Menuju konten utama

Pengiriman Barang Melonjak Saat Ramadan, E-Commerce Mendominasi

Bisnis jasa pengiriman barang secara historis selalu mengalami kenaikan volume pengiriman barang sampai dengan 30%. 

Pengiriman Barang Melonjak Saat Ramadan, E-Commerce Mendominasi
Pekerja membungkus paket kiriman milik pelanggan di perusahaan jasa pengiriman JNE Express, di Medan, Sumatera Utara, Jumat (18/1/2019). ANTARA FOTO/Septianda Perdana/ama.

tirto.id - Satu unit becak roda tiga tampak mendatangi salah satu gerai franchise JNE Express di sebuah perumahan kawasan Ciputat. Muatannya penuh dengan dua karung besar plus satu dus ukuran sedang berisi paket. Puasa memang baru berlangsung selama tiga hari, akan tetapi aktivitas pengiriman barang tercatat sudah lebih padat dibanding biasanya.

Puncak kepadatan arus berkirim barang menurut Gita, sang pengelola waralaba atau franchise JNE Express tersebut adalah pada dua pekan jelang Idul Fitri. Jumlah paket bisa meningkat antara 70-80 persen dibanding bulan-bulan biasa. Otomatis, omzet pun turut terkerek naik sejumlah yang sama.

“Jelang Lebaran, paket paling banyak adalah pakaian karena mungkin untuk keperluan persiapan Lebaran dan banyaknya memang dari online shop dan marketplace ya. E-commerce paling banyak, antara 60-70 persen dari seluruh paket yang diterima,” ucap Gita yang telah menjadi franchisee JNE Express sejak 10 tahun lalu.

Penuturan Gita sejalan dengan pernyataan VP of Marketing JNE, Eri Palgunadi. Menurut Eri, secara historis, jumlah pengiriman paket yang dikirimkan JNE pada musim puncak seperti Ramadan dan Idul Fitri mengalami kenaikan sampai dengan 50 persen. Pengiriman didominasi oleh produk fesyen dan makanan.

Dari angka itu, jumlah pengiriman paket dari e-commerce mendominasi sampai dengan 60-70 persen. Sebagai informasi, e-commerce masuk dalam kategori retail customer yang perbandingannya dengan corporate customer sebesar 80 persen berbanding 20 persen.

"Keseluruhan peningkatan pengiriman sebesar 50 persen itu sudah termasuk peningkatan jumlah pengiriman e-commerce," jelas Eri kepada Tirto.

Sebagai antisipasi melonjaknya barang pengiriman, dari sisi operasional JNE melakukan berbagai persiapan misalnya saja dengan menambah lebih kurang 10 persen sumber daya manusia dan armada pengirim barang yang saat ini masing-masing berjumlah 45 ribu karyawan dan 7 ribu unit kendaraan.

Antisipasi tersebut juga dilakukan oleh J&T Express. Volume pengiriman barang yang meningkat sampai dengan 100 persen saat Ramadan dengan jumlah traffic diperkirakan meningkat sampai dengan tiga kali lipat mencapai 1,5 juta pengiriman pada Ramadan kali ini.

“Penambahan kapasitas, armada, dan juga SDM untuk membantu mobilisasi dan operasional dalam rangka menjaga alur pengiriman yang lancar,” ungkap Robin Lo, CEO J&T Express.

Puncak maraknya pengiriman diperkirakan akan terjadi pada pekan ketiga Ramadan, dengan porsi 60-70 persen berasal dari transaksi pembelian dari e-commerce. Mayoritas barang yang dikirim memiliki kesamaan seperti tren belanja e-commerce yaitu produk fesyen, kosmetik, dan juga aksesoris.

Banyaknya jumlah barang yang dikirim dari transaksi e-commerce dikarenakan J&T Express memiliki kerja sama dengan beberapa platform marketplace besar di Indonesia untuk jalur distribusi jasa pengiriman. "Pada umumnya, pengiriman yang dilakukan J&T Express memang berasal dari e-commerce. Sehingga tren pengiriman saat Ramadan kami perkirakan tidak jauh berbeda," imbuh Robin.

Lebih lanjut Robin menyebut, seperti tahun-tahun sebelumnya, Pulau Jawa diperkirakan menjadi area dengan masa pengiriman tertinggi saat musim puncak seperti bulan Ramadan ini. Meski demikian, persiapan serupa juga dilakukan di area lain sebagai antisipasi lonjakan pengiriman barang dibanding hari normal. Wilayah lain yang diperkirakan juga terjadi lonjakan arus pengiriman barang adalah Pontianak, Batam, Pekanbaru, Bandung, dan juga Surabaya.

Peningkatan konsumsi rumah tangga saat Ramadan serta peningkatan aktivitas ekonomi seperti transaksi jual beli pada umumnya, memang turut memengaruhi bisnis jasa pengiriman barang. Peningkatan pengiriman barang yang cukup signifikan juga dialami oleh PT Satria Antaran Prima atau SAP Express.

