tirto.id - Kebakaran hutan yang terjadi di Australia menyebabkan musnahnya habitat hewan-hewan liar asli Australia seperti kanguru, koala, burung, reptil, dan lain-lain. Sebagian besar hewan-hewan itu juga mati akibat kebakaran hutan.
Sejak kebakaran pertama kali terjadi pada awal September, ratusan rumah telah hilang, lebih dari lima juta hektare hutan dan lahan pertanian hangus, dan sedikitnya 24 orang tewas. Ahli ekologi dari University of Sydney memperkirakan hampir setengah miliar mamalia, burung, dan reptil mati sejak kebakaran dimulai.
Diperkirakan, jumlah hewan yang jadi korban mencapai 480 juta, termasuk 8.000 koala. Sussan Ley, menteri lingkungan hidup Australia, mengatakan kepada Australian Broadcasting Corporation, jumlah hewan yang menjadi korban belum bisa dipastikan sampai api berhasil dipadamkan.
Ketika kebakaran melanda Australia, bukan hanya koala yang terancam, tetapi juga satwa liar asli Australia. Vickii Lett sukarelawan penjaga satwa liar di New South Wales (NSW) yang telah bekerja selama 32 tahun mengatakan, api yang membakar Australia ini belum pernah terjadi sebelumnya.
"Ruang lingkup kebakaran ini adalah sesuatu yang belum pernah kami alami sebelumnya," kata Lett, yang bekerja bersama kelompok penyelamatan satwa liar Australia, WIRES, seperti dikutip Aljazeera.
Hewan-hewan yang direhabilitasi Lett termasuk koala, walabi, kanguru, dan berbagai spesies possum. Menurutnya, rehabilitasi bisa memakan waktu berbulan-bulan. Untuk melepaskan mereka kembali ke habitat alami butuh waktu lama, karena harus dipastikan habitat alami mereka sudah dalam keadaan baik.
Dengan skala kebakaran tahun ini, tidak jelas berapa lama waktu yang diperlukan untuk meremajakan dan memungkinkan pelepasan hewan-hewan ke habitat alami. Kebakaran juga telah menyebabkan penurunan populasi burung, hewan pengerat, dan serangga.
Penyebab Kebakaran Australia: Apakah Perubahan Iklim?
Penyabab kebakaran hutan di Australia sangat kompleks. Cnet mewartakan, Australia adalah benua yang akrab dengan kebakaran hutan. Mereka mengenal manajemen kebakaran hutan dan pentingnya kebakaran dalam meregenerasi tanah.
Masyarakat adat yang telah hidup di seluruh benua pulau selama puluhan ribu tahun telah lama mengetahui pentingnya manajemen kebakaran dan bagaimana hal itu berkontribusi terhadap kesehatan ekosistem.
Kebakaran hutan adalah ancaman yang dipahami dengan baik, tetapi api yang sekarang membakar seluruh negeri digambarkan sebagai kebakaran yang "belum pernah terjadi sebelumnya" dari segi keganasan dan skalanya.
Kebakaran dimulai karena beberapa sebab, dari rokok yang dibuang sembarangan hingga sambaran petir yang menyebabkan pembakaran. Namun, hal itu juga didukung beberapa faktor lain, seperti kurangnya hujan dan kelembaban tanah yang rendah. Kondisi tersebut memungkinkan api kecil untuk membesar dalam waktu cepat.
Ditambah dengan suhu tinggi dan angin kencang yang dialami Australia dalam beberapa bulan terakhir, kebakaran kecil ini dapat menjadi besar. Selain itu, dengan musim kebakaran yang semakin lama, waktu untuk meminimalkan kebakaran semakin sedikit, sehingga memberikan peluang kebakaran untuk membesar dan sulit dipadamkan.
Risiko kebakaran hutan pada musim panas 2019 telah diketahui oleh kepala pemadam kebakaran Australia. Pihaknya telah berusaha untuk bertemu dengan Scott Morrison, perdana menteri Australia, sejak April. Namun mereka terus menerus ditolak.
Kebakaran hutan ini tidak dimulai oleh perubahan iklim, tetapi diperburuk oleh efek pemanasan global. Dewan Iklim, organisasi iklim independen yang didanai masyarakat, menyatakan kondisi kebakaran hutan sekarang lebih berbahaya daripada masa lalu, dengan musim kebakaran yang lebih panjang, kekeringan, dan tanah yang lebih kering serta suhu panas yang meningkat.
Kaitan antara kebakaran hutan dan perubahan iklim menjadi hal yang politis belakangan ini, tetapi para ahli sepakat perubahan iklim menjelaskan bencana-bencana alam yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Khususnya, Australia yang mengalami tahun terpanas pada 2019, naik 1,5 derajat Celcius lebih tinggi dari rata-rata, menurut laporan Badan Meteorologi. Naiknya suhu meningkatkan risiko kebakaran hutan, dan pada bulan November, Sydney mengalami bahaya kebakaran besar untuk pertama kalinya.
Dampak kebakaran hutan ini juga cukup mengerikan, seperti yang terjadi saat kebakaran Amazon 2019. Kebakaran hutan melepaskan karbon dioksida, gas rumah kaca, ke atmosfer. Gas, yang hanya membentuk sebagian kecil dari total gas di atmosfer akan memerangkap panas.
Hanya dalam tiga bulan, kebakaran Australia diperkirakan telah melepaskan 350 juta metrik ton karbon dioksida. Para ahli memperingatkan diperlukan waktu satu abad atau lebih akan untuk menyerap karbon dioksida yang dilepaskan.
Editor: Agung DH