tirto.id - Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya tumbuh menjadi pribadi yang memiliki akhlak dan perilaku baik. Apapun akan dilakukan oleh orang tua dalam mengasuh dan mendidik anaknya supaya tetap tumbuh dan berkembang dengan baik.
Cara mendidik dan mengasuh anak tentu berbeda-beda pada setiap orang tua, bahkan tak sedikit orang tua yang memberikan pola asuh yang ketat dalam membesarkan anak-anaknya. Tentu hal itu memiliki tujuan yang baik, untuk melatih anaknya supaya patuh dan disiplin.
Namun, jika pola asuh yang yang diberikan terlalu ketat dampaknya akan membuat anak terasa terkekang dan tidak bebas. Anak akan kesulitan untuk mengembangkan potensi dalam dirinya karena orang tua yang memperlakukan anak atas dasar keinginannya, bukan kepentingan dari anak.
Seperti yang dikutip dari laman News Delivers, menurut jurnal American Psychological Association, orang tua yang ketat atau strict parents adalah orang tua yang memberikan pola asuh yang ketat, menempatkan standar, dan memberikan tuntutan yang tinggi bagi anak-anak mereka.
Apabila orang tua memaksakan tuntutan dan standar yang tinggi yang disertai dengan dukungan dan kasih sayang, maka dapat membuat anak merasa termotivasi. Namun jika sebaliknya, ketika orang tua menuntut secara paksa tanpa disertai perhatian, tentu akan membuat anak sulit berkembang.
Penyebab strict parents
Terkadang, pola asuh yang otoriter bukan sesuatu yang dilakukan dengan sengaja. Ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang melakukan gaya pengasuhan seperti ini, di antaranya:
1. Memiliki pengalaman yang sama
Penelitian yang berjudul Child Maltreatment menemukan hal yang menarik tentang alasan seseorang menjadi strict parents. Studi tersebut mengemukakan bahwa orang tua yang membesarkan anak-anak mereka dengan pola asuh ketat lantaran memiliki pengalaman yang sama ketika masih kecil.
Sedangkan menurut jurnal publikasi Michigan State University, beberapa orang tua yang menjadi strict parents karena faktor kebangsaan, kebudayaan, dan latar belakang etika.
Bagi para orang tua, strict parents merupakan cara yang tepat digunakan untuk mengasuh dan mendisiplinkan anak, seperti yang mereka rasakan dahulu.
2. Kepribadian yang kurang menyenangkan
Orang yang memiliki kepribadian yang kurang menyenangkan cenderung kurang berempati dan sering overthingking akan suatu hal. Bahkan, mereka akan sulit memiliki hubungan dengan orang lain, termasuk dengan anaknya sendiri.
3. Merasa paling tahu
Kebanyakan orang tua beranggapan jika mereka paling mengetahui segala hal tentang anak tanpa mempertimbangkan keinginan dan kemampuan sang anak. Misalnya seperti melarang si anak bergaul dengan teman-teman tertentu, padahal yang menjalani pertemanan dan tahu baik buruknya sebuah kelompok adalah sang anak.
4. Dampak strict parents
Kebanyakan orang tua memandang kesuksesan akademis sebagai prioritas dan menilai efektivitas pengasuhaan mereka berdasarkan prestasi anak-anak mereka di sekolah. Pola asuh yang terlalu ketat memang dapat menghasilkan prestasi akademik yang tinggi di beberapa budaya seperti di kebanyakan negara Asia.
Namun, terlepas dari keberhasilan akademis yang tampak di beberapa budaya, gaya pengasuhan ini juga memberikan dampak yang tidak baik bagi anak-anak.
Dampak buruk dari strict parents
Seperti yang dilansir dari laman Aha Parenting, berikut ini beberapa dampak buruk dari strict parents atau pola asuh orang tua yang terlalu ketat bagi anak-anak:
1. Pola asuh yang ketat membuat anak- anak kehilangan kesempatan untuk menginternalisasi disiplin diri dan tanggung jawab.
Pengekangan yang terlalu keras memang dapat mengontrol perilaku untuk sementara, namun tidak membantu anak belajar untuk mengatur diri sendiri. Pengekangan yang keras justru memicu penolakan untuk mengambil tanggung jawab atas diri mereka sendiri.
