tirto.id - Laporan terbaru dari lembaga riset GfK menunjukkan penjualan barang-barang elektronik di Indonesia mengalami penuruan signifikan selama pandemi corona. Hal ini disampaikan oleh Regional Lead, GfK Digital Research, Asia Pasifik & Timur Tengah, Karthik Venkatakrishnan.
"Aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Indonesia mendorong perubahan signifikan terhadap kebiasaan dan gaya hidup konsumen, termasuk penundaan pembelian beberapa barang yang memiliki nilai atau harga yang tinggi," kata Venkatakrishnan, dalam keterangan pers, dikutip Kamis (27/5/2020).
Laporan yang dipublikasikan sebagai hasil penelitian Point of Sales dari GfK itu menunjukkan perangkat elektronik mengalami penurunan lebih dari 60 persen dari nilai penjualan pada awal April 2020, dibandingkan dengan periode yang sama pada April 2019.
Venkatakrishnan mengatakan kategori perangkat elektronik yang paling terdampak penjualannya selama pandemi corona ialah ponsel pintar, tablet, dan televisi.
GfK juga mempublikasikan riset Consumer Pulse terkait waktu yang dihabiskan untuk beraktivitas di luar rumah.
Venkatakrishnan mengatakan aktivitas itu berkurang 80 persen sejak PSBB berlaku. Para responden yang mengaku bekerja dari rumah atau work from home (WFH), 50 persen melakukan WFH secara penuh.
Sebanyak 14 persen responden menyatakan lebih memilih berbelanja secara online selama PSBB berlangsung, termasuk untuk membeli kebutuhan sehari-hari seperti makanan, produk kebersihan dan perawatan pribadi.
Sebagian besar responden di Indonesia memilih untuk menunda membeli barang elektronik, termasuk ponsel dan komputer, juga peralatan rumah tangga, perawatan mobil dan merenovasi rumah.
44 persen responden merasa optimistis situasi akan membaik dalam 12 bulan mendatang. Menurut GfK, optimisme masyarakat akan mendorong mereka untuk membeli produk-produk yang sebelumnya ditunda.
GfK memprediksi permintaan konsumen diperkirakan akan naik beberapa bulan setelah aturan PSBB dihentikan.
Riset GfK ini seakan mendukung laporan IDC pada pertengahan bulan Mei lalu, yang menunjukkan pengiriman ponsel ke Indonesia mengalami penurunan dan terendah dalam dua tahun terakhir karena terdampak COVID-19.
Analis Pasar dari IDC Indonesia, Risky Febrian, mengatakan pasar ponsel pintar Indonesia akan terus mengalami turbulensi karena penyebaran pandemi COVID-19 masih belum dapat diatasi di dalam negeri.
"Turbulensi itu disebabkan oleh berbagai faktor ekonomi dan akan berlangsung hingga kuartal ketiga 2020 atau setidaknya sebelum pasar mulai melihat tanda-tanda stabilitas lagi," kata Risky dalam keterangan pers pada 19 Mei 2020.
IDC mencatat pengiriman ponsel ke Indonesia mencapai 7,5 juta unit pada kuartal pertama 2020, turun sebesar 7,3 persen year on year dan 24,1 persen secara quarter over quarter.