“Pengiriman barang saat Ramadan di SAP Express bisa mencapai 85-110 ribu paket per hari,” jelas Denny Parhan, Sekretaris Perusahaan kepada Tirto.

Angka itu menurut Denny meningkat antara 25-30 persen dibanding hari-hari biasa. Sejalan dengan peningkatan volume pengiriman, nilai pengiriman pun melonjak sejumlah yang sama. Nilai transaksi pengiriman barang selama Ramadan yang bisa dikantongi SAP Express menurut Denny bisa mencapai Rp35 miliar sampai dengan Rp50 miliar.

Sumbangan paling besar berasal dari pembelian di e-commerce yang mencapai 40-60 persen. “Saat Ramadan hingga Lebaran, terjadi peningkatan pembelian barang terlebih saat masyarakat sudah menerima THR (tunjangan hari raya). Ini yang menjadi salah satu pemicu peningkatan pembelian yang signifikan melalui e-commerce,” sebut Denny.

Pengiriman barang dari platform dagang elektronik atau e-commerce memang memengaruhi melonjaknya volume pengiriman barang utamanya saat Ramadan melebihi bulan-bulan biasa. Ini karena, e-commerce gencar memberikan berbagai program diskon atau potongan harga. Di PT Pos Indonesia, aktivitas pengiriman barang yang berasal dari transaksi e-commerce berdasarkan data historis setiap tahun mengalami pertumbuhan 25 persen.

Saat Ramadan, sebanyak 60 persen dari barang yang dikirim oleh PT Pos Indonesia berasal dari transaksi e-commerce dengan besar volume pengiriman barang mencapai 5 juta paket. “Ramadan memang menjadi masa peak season di PT Pos Indonesia, tidak hanya untuk pengiriman barang tetapi juga jasa pengiriman uang,” jelas Djoko Suhartanto, VP Pengembangan Produk Kurir dan Logistik PT Pos Indonesia kepada Tirto.

PT Pos Indonesia juga menikmati berkah dari melonjaknya permintaan pengiriman barang saat Ramadan yang mencapai 35-60 persen setiap tahunnya. Dibandingkan bulan reguler, kenaikan volume pengiriman barang saat Ramadan bisa mencapai 40-60 persen, dengan nilai transaksi pengiriman barang mencapai Rp280 miliar saat Ramadan 2018 lalu.

Infografik Pengiriman barang ramadhan

Infografik Pengiriman barang ramadhan. tirto.id/Fuad

Banyaknya promo diskon dari para peritel dan platform belanja online, menjadi salah satu faktor yang meningkatkan konsumsi belanja selama Ramadan. Hal itu membuat PT Citra Van Titipan Kilat (Tiki), mengalami rata-rata volume peningkatan pengiriman sebesar 15-25 persen setiap tahun yang sejalan dengan kenaikan nominal transaksi.

Tiki mengalami rata-rata pertumbuhan pengiriman yang berasal dari transaksi e-commerce selama Ramadan sekitar 10-15 persen dari tahun ke tahun. Pengiriman barang yang berasal dari e-commerce berkontribusi antara 30-35 persen dari total volume kiriman barang selama Ramadan. "Sisanya berasal dari pengiriman korporasi, retail, dan perorangan," rinci Rocky Nagoya, Sales & Marketing Director Tiki kepada Tirto.

Melonjaknya pengiriman barang dari bisnis e-commerce tidak terlepas dari maraknya berbagai promo dan diskon yang diberikan berbagai aplikasi platform e-commerce. Google Indonesia, dalam paparan berjudul “Tren dan Insight: Perilaku Digital Masyarakat Indonesia Selama Ramadan” mengungkapkan, pencarian bertema 'promo belanja' meningkat hingga 40 persen dibandingkan bulan-bulan lainnya.

Hasil penelitian yang dilakukan Google bersama lembaga riset strategis Asian Consumer Intelligence tentang tren penggunaan layanan Google selama Ramadan pada 3 Mei 2018 lalu menjabarkan beberapa kata kunci promo belanja yang dicari, secara berurutan, yakni: retail, travel, gawai, e-commerce, dan kartu kredit.

Apa yang diungkap Google diperkuat oleh Criterio, firma pemasaran berbasis teknologi. Seperti yang diberitakan oleh Arabian Business, Criterio mengungkap hasil analisis terhadap 100 perusahaan ritel dan travel di negara-negara Timur Tengah, terjadi peningkatan hingga 18 persen penjualan online ritel selama Ramadan dengan puncak peningkatan penjualan berada pada pekan ketiga Ramadan.

Momentum Ramadan menjadi momentum di mana membeli berbagai macam kebutuhan menjadi tradisi yang sulit dihindari. Termasuk salah satunya adalah belanja online. Meski demikian, konsumen pun diharapkan bijak dalam membelanjakan uangnya, meski mendapat dana ekstra dari cairnya THR.

Baca juga artikel terkait JNE atau tulisan lainnya dari Dea Chadiza Syafina

tirto.id - Bisnis
Penulis: Dea Chadiza Syafina
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti