Menuju konten utama

Pegawai Kemlu Ditembak di Peru, Perlindungan Diplomat Mendesak

Pemerintah bisa beri pelatihan pengamanan dasar bagi pegawai Kemlu dan mengimplementasikan asuransi risiko tinggi.

Pegawai Kemlu Ditembak di Peru, Perlindungan Diplomat Mendesak
Kerabat menunjukkan foto semasa hidup almarhum Zetro Leonardo Purba di rumah duka, Ciputat, Tangerang Selatan, Banten, Rabu (3/9/2025). ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal/rwa.

tirto.id - Bersepeda dari tempat tinggal menuju kantornya di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Lima, Peru, telah menjadi kebiasaan Zetro Leonardo Purba (40) sehari-hari. Zetro yang bekerja sebagai Penata Kanselerai Muda di KBRI Lima itu memilih sepeda sebagai moda transportasi karena jarak antara kantor dan rumahnya memang dekat, tak sampai 2 kilometer.

Maka seperti lazimnya, Senin (1/9/2025) sekira pukul 7 malam, Zetro mengendarai sepedanya selepas kerja. Namun, siapa sangka itu adalah malam nahas baginya. Malam itu, dia diberondong tiga tembakan oleh seorang pria tak dikenal di depan sebuah apartemen di Avenida Cesar Vallejo, Distrik Lince, Kota Lima.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari media asal Peru, Infobae, satu peluru mendarat di tengkorak Zetro, sedangkan dua peluru lainnya mendarat di organ vitalnya.

Sang penembak tidak sendirian di lokasi. Dia didampingi oleh seorang rekan lain. Keduanya disebut sudah menunggu Zetro di depan apartemen itu selama lebih dari setengah jam dengan cara bersembunyi di dekat sebuah mobil merah.

Saat Zetro ditembak hingga tewas, istrinya juga berada di lokasi. Saat itu pun, sebagaimana biasanya, istrinya berniat menghampiri Zetro ke lobi apartemen untuk menyambut kepulangannya.

Setelah ditembak, Zetro langsung tersungkur di pinggir jalan. Sang penembak pun langsung menghampiri rekannya dan menaiki sepeda motor, kabur. Zetro sempat dilarikan ke rumah sakit, tapi nyawanya tak tertolong.

Berdasarkan keterangan warga setempat, Zetro disebut baru tiba di Peru lima bulan yang lalu. Dia tinggal di sebuah apartemen yang terletak di Blok 3 Avenida Cesar Vallejo bersama sang istri dan dua anaknya yang masih kecil. Sebelumnya, dia diketahui bertugas di KJRI Melbourne, Australia.

Para pejabat terkait di Peru hingga kini belum mengungkap motif penembakan tersebut. Dilansir dari Associated Press, Menteri Dalam Negeri Peru, Carlos Malaver, mengatakan kepada anggota parlemen bahwa serangan itu merupakan "pembunuhan yang memenuhi syarat dalam bentuk pembunuhan kontrak.”

Pemerintah Indonesia Sampaikan Belasungkawa

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI menyampaikan rasa duka cita dan belasungkawa atas insiden penembakan terhadap Zetro. Menteri Luar Negeri (Menlu), Sugiono, berjanji akan membantu keluarga almarhum yang ditinggalkan.

“Kami sangat berduka dan merasa kehilangan. Saudara Zetro Purba adalah seorang penata kanselerai di KBRI Lima, seorang pegawai yang penuh dedikasi,” kata Sugiono dalam video pernyataannya yang diunggah di media sosial Instagram pada Selasa (2/9/2025).

Di sela-sela kunjungannya ke Cina, Sugiono mengatakan telah berbicara dan menyampaikan belasungkawa langsung kepada istri almarhum, Prisilia, dan Duta Besar (Dubes) RI di Peru, Ricky Suhendar. Kepada istri almarhum, Sugiono mengharapkan supaya dia senantiasa sabar dan tegar demi anak-anaknya di tengah cobaan yang sangat berat.

Dia kemudian menginstruksikan Ricky untuk terus memantau proses penyelidikan yang dilakukan Pemerintah Peru terhadap kasus tewasnya Zetro dan membantu proses pemulangan almarhum ke Tanah Air. Sugiono pun menyatakan bahwa Kemlu siap untuk membantu tiga anak Zetro, yakni Emanuela, Zefanya, dan Zebadia, melanjutkan pendidikan mereka hingga selesai.

