tirto.id - Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) mengimbau masyarakat tidak panik dalam menghadapi penularan kasus flu burung. Masyarakat tidak perlu khawatir meski pemerintah mewaspadai penularan virus flu burung clade baru 2.3.4.4b.
“Kita tidak usah panik. Karena enggak ada penularan dari manusia ke manusia, masih unggas ke unggas,” kata Pengurus PB IDI Erlina Burhan dalam konferensi pers di Jakarta Pusat, Kamis (9/3/2023).
Menurut Erlina, hingga saat ini penularan flu burung masih antarunggas. Ia belum melihat indikasi kuat virus flu burung clade baru akan menular antarmanusia.
“Belum ada bukti bahwa penularan flu burung terjadi dari manusia ke manusia, belum ada. Jadi kalau melihat hal ini, sebetulnya ini kondisinya masih aman,” ujarnya.
Erlina menyampaikan Indonesia pernah menghadapi penularan flu burung pada 2005. Ia menilai penanganan kasus flu burung pada saat itu sudah cukup baik. Hal itu menjadi modal untuk mengatasi flu burung saat ini.
“Tahun 2005 itu ada kasus di manusia, tapi 3 tahun dilanda kasusnya tidak banyak karena tidak ada penularan antarmanusia. Penularan hewan ke manusia bukan manusia ke manusia,” kata dia.
Erlina memastikan Kementerian Pertanian sudah melakukan tindakan dalam menangani virus flu burung yang menyebar pada unggas.
“Saya kira untuk potensi menjadi wabahnya kecil, karena kita sekarang lebih berkolaborasi. Dengan kasus yang ditemukan di Kalimantan saja, itu semua pihak sudah bergerak semua untuk mengatasinya. Jadi, jangan terlalu dibesar-besarkan," kata Erlina.
Ingat kita lagi fokus stunting, jangan sampai anak tidak makan ayam. Masih bisa dikonsumsi asal dimasak sampai matang,” imbuhnya.
Meski begitu, Erlina tetap mengajak masyarakat untuk waspada terutama ketika akan mengonsumsi olahan unggas.
"Jika ingin mengolahnya, pastikan daging unggas dipotong di tempat yang bersih dan menggunakan sarung tangan. Sementara bila ingin dimakan, harus dimasak dalam suhu sekitar 59 hingga 60 derajat Celcius agar virus di dalamnya mati," kata dia.
Erlina juga meminta pengawasan migrasi pada unggas. Menurutnya, unggas yang melakukan migrasi memiliki kemungkinan akan berhenti di satu titik untuk singgah dan menularkan virus pada unggas yang hidup di tempat lain.
“Biasanya virus itu ada di fesesnya atau di tubuhnya bagian yang ada sekretnya, maka kita, terutama para peternak harus pakai masker dan sarung tangan,” kata Erlina.
Penulis: Mochammad Fajar Nur
Editor: Gilang Ramadhan