tirto.id - Tahun 2025 menandai peringatan 80 tahun kemerdekaan Indonesia. Perayaan ini bukan hanya mengingatkan pada perjuangan fisik 1945, tetapi juga mengajak bangsa untuk melanjutkan semangat kemerdekaan ke medan yang baru: pendidikan. Jika dulu kemerdekaan diraih lewat pertempuran bersenjata, kini perjuangan berlanjut melalui merdeka pendidikan—membebaskan anak-anak dari keterbatasan akses pengetahuan dan keterampilan di era digital.
Di tengah arus perubahan global, pendidikan menjadi benteng dan jembatan. Generasi yang merdeka adalah generasi yang mampu menguasai literasi digital, berpikir kritis, dan memanfaatkan teknologi untuk masa depan. Inilah visi yang diemban oleh Program Sekolah Rakyat, salah satu program prioritas Presiden Prabowo Subianto, yang menyasar anak-anak dari keluarga miskin dan miskin ekstrem, memadukan semangat gotong royong dengan kekuatan infrastruktur digital.
Diluncurkan pada Juli 2025, fase awal Sekolah Rakyat menargetkan 100 sekolah di berbagai daerah. Gedung dan operasional didukung Kementerian Sosial, tenaga pengajar disokong Kemendikdasmen dan Kemenpan RB, sementara Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) menyediakan infrastruktur digital, mulai dari wifi cepat hingga perangkat laptop dan PC untuk siswa.
Memanfaatkan Infrastruktur Digital di Sekolah Rakyat
Sehabis jam makan siang, Selasa (5/8), suasana di Kelas A Sekolah Rakyat Menengah Pertama (SRMP) 6 Jakarta terlihat kondusif. Para murid menghadap laptop mereka masing-masing, sementara Dede Kurniati, guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, hilir mudik menyampaikan materi. Selesai Bu Siti memberi penjelasan, murid-murid mencari materi tambahan, mendalami pelajaran via internet.
Iva, 12 tahun, menyebut adanya laptop di Sekolah Rakyat sangat bermanfaat. Selain untuk menggali informasi, Iva juga kerap memanfaatkan laptop untuk mengerjakan tugas.
“Pakai laptop cari informasi gampang, tinggal ketik-ketik langsung dapat. Laptop dan internet memudahkan kami belajar,” ungkap Iva kepada reporter Tirto.id, Selasa (5/8).
Disinggung soal tugas apa saja yang pernah Iva cari di internet, Ifa cepat-cepat memberi jawaban. “Cerita rakyat Bawang Merah dan Bawang Putih! Pelajaran IPS,” pungkas Iva.
Senada dengan Iva, Aska, 12 tahun, juga menyebut laptop dan wifi sebagai penunjang pembelajaran yang sarat manfaat. Dengan adanya laptop dan wifi, Aska dan pelajar SRMP lainnya semakin mudah mencari informasi. Siswa asal Jakarta Timur itu biasa menggunakan laptop untuk nyaris semua mata pelajaran, terutama Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, dan IPS.
“Untuk Bahasa Indonesia, saya menggunakan laptop untuk menulis cerita. Kalau pelajaran Matematika, untuk menonton video tentang berhitung,” kata Aska.
Ditanya apakah dia pernah menggunakan laptop sebelumnya, Aska menganggukan kepala. “Iya, pernah, punya saudara. Sekarang bisa belajar lebih banyak lagi.”
Sementara Guru TIK SRMP 9 Jakarta, Zulfadri, menyebut bahwa internet yang ada di sekolah juga berdampak baik bagi guru. Kata Fadri, guru-guru biasa menggunakan internet untuk pengayaan bahan ajar. “Kami mencari bahan ajar yang lebih menarik dan edukatif di internet.”
Selain laptop, yang dibagikan kepada masing-masing siswa Sekolah Rakyat, pemerintah juga menyediakan Personal Computer (PC) untuk laboratorium TIK. Jumlah PC yang ada di SRMP 9 Jakarta 25 unit, disesuaikan dengan jumlah siswa di masing-masing kelas.
“Jadi, di kelas ada laptop, di lab ada PC,” terang Fadri.
Program Sekolah Rakyat yang diusung Presiden Prabowo Subianto adalah program gotong royong. Agus Ristanto, Kepala SRMP 19 Yogyakarta, menjelaskan bahwa sebagai sebuah program, Sekolah Rakyat didukung banyak pihak.
“Untuk gedung dan operasional dari Kementerian Sosial, sedangkan untuk guru didukung Kemendikdasmen dan Kemenpan RB. Kira-kira begitulah,” kata Agus kepada reporter Tirto.id, Selasa (29/7).
Infrastruktur Digital sebagai Fondasi Merdeka Belajar
Menteri Komdigi, Meutya Hafid, menegaskan komitmen untuk memastikan semua Sekolah Rakyat memiliki koneksi internet yang baik dan cepat.
"Di Perpres kewajiban utama (Kementerian Komdigi) adalah pertama memastikan infrastruktur digital. Jadi bahwa sekolah rakyat ini juga terkoneksi dengan koneksi internet yang baik dan cepat," kata Menteri Komdigi, Meutya Hafid, di kawasan Kalasan, Sleman, Yogyakarta, Sabtu (28/6/2025).
Sebagai bukti pernyataan Menteri Komdigi, Direktur Jenderal Infrastruktur Digital Kemkomdigi, Wayan Toni Supriyanto, memastikan pemetaan titik jaringan dan peninjauan lokasi telah dilakukan secara menyeluruh.
“Kami sudah meninjau semua lokasinya, untuk fixed broadband aman, jadi tidak ada kendala," kata Wayan, Senin (4/8/2025).
Dirjen Wayan menerangkan, jarak terjauh Sekolah Rakyat ke Optical Distribution Point (ODP) hanya sekitar 400 meter, sehingga memudahkan pemasangan internet. “Sebagian besar ODP dimiliki Telkom, tapi di kota-kota besar ada juga operator fixed broadband lain yang sudah siap,” kata Wayan.
Terakhir, Wayan menjelaskan, Komdigi memang membantu pengadaan internet di Sekolah Rakyat, tetapi untuk pembiayaannya menjadi tanggungan Kementerian Sosial. “Nanti pembiayanya sudah disepakati oleh Kementerian Sosial. Tinggal Kemensos datang, koordinasi dengan operator dan kami, lalu pemasangan bisa dilakukan.”
Komitmen ini dirasakan langsung oleh pihak sekolah. Agus Ristanto, Kepala SRMP 19 Yogyakarta, menyebut kehadiran infrastruktur digital dari Komdigi tidak hanya mendukung kegiatan belajar mengajar, tetapi juga memperkuat aspek keamanan dan manajemen sekolah.
“Wifi dari Komdigi kami gunakan juga untuk pasang CCTV. Sementara di kelas, laptop dan internet digunakan untuk mendalami Learning Management System (LMS), termasuk mencari tahu bakat dan potensi siswa,” jelas Agus.
Sekolah Rakyat merupakan salah satu program prioritas Presiden Prabowo Subianto, ditujukan untuk anak-anak dari keluarga miskin dan miskin ekstrem. Diakui atau tidak, kedua kelompok rentan tersebut kerap dilanda kesulitan untuk mendapatkan pendidikan yang layak, sehingga kesempatan mereka untuk mengubah taraf hidup melalui pendidikan tak ubahnya api jauh dari panggangan.
Di momen kemerdekaan, Sekolah Rakyat terasa relevan: sarana memerdekakan anak-anak Indonesia dari kebodohan dan kemiskinan.
Editor: Dwi Ayuningtyas
Masuk tirto.id







