“Kepada keluarganya kami juga berkomitmen untuk bisa mengurus dan menyelesaikan pendidikan bagi anak-anak almarhum,” ujar Sugiono.

Terkait dengan berbagai dugaan motif penembakan Zetro, Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu), Anis Matta, menegaskan bahwa Kemlu hingga saat ini belum menerima laporan lebih lanjut. Anis juga belum mengetahui apakah Zetro sempat mengalami intimidasi sebelum ditembak.

Menurutnya, fakta yang sudah diperoleh sejauh ini hanyalah Zetro disebut sempat mengambil uang di Anjungan Tunai Mandiri (ATM) sebelum insiden itu.

“Belum ada [informasi lebih lanjut], kecuali bahwa peristiwa beliau mengambil uang dari ATM. Jadi, ini mirip perampokan, tetapi kami sedang menunggu hasil laporan akhirnya. Ini baru laporan sementara,” kata Anis kepada para wartawan di Gedung DPR RI, Jakarta, Selasa (2/9/2025).

Anis menegaskan bahwa Kemlu juga akan segera menyurati Menlu Peru, Elmer Schialer, untuk mengusut kasus kematian Zetro.

Perlindungan bagi Diplomat Mendesak

Insiden penembakan terhadap Zetro menambah daftar kematian misterius pegawai Kemlu dalam dua bulan terakhir. Sebelumnya, pada Selasa (8/7/2025) dini hari, seorang diplomat muda Kemlu, Arya Daru Pangayunan, juga ditemukan meninggal dunia secara misterius di kamar indekosnya di kawasan Gondangdia, Jakarta Pusat.

Dosen Hubungan Internasional Universitas Indonesia, Emir Chairullah, menilai kematian dua pegawai Kemlu dalam kurun waktu kurang dari dua bulan menimbulkan tanda tanya besar. Pasalnya, dua-duanya pun diliputi kejanggalan. Terkhusus kematian Zetro, Emir menduga bahwa itu bukanlah aksi kriminal biasa.

Dia menyoroti bahwa penembakan Zetro di tengah jalan dengan gaya gangster sulit dinalar jika hanya dikaitkan dengan masalah pribadi. Apalagi, Zetro baru lima bulan bertugas di Peru dan belum menguasai bahasa setempat. Menurut Emir, kecil kemungkinan seorang staf kedutaan yang baru datang sudah memiliki musuh di negara asing.

“Dia sendiri juga belum bisa bahasa Spanyol atau bahasa setempat. Artinya, kalau mau dihitung, kalau kita baru datang ke sana, jarang ya orang baru punya musuh,” ucap Emir kepada Tirto, Rabu (3/9/2025).

Lebih jauh, Emir mengatakan perlu ditelisik apakah Zetro pernah menangani kasus yang berkaitan dengan kejahatan transnasional atau tidak. Menurutnya, pola kematian Zetro bisa saja berkaitan dengan urusan yang lebih besar.

Jika benar ada keterkaitan dengan investigasi kejahatan transnasional, Pemerintah Indonesia seharusnya memberi perlindungan lebih kepada diplomat dan juga pegawai kedutaan. Pasalnya, kejahatan lintas negara tidak mengenal batas teritorial. Seorang staf kedutaan atau bahkan diplomat pun bisa tetap menjadi target, meski sedang bertugas di negara manapun, termasuk negara yang dianggap aman.

“Kalau memang iya pernah melakukan investigasi atau penyelidikan, berarti pemerintah juga harus memberikan proteksi juga ke orang-orang ini,” sebutnya.

Emir juga melihat kemungkinan perluasan kerja sama investigasi. Dia menyebut penggunaan lembaga internasional, seperti Interpol, sangat mungkin dilakukan karena Zetro adalah seorang pegawai yang bertugas mewakili negara.

Dia juga mengingatkan bahwa ancaman semacam ini dapat membahayakan diplomat Indonesia yang terlibat dalam isu kejahatan transnasional di masa depan. Tanpa perlindungan ekstra, kasus serupa berpotensi terulang.

“Kalau enggak, siapa pun yang jadi diplomat kita yang mengusut kasus kejahatan transnasional, ya akhirnya berbahaya,” katanya.

