tirto.id - Beberapa hari lalu beredar foto-foto produk fesyen habis dimakan jamur. Cerita ini dibagikan oleh seorang pengguna Facebook bernama Nex Nezuem. Tampak tas, dompet, hingga sepatu bermerek seperti Polo and Racquet Club dan Camel Actives berselimut jamur warna putih dan kuning hampir di seluruh permukaan. Nex bilang foto itu diambil dari sebuah mal di Malaysia.
Situasi tersebut terjadi karena pemerintah memberlakukan lockdown untuk menangkal penyebaran pandemi COVID-19 lebih ganas. Lockdown membuat mal tak beroperasi. Barang-barang pun tak terawat.
“Bisa buka toko pun percuma, barang rusak semua setelah ditinggal dua bulan,” kata Nex.
Hal serupa bukan tidak mungkin terjadi di Indonesia mengingat beberapa kota di sini menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), kebijakan yang serupa lockdown tapi jauh lebih longgar. Saat kebijakan PSBB diteken, maka pusat-pusat perbelanjaan dilarang beroperasi.
“Sangat mungkin [terjadi],” kata Penasihat Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat kepada reporter Tirto, Rabu (13/5/2020). “Di mal saya yakin paling tidak ada kecoak, jamur. Kalau enggak pakai AC kan bisa rusak, pasti jamuran, apalagi ditinggalnya enggak 1-2 minggu tapi sebulan.”
“Jangan mal, deh. Pasar Tanah Abang pasti banyak tikus, kecoak segala macam. Barang disimpan begitu saja, rusak itu sudah pasti,” tambahnya.
Salah satu yang mengalami ini adalah Eko, seorang pebisnis di Jakarta Pusat. Menurutnya, barang yang rusak karena tak terawat lumayan banyak, tak hanya satu dua. Harganya berkisar antara ratusan ribu hingga jutaan.
Direktur PT Sarinah (Persero) Fetty Kwartati mengatakan pengelola pusat belanja yang tergabung dalam Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) juga khawatir. Oleh karenanya mereka meminta pemerintah melonggarkan kebijakan dengan membuka pusat belanja sementara.
Dengan beroperasi kembali, mereka bisa merawat barang-barang lagi. Juga berkesempatan berpenghasilan kembali.
“Jadi sekarang itu kami lagi [meminta] izin buka sebelum Lebaran, sehingga bisa melakukan penjualan termasuk mengeluarkan barang stok lama. Itu sedang dibicarakan di Menko Ekonomi,” kata Fetty kepada reporter Tirto.
Saat ini pemerintah dan pelaku usaha tengah membuat standar operasional prosedur yang selaras dengan protokol kesehatan. “Ini yang masih disiapkan, digodok oleh pelaku bisnis retail mal dan juga pemerintah.”
Di Mal Tidak Ada yang Rusak
Ketua Umum Hippindo Budihardjo Iduansjah mengatakan selama pusat perbelanjaan ditutup, mereka tidak diam saja. Menurutnya pengelola mal selalu merawat barang barang pajangan seminggu sekali.
“Mau itu departemen store, mau bioskop, itu perawatan secara berkala ada. Tiap minggu ada yang datang buat bersih-bersih,” katanya kepada reporter Tirto.
Karena itulah menurutnya kasus barang rusak di mal tidak ada, setidaknya sampai sekarang. “Saya sudah cek semua. Enggak ada masalah,” katanya.
Selain karena dibersihkan secara reguler, ia juga mengatakan barang-barang tidak rusak karena pada dasarnya produk fesyen tidak perlu disimpan di suhu khusus. “Di Malaysia juga saya telepon ke asosiasi sana barang yang berjamur itu hanya ada di beberapa toko.”
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Rio Apinino