tirto.id - Kembang api untuk merayakan Tahun Baru 2020 akan tetap digelar di Sydney, meski ada kebakaran hutan yang terjadi di Australia. Perdana Menteri Scott Morrison mengatakan, pihaknya akan bersiap-siap menghadapi kondisi yang memburuk jika suhu tinggi tetap berlanjut.
Diwartakan Associated Press, Morrison juga mengumumkan penggalangan dana untuk beberapa sukarelawan pemadam kebakaran di New South Wales, negara yang paling parah dilanda kebakaran hutan di Australia.
“Dunia memandang Sydney setiap tahun dan mereka melihat semangat kami, mereka melihat kesuksesan kami. Di tengah bencana yang kami hadapi, dengan pertimbangan keselamatan, saya tidak bisa memikirkan waktu yang lebih baik untuk mengungkapkan kepada dunia betapa optimis dan positifnya kita sebagai sebuah negara," ujarnya.
Dewan Kota Sydney memberi lampu hijau terhadap pesta kembang api, meskipun otoritas kebakaran memperingatkan, kembang api dapat dibatalkan jika bencana kebakaran hutan semakin parah.
Sementara itu, Wali Kota Sydney, Clover Moore mengatakan, kebakaran yang terjadi di Australia berkaitan dengan perubahan iklim, bukan soal kembang api malam Tahun Baru, demikian sebagaimana disiarkan The Guardian.
Moore menuding pemerintah federal dan Menteri Pengurangan Emisi, Angus Taylor kurang mengambil tindakan untuk mengatasi perubahan iklim. Moore mengeluarkan pernyataan itu di tengah protes menuntut agar pelaksanaan pesta kembang api di Sydney ditiadakan.
Kembang api tepi pantai Sydney yang ikonik akan tetap menyala pada tahun 2020 meskipun ada penutupan tempat-tempat populer dan aksi penolakan dari masyarakat.
"Masalah yang mendesak di sini adalah perubahan iklim. Australia terbakar, taman nasional dan hewan asli musnah, masyarakat dirugikan. Orang-orang kehilangan rumah, orang-orang tewas, petugas pemadam kebakaran telah tewas demi menyelamatkan masyarakat," ujar Moore kepada wartawan.
Walikota mengatakan tindakan perubahan iklim telah menjadi prioritas utama dewan sejak 2008 dan mengarahkan gerakannya pada pengurangan emisi.
"Kota-kota di seluruh dunia melakukan bagian mereka untuk mengatasi pemanasan global-pemerintah kita yang mengecewakan kita," kata Moore.
Menteri Angus Taylor menulis sebuah opini di surat kabar The Australian pada Selasa (31/12/2019) dan menyebut kinerja pengurangan emisi di Australia adalah sesuatu yang bisa dibanggakan.
Namun Moore mengatakan Taylor adalah "menteri yang bertanggung jawab untuk mengatasi pemanasan global, dan dia telah gagal".
Kebakaran Hutan di Australia Jelang Tahun Baru
Kebakaran hutan melanda Queensland, Victoria, Australia Barat, dan Australia Selatan menjelang akhir tahun 2019. New South Wales, negara bagian terpadat di Australia, kena dampak paling parah kebakaran hutan, yang telah menewaskan sembilan orang di seluruh wilayah dan merobohkan lebih dari 1.000 rumah dalam beberapa bulan terakhir.
Temperatur tinggi di timur negara itu diperkirakan akan terjadi sampai tahun baru. Pinggiran barat Sydney mencapai suhu 41 derajat Celcius (106 Fahrenheit) pada Minggu (29/12/2019), sebelum memuncak menjadi 44 derajat C (111 Fahrenheit) pada Selasa (31/12/2019).
Bahaya kebakaran di Sydney dan New South Wales bagian utara saat ini sangat tinggi. Komisaris Layanan Pemadam Kebakaran Pedesaan New South Wales Shane Fitzsimmons mengatakan 85 titik api masih menyala di seluruh negara bagian dengan hampir separuhnya tidak terkendali.
"Kami mengalami beberapa kondisi cuaca yang memburuk dalam beberapa hari mendatang, terutama Senin dan memburuk hingga Selasa," katanya.
Peringatan darurat dikeluarkan pada Minggu untuk bagian timur Victoria karena kondisinya semakin memburuk. Melbourne, ibukota negara bagian, ditetapkan mencapai suhu 43 derajat C (109 F) pada Senin.
Pada pukul 10.00 am Selasa, waktu setempat kabut asap telah mereda di Sydney Harbour, yang menurut Moore adalah pesan bagi pemerintah untuk "mulai menyatukan tindakan mereka dan mulai mengambil tindakan efektif untuk mengatasi pemanasan global".
Status bahaya kebakaran di Sydney, Newcastle, dan Australia bagian selatan, tempat beberapa kebakaran terbesar, berkisar dari parah hingga ekstrem.
Editor: Agung DH