Perilaku disiplin diri pada anak akan berkembang dari kasih sayang orang tua secara internal. Tak ada seorang pun yang suka dikontrol, jadi tidak mengherankan pula jika anak-anak menolak pengekangan yang tidak disertai rasa empati.
2. Pola asuh yang otoriter, mengekang tanpa empati, dan perilaku didasari karena rasa ketakutan justru akan mengajarkan anak-anak untuk menggertak
Anak-anak cenderung mempelajari apa yang mereka jalani dan meneladani sikap orang tua. Nah, jika anak-anak melakukan apa yang orang tua inginkan karena ketakutan, lantas apa bedanya dengan bullying? Jika orang tua berteriak, maka mereka akan meniru dengan berteriak pula. Bahkan, jika orang tua menggunakan kekerasan, mereka juga meniru dengan kekerasan.
3. Anak-anak yang dibesarkan dengan terlalu disiplin dan kerap diberi hukuman, maka anak tersebut cenderung mudah marah dan depresi
Hal ini dikarenakan pola asuh anak yang otoriter menjelaskan kepada anak-anak bahwa sebagian dari diri mereka tidak dapat diterima, orang tua juga tidak turut membantu mereka untuk belajar mengatasi dan mengelola perasaan sulit yang mendorong mereka untuk bertindak. Anak-anak dibiarkan kesepian dan mencoba mencari-cari sendiri bagaimana cara mengatasi hal tersebut.
4. Pola asuh yang ketat akan mengajarkan anak-anak bahwa kekuasaan akan selalu benar. Mereka belajar patuh, namun tidak diajarkan untuk berpikir untuk mereka sendiri.
Mereka cenderung tidak bertanggung jawab atas tindakan mereka, atau mereka menghindari tanggung jawab dengan mengatakan bahwa mereka hanya untuk mencoba “mengikuti perintah”.
5. Anak-anak yang dibesarkan dengan pola asuh yang keras cenderung menjadi seorang yang pemberontak.
Terdapat penelitian yang menunjukkan bahwa anak-anak yang dibesarkan dengan pola asuh yang ketat justru cenderung lebih mudah marah dan memberontak ketika remaja hingga dewasa.
6. Anak dengan pola asuh yang ketat dapat menjadi seorang pembohong yang hebat.
7. Pola asuh yang otoriter dapat merusak hubungan antara orang tua dan anak-anak mereka.
Orang tua yang kerap memberikan hukuman kepada anak-anaknya justru dapat memotong sifat empati alami orang tua kepada anaknya sehingga membuat hubungan keduanya memburuk.
Mengasuh anak juga menjadi jauh lebih sulit bagi orang tua karena anak-anak mereka kehilangan minat untuk menyenangkan orang tua dan menjadi lebih sulit diatur.
Inti dari beberapa dampak buruk di atas adalah pola asuh yang terlalu ketat tidak berhasil membuat anak untuk berperilaku lebih baik.
Kenyataanya pengasuhan tersebut justru menyabotase semua hal-hal positif yang orang tua lakukan kepada anak dan menghambat anak untuk belajar mengatur emosi dan disiplin diri.
Ciri-ciristrict parents
Setelah memahami pengertian, penyebab, dan dampak di atas, tentunya akan menambah pemahaman mengenai strict parents. Tak hanya itu, strict parents juga memiliki beberapa karakteristik.
Lantas, seperti yang dilansir laman Parenting for Brain, berikut merupakan ciri-ciri strict parents:
1. Memiliki banyak aturan yang ketat dan harus dipatuhi oleh anak.
2. Menuntut dan memaksa anak mereka untuk mematuhi harapan mereka secara membabi buta.
3. Tidak mengizinkan anak mereka untuk mempertanyakan otoritas orang tua.
4. Menghukum dengan berat karena melanggar aturan apa pun.
5. Bersikap dingin dan tidak responsif terhadap anak-anaknya.
6. Suka menggunakan kata-kata yang mempermalukan dan kasar.
7. Tidak mengizinkan anak mereka untuk ikut serta dalam mengambil keputusan.
8. Memiliki harapan yang terlalu tinggi dan cenderung tidak realistis.
9. Tidak menoleransi kesalahan anak.
10. Orang tua yang bersikap selalu benar di depan anak-anaknya.
Penulis: Yunita Dewi
Editor: Nur Hidayah Perwitasari