tirto.id - Pandemi virus Corona (COVID-19) mengancam semua orang, tidak terkecuali ibu yang sedang mengandung.
Beberapa riset menunjukkan, ibu hamil pun punya risiko yang cukup besar bisa terinfeksi COVID-19, termasuk dengan gejala ringan.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) mencatat bahwa wanita hamil lebih rentan terkena semua jenis infeksi pernafasan, seperti flu.
Hal ini di antaranya disebabkan karena kehamilan mengubah sistem kekebalan tubuh selain juga memengaruhi paru-paru dan jantung.
Namun, sejumlah studi terbaru menunjukkan bahwa sebagian besar ibu hamil dengan infeksi virus Corona hanya punya gejala yang ringan bahkan tidak parah jika dibandingkan dengan populasi umum.
Meskipun demikian, yang menjadi fokus kemudian adalah ketika ibu hamil mulai memasuki fase bersalin atau melahirkan.
Hal ini harus menjadi perhatian, untuk menghindari sang bayi dari paparan virus yang mungkin saja telah menginfeksi ibunya, atau tim medis yang membantu persalinan.
Dilansir dari Antara, dokter kandungan Mohammad Haekal menjelaskan langkah-langkah pencegahan saat dan setelah melahirkan agar bayi tak terinfeksi virus.
“Begitu lahir, hindari inisiasi menyusui dini (IMD),” katanya dalam kelas daring Johnson’s Parent Club Expert Class, Rabu (6/5/2020).
IMD sendiri adalah proses ketika bayi dibiarkan mencari sendiri puting susu ibunya ketika baru lahir. Bayi diletakkan di dada atau perut ibu, lalu dia secara alami akan mencari puting untuk menyusui.
Selain tidak menerapkan IMD, ibu juga harus memakai masker ketika persalinan, baik normal maupun melalui operasi caesar.
Bayi kemudian dimandikan untuk mengurangi resiko transmisi, dan kemungkinan akan diberikan penutup wajah oleh rumah sakit.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melalui situs resminya telah memberi panduan terkait langkah taktis bagi ibu yang menyusui, untuk menghindarkan bayi dari kemungkinan infeksi virus.
Berikut panduan yang diberikan WHO:
Tindakan untuk ibu menyusui
- Lakukan kebersihan pernafasan, termasuk saat makan. Jika memiliki gejala pernapasan seperti sesak napas, gunakan masker medis saat berada di dekat anak.
- Cuci tangan secara menyeluruh dengan sabun atau pembersih sebelum dan sesudah kontak dengan anak.
- Bersihkan dan disinfeksi permukaan yang disentuh secara rutin.
- Jika sakit parah dengan COVID-19 atau menderita komplikasi lain yang mencegah untuk merawat bayi atau terus menyusui langsung, segera berikan ASI dengan cara aman kepada bayi.
- Jika sedang tidak sehat untuk menyusui atau memeras ASI, maka jajaki kemungkinan relaktasi (memulai kembali menyusui setelah jeda), menyusui basah (wanita lain yang menyusukan atau merawat anak), atau menggunakan ASI donor. Pendekatan mana yang akan digunakan akan tergantung pada konteks budaya, penerimaan orangtua, dan ketersediaan layanan.
Tindakan untuk fasilitas kesehatan dan para staf
- Jika menyediakan layanan bersalin dan bayi baru lahir, maka tidak boleh mempromosikan pengganti ASI, botol susu, dot, atau boneka di bagian mana pun dari fasilitas tersebut, baik pemilik atau staf.
- Memungkinkan ibu dan bayi untuk tetap bersama dan mempraktikkan kontak kulit-ke-kulit, dan tinggal di ruangan sepanjang hari dan malam, terutama langsung setelah kelahiran selama masa menyusui, apakah ibu atau anak telah diduga atau bahkan terkonfirmasi positif COVID -19.
Dukungan konseling dan psikososial
Jika ibu, bayi, atau anak-anak kecil diduga atau bahkan terkonfirmasi positif COVID-19, cari konseling menyusui, dukungan psikososial dasar, atau dukungan pemberian makan praktis.
Dapat pula memperoleh dukungan dari para profesional perawatan kesehatan yang terlatih secara tepat dan juga konselor menyusui awam berbasis masyarakat dan rekan.
Pedoman menyusui secara standar
- Mulailah menyusui dalam waktu 1 jam setelah kelahiran.
- Lanjutkan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan, kemudian perkenalkan makanan pendamping yang memadai dan aman pada usia 6 bulan.
- Lanjutkan menyusui hingga usia 2 tahun atau lebih.
Penulis: Ahmad Efendi
Editor: Dhita Koesno