Menuju konten utama

Pengulas Buku, Mengubah Hobi Membaca Menjadi Sumber Penghasilan

Indonesia termasuk negara yang produktif menerbitkan buku baru tiap tahunnya. Ini menjadi peluang yang bisa dimanfaatkan sebagai pengulas buku.

Pengulas Buku, Mengubah Hobi Membaca Menjadi Sumber Penghasilan
Header Side Job Book Reviewer. tirto.id/Parkodi

tirto.id - Ungkapan "buku adalah jendela dunia" telah menjadi mantra yang kita dengar sejak masa sekolah. Guru-guru kita seringkali mendorong untuk membaca buku sebagai sarana untuk memahami dunia yang lebih luas.

Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan ungkapan tersebut? Sederhana, namun mendalam, buku, baik fiksi maupun non-fiksi, berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan kita dengan pengetahuan dari masa lalu, pemahaman masa kini, hingga mempersiapkan masa depan.

Buku non-fiksi mengandalkan fakta dan kejadian nyata sebagai dasar penulisannya, sementara buku fiksi berisikan imajinasi para penulis buku. Keduanya memiliki peran yang sama besar dalam membangun peradaban manusia, lewat perkembangan pengetahuan dan juga keilmuan.

Menggeliatnya Literasi dan Pasar Buku Nasional

Semakin banyak kita membaca, semakin luas pengetahuan yang kita peroleh. Adapun faktor yang memengaruhi minat membaca buku itu adalah kondisi tingkat literasi. Bagaimana kondisinya di Indonesia saat ini?

Kondisi literasi di Indonesia terus menunjukkan perkembangan positif. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), persentase populasi di atas 15 tahun yang mampu membaca mencapai 96,53 persen pada tahun 2023, dengan tren peningkatan yang konsisten selama lima tahun terakhir.

Belum lagi, studi yang dirilis oleh Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) melalui Program for International Student Assessment (PISA) juga menunjukkan perkembangan yang cukup positif dalam menggambarkan kondisi pendidikan di Indonesia.

Pada tahun 2022, peringkat literasi membaca Indonesia naik lima posisi dibandingkan tahun sebelumnya, dan literasi matematika juga mengalami peningkatan yang serupa. Pencapaian ini mencerminkan resiliensi Indonesia dalam mempertahankan kualitas pendidikan, terutama di tengah periode pemulihan pasca-pandemi COVID-19.

Dalam lingkup yang lebih luas, Indonesia juga dikenal sebagai negara yang sangat produktif dalam menerbitkan buku di kawasan ASEAN. Setiap tahun sekitar 30 ribu judul buku diterbitkan. Fakta ini menunjukkan bahwa minat terhadap buku di Indonesia masih sangat tinggi.

Lebih lanjut, industri buku saat ini mengalami transformasi seiring dengan perkembangan teknologi. Di era digital, penerbitan buku tidak lagi terbatas pada format fisik saja. Penjualan buku digital menunjukkan tren yang menjanjikan.

Prediksi yang dikeluarkan oleh Statista menunjukkan bahwa penjualan buku secara digital akan meningkat, dari sebelumnya 11,29 miliar dolar AS pada 2017, menjadi 15,33 miliar dolar AS pada 2027. Statista juga memprediksikan bahwa pengguna buku digital akan mencapai 1,1 miliar secara global.

Menuai Penghasilan dari Hobi Membaca

Dengan tren positif di dunia literasi, ada peluang yang bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan pendapatan, yaitu dengan menjadi pengulas buku atau book reviewer.

Profesi ini mungkin belum begitu dikenal luas, namun potensinya cukup besar. Seorang pengulas buku adalah mereka yang gemar membaca dan memberikan penilaiannya terhadap buku yang dibaca. Ulasan dapat berupa penilaian singkat atau pun dibuat lebih mendalam menjadi resensi.

Seperti diketahui, terkadang ilustrasi sampul buku dan ringkasan masih kurang untuk menarik orang membaca buku. Sebuah buku biasanya dipilih ketika masuk dalam kategori “best seller” atau berdasarkan referensi dari pembaca.

Pengalaman ini sering kali dialami oleh penulis, yang tertarik membaca "Days at the Morisaki Bookshop" setelah melihat ulasan di TikTok. Buku tersebut ternyata memiliki popularitas yang luas dan menjadi fenomenal secara global.

Ilustrasi Book Reviewer

Ilustrasi Book Reviewer. foto/istockphoto

Ungkapan "Don't judge a book by its cover" menjadi sangat relevan dalam konteks ini. Seringkali, buku dengan sampul yang kurang menarik menyimpan cerita dan pengetahuan yang berharga di dalamnya.

Di sinilah peran reviewer buku menjadi penting, membantu calon pembaca melihat nilai dari sebuah buku tidak hanya berdasarkan sampulnya, tetapi juga isi dan pesan yang disampaikan.

Untuk yang tertarik menekuni profesi ini, ada beberapa platform yang menawarkan bayaran untuk ulasan buku. Misalnya Kirkus Review, sebuah situs media yang membuka kesempatan kepada pembaca buku dan memberikan bayaran 40-75 dolar AS untuk ulasan sepanjang 350 kata.

Ada juga Booklist, dengan sistem serupa, bayarannya sekitar 5-15 dolar AS untuk ulasan 150-175 kata. Situs Bookbrowse bahkan berani memberikan penawaran rata-rata 60 dolar AS untuk ulasan yang lebih panjang, yakni 1.000 kata. Di dalam ulasannya harus menampilkan fakta, latar, tema, dan lain-lain yang memungkinkan pembaca belajar sesuatu yang baru saat mereka membaca buku tersebut.

Bagi mereka yang ingin mencoba tantangan yang lebih besar, mengirimkan ulasan ke media besar seperti The New York Times atau The Guardian bisa menjadi pilihan yang menarik. Meski persaingannya ketat, bayaran yang ditawarkan cukup menggiurkan, sekitar 800 dolar AS untuk ulasan sepanjang 1.000 kata. Tentu saja, kualitas dan orisinalitas tulisan menjadi faktor utama yang dipertimbangkan dalam memilih ulasan yang layak diterbitkan.

Dengan pesatnya perkembangan teknologi, ada kekhawatiran bahwa profesi pengulas buku bisa tergantikan oleh kecerdasan buatan (AI). Namun, banyak platform menolak penggunaan AI dalam menulis ulasan, sehingga kebutuhan akan ulasan yang ditulis secara manual tetap tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa profesi ini memiliki prospek yang baik untuk masa depan.

Buku tidak akan lekang oleh waktu. Maka dari itu, kehadiran reviewer pun tidak akan termakan oleh zaman. Bagaimana, tertarik untuk mencoba? Selain membantu orang untuk mengetahui seluk beluk isi buku, ada cuan juga yang menanti.

Baca juga artikel terkait ULASAN BUKU atau tulisan lainnya dari Arindra Ahmad Fauzan

tirto.id - Side job
Penulis: Arindra Ahmad Fauzan
Editor: Dwi Ayuningtyas

Artikel Terkait