Hubungan Indonesia-Peru Tetap Baik

Sementara itu, Dosen Hubungan Internasional Universitas Parahyangan, Ignasius Loyola Adhi Bhaskara atau akrab disapa Aska, menilai bahwa secara umum hubungan Indonesia dan Peru saat ini berada dalam kondisi yang cukup positif. Bahkan, kata dia, kedua negara baru saja menandatangani kesepakatan ekonomi strategis dalam bentuk Indonesia–Peru Comprehensive Economic Partnership Agreement (IP-CEPA).

Menurut Aska, insiden penembakan Zetro tidak akan terlalu memengaruhi hubungan kedua negara. Meski begitu, dia tidak menampik bahwa ketegangan hubungan kedua negara pasti akan timbul.

“Kasus penembakan ini merupakan kejadian luar biasa yang terjadi dan hemat saya tidak akan secara signifikan memengaruhi hubungan kedua negara, meskipun pasti ada ketegangan yang terjadi, tergantung dari sejauh mana keseriusan Pemerintah Peru untuk melakukan investigasi terkait tragedi tersebut,” ujar Aska saat dihubungi Tirto pada Rabu (3/9/2025).

Aska menekankan bahwa insiden ini perlu dilihat dalam konteks hubungan bilateral yang lebih luas. Peru, menurutnya, cukup aktif membangun kedekatan dengan Indonesia, misalnya lewat program budaya dan kuliner yang diperkenalkan di berbagai kampus di dalam negeri.

Namun, sejarah juga menunjukkan bahwa serangan terhadap diplomat Indonesia bukan kali pertama terjadi. Dalam sejumlah kasus sebelumnya, Kemlu selalu menempuh jalur diplomasi hukum, advokasi perlindungan, serta melakukan audit sistem pengamanan sebelum mendorong penyelesaian kasus baik secara bilateral maupun multilateral.

Aska berpendapat bahwa langkah serupa juga perlu diambil dalam kasus Zetro di Peru. Pemerintah Indonesia, menurutnya, harus mampu menyeimbangkan antara desakan keras agar kasus terungkap dengan tetap menjaga kesinambungan kerja sama strategis yang sudah terjalin.

Rumah duka diplomat Zetro Leonardo Purba

Warga berjalan di depan karangan bunga duka cita di kediaman almarhum Zetro Leonardo Purba di Ciputat, Tangerang Selatan, Banten, Rabu (3/9/2025). ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal/rwa.

“Dalam kasus di Peru ini, saya rasa Kemlu perlu untuk dapat menyeimbangkan antara respons keras dan di sisi lain menjaga kesinambungan kerja sama di antara kedua negara. Karena, saat ini hubungan kedua negara sedang sangat baik dan terdapat sejumlah kerja sama strategis yang sedang berjalan,” jelasnya.

Dari sisi internal, tragedi ini sekaligus menjadi alarm bagi Kemlu untuk meninjau ulang standar operasional perlindungan bagi para pegawai dan keluarganya. Menurut Aska, perlindungan tidak hanya soal pengawalan, tetapi juga soal kesiapan dasar para pegawai menghadapi risiko keamanan di negara penempatan.

Dia menyebut bahwa langkah awal yang bisa dilakukan adalah memberikan pelatihan pengamanan dasar bagi pegawai Kemlu. Selain itu, Kemlu juga bisa mengupayakan implementasi asuransi risiko tinggi, khususnya untuk penugasan di kawasan yang rawan secara politik atau keamanan.

Aska menyebut kejadian ini tidak hanya menimbulkan duka, tetapi juga dapat menjadi momentum untuk memperkuat kerja sama hukum antara Indonesia dan Peru. Dengan begitu, kasus Zetro bisa menjadi pintu masuk bagi lahirnya kesepakatan baru dalam bidang keamanan dan penegakan hukum.

“Kejadian ini juga bisa jadi peluang bagi Kemlu untuk melakukan penguatan kerjasama penegakan hukum dalam konteks hubungan bilateral,” pungkasnya.

Baca juga artikel terkait DIPLOMAT atau tulisan lainnya dari Naufal Majid

tirto.id - News Plus
Reporter: Naufal Majid
Penulis: Naufal Majid
Editor: Fadrik Aziz Firdausi