tirto.id - Ketua Pengurus Harian Tanfidziyah PBNU Robikin Emhas tidak mempermasalahkan penyelenggaraan reuni oleh umat Islam yang mengatasnamakan diri alumni 212, jika dimaksudkan untuk meningkatkan ukhuwah islamiyyah (persaudaraan sesama muslim) dan ukhuwah wathaniyyah (persaudaraan sesama warga negara).
Reuni, kongres atau apa pun namanya boleh saja dilakukan. Apalagi jika dimaksudkan untuk meningkatkan ukhuwah islamiyyah dan ukhuwah wathaniyyah,” kata Robikin Emhas dalam komentar persnya, Jakarta, Jumat (30/11/2017).
Robikin Emhas juga mengingatkan agar agenda tersebut tidak berupaya untuk mengarus-utamakan agama sebagai tunggangan politik.
“Jangan ada upaya untuk mengarus-utamakan agama dalam percaturan politik praktis, apalagi menjadikan agama sebagai tunggangan politik,” tegasnya.
Terkait hal ini, tambah sebagai tunggangan politik, politisasi agama akan mengoyak kohesivitas sosial yang pada gilirannya merusak persatuan dan kesatuan bangsa.
Robikin Emhas juga berpesan untuk menjadikan agama sebagai inspirasi dalam mengelola kehidupan berbangsa dan bernegara.
Selain itu, ia juga menekankan agar warga jangan menjadikan agama sebagai aspirasi politik. Ia juga menegaskan agar kesepakatan para pendiri bangsa atas NKRI (mu’ahadah wathaniyyah, konsep negara bangsa) harus kita junjung tinggi.
“Betapa rendah kedudukan agama bila dijadikan aspirasi politik hanya untuk menangguk keuntungsn politik elektoral lima tahunan. Apalagi untuk dikonversi dengan perolehan suara dalam politik elektoral,” pungkasnya.
Penulis: Yulaika Ramadhani
Editor: Yulaika Ramadhani