tirto.id - Cuaca yang tidak menentu adalah musuh kesehatan. Apalagi ketika hujan tiba-tiba turun. Persepsi ini seolah terbangun sejak kita kecil. Memangnya tubuh manusia lebih rentan sakit pada saat hujan?
Sebenarnya bukan hujannya, melainkan suhu yang lebih dingin. “Suhu dingin melemahkan sistem imun,” kata Mahesa Paranadipa dari Ikatan Dokter Indonesia. “Ditambah, air hujan yang jatuh akan mengangkat bakteri dan virus dari tanah ke udara. Jadi orang-orang akan terpapar bakteri dan virus saat hujan yang mungkin menyebabkan mereka jatuh sakit.”
Isu coronavirus juga semakin membuat kekhawatiran kita meningkat, terutama karena Indonesia sudah positif coronavirus setidaknya sejak 2 Maret 2020. “Sinar matahari yang kurang dan suhu yang lebih dingin mungkin membantu menyebarkan virus,” kata Dr. Joel N. Myers, Pendiri dan CEO AccuWeather.
Menjelang musim pancaroba—seharusnya Maret dan April ini peralihan dari musim hujan ke kemarau—yang dikombinasikan dengan berkembangnya coronavirus semakin membuat kita harus melindungi diri. Satu cara paling sederhana adalah dengan minum banyak air.
Air membentuk sekitar 60 persen massa tubuh manusia dan merupakan salah satu nutrisi paling penting. Setiap hari kita kehilangan cairan pada saat proses berkeringat, bernapas, berkemih, dan pergerakan usus.
Kurang minum air bisa membuat dehidrasi, dan mengalami dehidrasi di musim hujan adalah sebuah ironi. Dengan banyaknya air turun dari langit yang membasahi lingkungan sekitar, ditambah suhu udara yang lebih dingin, membuat kebanyakan orang merasa sudah tercukupi kebutuhan airnya. Padahal, tidak begitu.
Pada kondisi normal, berkeringat bisa dirasakan secara langsung. Akan tetapi selama musim hujan, kita sering tak sadar berkeringat. Kenyataannya, kelembaban udara membuat tubuh sering berkeringat meski berada di suhu yang sejuk atau dingin.
Selama musim hujan atau cuaca yang dingin ini, 40 persen orang merasa tak lebih haus, sehingga mereka akan minum lebih sedikit. Respons haus yang berkurang ini jika dikombinasikan dengan keringat yang tak disadari akan berkontribusi kepada dehidrasi.
Peningkatan produksi urin juga turut berpengaruh, terutama jika seseorang lebih memilih mengonsumsi minuman ringan yang lebih memiliki rasa, tetapi tinggi gula, berkarbonasi, dan mengandung berbagai pengawet serta pewarna buatan.
Orang biasa terjebak dalam situasi ini dengan bermalas-malasan. Tanpa disadari, mereka merasa lemas dan lebih ingin tidur-tiduran lagi bukan karena cuaca atau suhu yang mendukung, melainkan karena mereka kekurangan cairan tubuh. Rasa lemas ini—bersama dengan bibir kering dan pecah-pecah, kulit dingin dan kering, serta rasa kantuk berlebihan—adalah efek dehidrasi.
Dalam jangka panjang, tidak minum cukup air dapat menyebabkan dehidrasi kronis yang dapat memiliki efek berbahaya dan mengancam jiwa seperti batu ginjal, infeksi saluran kemih, tekanan darah rendah, dan bahkan dapat menyebabkan kematian.
Sekitar 20 persen dari total asupan air manusia berasal dari makanan, sementara 80 persen dari minuman. Kebutuhan cairan tubuh seseorang juga bervariasi tergantung pada faktor-faktor seperti usia, berat badan, jenis kelamin, aktivitas, suhu tubuh atau lingkungan sekitar, dan penyakit. Bahkan status sebagai ibu hamil dan menyusui juga ikut berpengaruh.
Jenis air yang diminum untuk hidrasi sehat juga sebaiknya bukan air putih biasa, melainkan yang mengandung mineral. Dibandingkan dengan air putih—yang dimasak maupun disterilisasi dari sumur atau sumber air lainnya—air mineral memiliki kandungan-kandungan yang dapat meningkatkan kadar oksigen dalam darah, mengembalikan semangat setelah sepanjang hari menahan dahaga, sekaligus menjaga tubuh kembali kuat.
Manfaat air mineral ini akan semakin terasa ketika menghadapi situasi cuaca yang tidak menentu dan waspada dengan penyebaran virus. Untuk mendapatkan manfaat tersebut, sebaiknya kita memilih produk air mineral yang sudah terpercaya.
Di Indonesia, AQUA merupakan pelopor Air Mineral dalam Kemasan (AMDK) yang berdiri sejak 1973. AQUA konsisten menjaga kualitas air minum dengan memproduksi air minum yang mengandung mineral. Sebuah studi yang dilakukan AQUA menunjukkan waktu yang dibutuhkan air mineral untuk mencapai sel tubuh adalah lima menit. Ini membuat tubuh bisa terhidrasi kembali dengan cepat.
Selain konsisten menyediakan air mineral dengan kualitas terbaik, AQUA juga berkomitmen membangun masa depan lebih sehat melalui gaya hidup yang sehat, bumi yang sehat, serta ekosistem yang sehat.
AQUA dengan teliti memilih dan melindungi keseimbangan alami ekosistem sumber airnya dari hulu sampai ke hilir. Kesegaran setiap tetesnya juga tetap terjaga melalui lebih dari 400 cek kualitas dan dikemas langsung dari sumbernya. Mereka juga memiliki produk inovatif AQUA LIFE yang botolnya terbuat dari plastik daur ulang sehinga konsumen bisa bijak berplastik.
Dengan melindungi sumber air dan lingkungan, AQUA turut melindungi tubuh konsumen. Dengan demikian, berbagai gejala penyakit yang muncul di musim pancaroba bisa ditangkal. Semua dimulai dengan usaha sederhana: penuhi hidrasi dengan air mineral kualitas terbaik.
(JEDA)
Penulis: Tim Media Servis