi PTN RI

GeNose dan CePAD memiliki cara kerja yang jauh berbeda. Dua alat tes Covid-19 ini merupakan hasil inovasi peneliti asal Indonesia.

Perbedaan GeNose dan CePAD, Alat Tes Covid-19 Hasil Inovasi PTN RI
Tes cepat (rapid test) antigen gratis di Pos Pengamanan Polsek Tebet, Jakarta, Selasa (29/12/2020). tirto.id/Andrey Gromico

tirto.id - Dua alat tes cepat Covid-19 hasil inovasi peneliti 2 perguruan tinggi dari Indonesia belum lama ini mendapatkan izin edar dari Kementerian Kesehatan.

Keduanya adalah GeNose buatan peneliti di Universitas Gadjah Mada (UGM) dan alat Rapid Test berbasis Antigen, CePAD bikinan tim riset dari Universitas Padjajaran (Unpad).

Forum Rektor Indonesia (FRI) mengapresiasi hasil inovasi 2 alat tes cepat pendeteksi COVID-19 itu, serta mendorong kalangan perguruan tinggi untuk menggunakannya.

"Hasil inovasi GeNose C19 dan CePAD ini adalah prestasi luar biasa dan wujud kontribusi nyata dari perguruan tinggi Indonesia untuk bangsa," kata Ketua FRI, Arif Satria pada Selasa (29/12/2020), dikutip dari Antara.

Kata Arif, FRI mendorong agar perguruan tinggi se-Indonesia dapat memanfaatkan dua alat tes Covid-19 hasil inovasi akademikus dalam negeri tersebut.

"IPB telah memesan GeNose C19 untuk kepentingan tes cepat di Klinik IPB," kata Arif yang juga Rektor IPB University tersebut.

Mengenal Cara Kerja CePAD

CePAD telah mendapat izin edar dari Kementerian Kesehatan pada 4 November 2020. Alat buatan tim peneliti Unpad ini mendapatkan nomor izin edar AKD 20303022358.

Alat tes cepat (rapid test) berbasis antigen tersebut memiliki akurasi 84 persen untuk mendeteksi Covid-19. CePAD tercatat punya sensitivitas 85 persen dan spesifitas sebesar 83-84 persen.

"CePAD sudah melampaui requirement [persyaratan] akurasi untuk tes antigen dari WHO [Badan Kesehatan Dunia]," kata Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang PS Brodjonegoro dalam konferensi pers virtual pada Senin kemarin.

Bambang menuturkan alat tes cepat berbasis antigen dibutuhkan untuk keperluan skrining kasus Covid-19, terutama di tempat-tempat dengan mobilitas penduduk yang relatif tinggi.

CePAD mendeteksi keberadaan antigen virus dari sampel nasal swab pada saat viral load sedang tinggi sehingga bermanfaat untuk mengurangi potensi penyebaran Covid-19.

"Tentunya kita harapkan keberadaan CePAD ini bisa mengurangi impor untuk rapid test antigen dan sebentar lagi pengembangannya akan menghasilkan bahan baku yang bersumber dari bahan mentah asli Indonesia untuk dapat digunakan dalam pembuatan antigen domestik, intinya kita meningkatkan local content dari keberadaan rapid test antigen ini," ujar Bambang.

Penggunaan CePAD memberikan hasil deteksi relatif cepat sekitar 15 menit dengan tingkat akurasi tinggi. Harga alat tersebut sekitar Rp120 ribu per unit. Meski demikian, perlu dicatat, alat tes PCR memiliki tingkat akurasi lebih tinggi dari peralatan yang berbasis antigen.

CePAD sejauh ini telah digunakan di Rumah Sakit Pendidikan Universitas Padjajaran, Laboratorium Kesehatan Pemerintah Provinsi Jawa Barat, dan Rumah Sakit Santosa Bandung.

CePAD juga dilengkapi dengan sistem Trace (portal CePAD), barcode yang dihubungkan dengan Nomor Induk Kependudukan (NIK). Ini untuk mempercepat penanganan orang yang terdeteksi positif COVID-19 dan membatasi potensi penularan penyakit.

Mengenal Cara Kerja GeNose

GeNose adalah alat pendeteksi Covid-19 yang dibuat oleh para ahli dari Universitas Gadjah Mada (UGM). Alat ini telah mengantongi izin edar dan siap dipasarkan. Ketua tim pengembang GeNose, Prof. Kuwat Triyana, mengatakan izin edar GeNose dari Kementerian Kesehatan turun pada Kamis (24/12/2020).

Menurut Kuwat setelah izin edar diperoleh maka timnya akan melakukan penyerahan GeNose C19 sebanyak 100 unit hasil produksi massal batch pertama, yang didanai BIN dan Kemenristek/BRIN, untuk didistribusikan.

“Dengan 100 unit batch pertama yang akan dilepas, kami berharap dapat melakukan 120 tes per alat atau atau totalnya 12 ribu orang sehari. Angka 120 tes per alat itu dari estimasi bahwa setiap tes membutuhkan 3 menit termasuk pengambilan napas sehingga satu jam dapat mentes 20 orang dan bila efektif alat bekerja selama 6 jam,” jelas Kuwat.

Satu unit GeNose diperkirakan seharga Rp40 juta dan dapat dipakai untuk 100 ribu pemeriksaan.

GeNose diklaim memiliki kemampuan mendeteksi virus corona dalam tubuh manusia dalam waktu kurang dari 2 menit. “Kalau sebelumnya butuh waktu sekitar 3 menit, kemarin saat uji di BIN sudah bisa turun menjadi 80 detik sehingga lebih cepat lagi,” kata Kuwat.

Anggota tim peneliti GeNose, Dian Kesumapramudya Nurputra, memaparkan alat tersebut bekerja mendeteksi Volatile Organic Compound (VOC) yang terbentuk karena adanya infeksi Covid-19 yang keluar bersama napas melalui embusan napas ke dalam kantong khusus.

Selanjutnya VOC tersebut diidentifikasi melalui sensor-sensor yang kemudian datanya akan diolah dengan bantuan kecerdasan artifisial (Artificial Intelligence).

GeNose C19 jadi alat pendeteksi Covid-19 pertama di Indonesia yang memeriksa sample berupa embusan napas. Aplikasi alat ini terhubung pula dengan sistem cloud computing untuk mendapat hasil diagnosis secara real time.

GeNose telah melalui uji profiling dengan menggunakan 600 sampel data valid di Rumah Sakit Bhayangkara dan Rumah Sakit Lapangan Khusus Covid Bambanglipuro di Yogyakarta. Hasilnya menunjukkan tingkat akurasi alat ini mencapai 97 persen.

Baca juga artikel terkait VIRUS CORONA atau tulisan lainnya dari Addi M Idhom

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Addi M Idhom
Editor: Agung DH