tirto.id - Kelompok ISIS telah telah menangkap lebih dari 100.000 warga sipil dalam pertempuran di luar Mosul dan memaksa mereka memasuki Kota Tua. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menduga warga sipil Irak yang disandera ISIS itu akan dijadikan sebagai tameng manusia di Kota Tua Mosul.
Perwakilan badan pengungsi PBB di Irak, Bruno Geddo menjelaskan pasukan Irak berjuang merebut kembali Mosul dari ISIS setelah kelompok ekstremis itu menyerbu kota pada 2014 dan memberlakukan peraturan brutal terhadap penduduknya.
"Lebih dari 100.000 warga sipil masih disandera di Kota Tua," kata Geddo kepada wartawan di Jenewa, Jumat (16/6/2017), seperti dikutip dari Antara.
"Warga sipil ini pada dasarnya disandera sebagai perisai manusia di Kota Tua," lanjut dia.
Ia mengatakan ISIS telah menangkap warga sipil dalam pertempuran di luar Mosul dan memaksa mereka memasuki Kota Tua, salah satu bagian terakhir kota yang masih berada dalam kekuasaan mereka.
"Kami tahu bahwa ISIS membawa mereka saat mereka meninggalkan... lokasi tempat pertempuran berlangsung," katanya.
Ia menceritakan, warga sipil yang disandera itu bertahan hidup dengan hampir tidak ada makanan, air atau listrik yang tersisa di daerah tersebut, penduduk sipil bahkan hidup dalam kondisi kekurangan dan kepanikan yang kian memburuk.
"Mereka dikepung pertempuran di setiap sisi," pungkasnya.
Para penembak jitu juga berusaha membunuh siapa saja yang berani meninggalkan daerah yang dikuasai ekstremis itu. Bahkan beberapa orang yang berhasil melarikan diri mengalami trauma berat.
Sejak pertempuran merebut kembali Mosul sembilan bulan lalu, sekitar 862.000 orang mengungsi dari kota itu, meski 195.000 di antaranya kemudian kembali ke bagian timur kota yang sudah dibebaskan.
Itu berarti 667.000 orang masih mengungsi, hampir seluruhnya dari bagian barat Mosul, dan tinggal di 13 kamp yang dibangun UNHCR atau bersama kerabat.
Geddo mengatakan badan PBB sejauh ini sudah memberikan bantuan kepada lebih dari 500.000 pengungsi, dan juga berusaha membantu mereka yang kembali ke Mosul, sering kali tinggal di bangunan-bangunan yang pernah dibom.
"Banyak dari orang-orang ini kembali...ke situasi kekurangan," kata dia.
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Alexander Haryanto