tirto.id - Sebanyak tiga bank Amerika Serikat (AS) ditutup atau diambil alih oleh Pemerintah AS menyusul neraca keuangan memburuk dan tidak mampu memenuhi penarikan besar-besaran dari para deposan. Bank tersebut adalah Silicon Valley Bank (SVB), Silvergate Bank dan Signature Bank.
Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo memastikan, bahwa tidak ada dampak langsung dari penutupan tiga bank asal AS terhadap industri perbankan di Tanah Air. Hal ini lantaran bank-bank yang ada di Indonesia tidak menanamkan dananya terhadap tiga bank tersebut.
"Risiko dampak langsung hampir nol, sehingga dampak langsungnya memang tidak ada. Apalagi bank-bank di Indonesia itu jarang juga kepemilikan pada obligasi valasnya AS," kata Perry dalam pengumuman hasil RDG Maret 2022, di Kantornya, Jakarta, Kamis (16/3/2023).
Perry mengatakan ketahanan sistem keuangan khususnya perbankan saat ini tetap terjaga, baik dari sisi permodalan, risiko kredit maupun likuiditas. Permodalan perbankan kuat dengan rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio /CAR) sebesar 25,88 persen pada Januari 2023.
Risiko kredit juga terkendali, tercermin dari rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan /NPL) yang rendah 2,59 persen (bruto) dan 0,76 persen (neto) pada Januari 2023. Likuiditas perbankan pada Februari 2023 ikut terjaga didukung oleh pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 8,18 persen (yoy).
"Berbagai kondisi tersebut menopang ketahanan perbankan Indonesia sehingga diperkirakan kinerjanya tidak terdampak langsung oleh dinamika penutupan tiga bank di AS," katanya.
Hasil stress test Bank Indonesia juga menunjukkan ketahanan perbankan Indonesia yang kuat. Ke depan, Bank Indonesia akan terus memperkuat sinergi dengan KSSK dalam memitigasi berbagai risiko makro ekonomi domestik dan global yang dapat mengganggu ketahanan sistem keuangan
Lebih lanjut, Perry menyampaikan penutupan tiga bank yang selama ini dikenal sebagai pendukung kuat industri uang digital serta pemberi pinjaman utama perusahaan-perusahaan rintisan itu terjadi karena modal bisnis bank tidak stabil, atau sangat rentan. Ini menyusul sebagian besar funding berasal dari deposan besar.
"Kenapa? deposit funding terkonsentrasi pada deposan besar yang 93 persen pada deposan besar," pungkasnya.
Untuk diketahui, SVB mengalami kebangkrutan setelah 48 jam mengalami krisis modal pada Jumat (10/3/2023) waktu setempat. Kekacauan ini dipicu oleh suku bunga tinggi The Fed yang menyebabkan para deposan menarik 42 miliar dolar AS dari SVB.
SVB menyediakan pembiayaan untuk hampir setengah dari perusahaan teknologi dan perawatan kesehatan yang didukung oleh perusahaan ventura di AS.
Pada akhir 2022, bank tersebut mengatakan bahwa mereka memiliki 151,5 miliar dolar AS dalam bentuk deposito yang tidak diasuransikan, di mana 137,6 dolar AS miliar di antaranya dimiliki oleh deposan AS.
Selang dua hari berikutnya, Signature Bank yang berbasis di New York, pemberi pinjaman utama dalam industri kripto, ditutup pada Minggu oleh regulator karena pengecualian risiko sistemik serupa.
Kemudian Silvergate Bank (SB). Pada 8 Maret 2023, Silvergate Capital Corporation (SCC), perusahaan holding dari Silvergate Bank, memutuskan untuk menutup operasional dan melikuidasi secara sukarela Silvergate Bank.
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Reja Hidayat