Menuju konten utama
Bulan Peduli Kanker Payudara

Obat Alami Kanker Payudara: Kunyit Putih, Sambiloto dan Daun Dewa

Kanker payudara dan daftar obat alami untuk pengobatan kanker payudara.

Obat Alami Kanker Payudara: Kunyit Putih, Sambiloto dan Daun Dewa
Ilustrasi kanker payudara. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Oktober adalah Bulan Peduli Kanker Payudara, kampanye tahunan untuk meningkatkan kesadaran tentang dampak kanker payudara.

Bagi Anda penderita kanker payudara, mungkin Anda ingin mencoba berbagai metode pengobatan, termasuk obat alami dan tradisional.

Dikutip laman Healthline pengobatan alami itu seperti akupunktur, diet detoksifikasi, pengobatan tradisional, dan antioksidan.

Pengobatan ini dikenal sebagai pengobatan komplementer dan alternatif (CAM).

Banyak orang menggunakan perawatan CAM untuk membantu meringankan efek samping, menghilangkan rasa sakit, dan meningkatkan kualitas hidup mereka.

Meskipun beberapa perawatan CAM efektif, tidak semuanya aman.

Berikut ini pengobatan-pengobatan alami untuk kanker payudara seperti dijelaskan dalam Jurnal ilmiah Jamu Pada Pasien Tumor/Kanker sebagai Terapi Komplementer:

Akupunktur

Sebagai salah satu pengobatan yang digunakan pada terapi kanker, akupunktur bukan ditujukan untuk mengobati penyakit kankernya, karena penusukan pada lesi merupakan kontraindikasi.

Akupunktur dilakukan untuk pengobatan paliatif yaitu mengurangi nyeri kronis, mengurangi efek samping kemoterapi ataupun radioterapi seperti nyeri, mual, muntah, serta mengurangi dosis obat anti-nyeri sehingga kualitas hidup penderita dapat ditingkatkan.

Sebuah penelitian mengenai efek terapi elektroakupunktur terhadap sel T, sel natural killer, hitung leukosit dan imunitas humoral pada pasien 36 tumor ganas yang mendapat kemoterapi rutin menunjukkan bahwa elektroakupunktur yang dilakukan sekali sehari selama 30 menit merupakan terapi tambahan yang efektif untuk meringankan disfungsi imunitas yang disebabkan kemoterapi pada pasien tumor ganas.

Terapi jamu

Terapi jamu yang diberikan berupa ramuan beberapa komponen jamu yang berbeda-beda oleh tiap dokter.

Dalam satu terapi jamu dapat terdiri dari satu komponen tunggal maupun gabungan beberapa komponen jamu dengan rata-rata 3-4 komponen, dan yang terbanyak sampai 12 komponen jamu dalam satu terapi.

Berikut terapi jamu atau obat alami yang dimaksud:

1. Kunyit putih

Komponen jamu yang paling banyak diberikan kepada pasien tumor/kanker yaitu kunyit putih (C.zedoaria).

Kunyit putih bisa membantu proses penyembuhan dari kanker karena mengandung senyawa turunan (derivat) flavonoid dan kurkumin yang bertindak sebagai antioksidan.

Meski demikian, khasiat kunyit putih dalam melawan sel kanker masih sebatas penelitian in vitro (laboratorium) dan belum mencapai uji klinis.

Namun kunyit putih sudah banyak dipakai sebagai obat alternatif untuk penyakit kanker. Penelitian secara in vitro dilakukan dengan uji bioaktivasi.

Sel kanker dikembangbiakkan dalam laboratorium dan setelah diberikan konsentrasi tertentu dari kunyit putih, sel kanker tersebut menjadi mati.

2. Rumput mutiara

Rumput mutiara (Hedyoris corymbosa) memiliki rasa manis dan tawar.

Rumput mutiara mengandung kumarin, hentriakontana, stigmasterol, asam ursolat, dan asam oleanolat.

Tanaman ini digunakan untuk membantu pengobatan kanker terutama kanker saluran cerna, kanker hati, pankreas, serviks, payudara, nasofaring, laring, limfosarkoma dan kandung kemih.

3. Umbi bidara upas

Nama ilmiah umbi biada upas adalah merremia mammosa Hall.f). Tanaman ini berkhasiat untuk mengobati kanker, karena memiliki kandungan kimia resin, pati, dan tanin sedangkan getahnya mengandung zat oksidase.

4. Sambiloto

Sambiloto rasanya pahit, digunakan untuk penyakit trofoblas ganas termasuk mola invasif dan koriokarsinoma, tumor paru dan hamil anggur.

Sambiloto juga merupakan tanaman berkhasiat obat yang sudah digunakan di Poli RSSA Malang dengan cara direbus sebanyak 5 gram.

Berdasarkan penelitian Sukardiman dkk, ditemukan bahwa senyawa andrografolida hasil isolasi dari tanaman sambiloto memiliki aktivitas antikanker melalui mekanisme apoptosis terhadap sel kanker.

5. Keladi tikus, temu mangga, dan temulawak

Ketiga tanaman ini juga diindikasikan sebagai tanaman obat antikanker yang digunakan di Poli RSSA Malang dan RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

Satu studi memperoleh hasil bahwa ekstrak keladi tikus dalam air demineralisasi menghambat 76,1% enzim tirosin, enzim yang memengaruhi perkembangan sel-sel kanker di tubuh manusia.

Sedangkan genistein senyawa antikanker hanya memiliki daya hambat 12,89%. Adanya daya hambat menunjukkan keladi tikus berpotensi sebagai antikanker.

Pada ekstrak natrium klorida daun keladi tikus juga terdapat senyawa yang dapat memotong rantai DNA sel kanker sehingga pembentukan protein sel kanker terhambat dan gagal berkembang.

Kegagalan perkembangan sel kanker akan merontokkan dan memblokir pertumbuhan sel kanker tanpa merusak jaringan di sekitarnya.

Pada ekstrak etanol rimpang temu mangga ada beberapa golongan senyawa yang memiliki aktivitas antikanker, baik preventif maupun kuratif.

Sedangkan untuk ekstrak temulawak memiliki aktivitas antiproliferasi terhadap sel kanker payudara.

6. Daun sirsak

Khasiat daun Sirsak (Annona muricata Linn) terhadap kanker dengan penyebab virus ditemukan bahwa daun sirsak dalam kloroform berpotensi sebagai kemoprevensi pendamping kemoterapi pada sel yang diberikan untuk kanker dengan penyebab virus.

7. Daun dewa

Daun ini rasanya juga manis dan tawar. Umbinya mengandung alkaloid, saponin, flavonoid, minyak asiri dan tannin.

Daun ini mempunyai efek antiradang, antipiretik, analgesik dan menghancurkan bekuan darah.

Dapat digunakan untuk pengobatan tumor dan kista, dengan peran utama meningkatkan daya tahan tubuh pasien.

Selain tanaman di atas, terdapat juga tapak dara sebagai komponen jamu untuk mengobati kanker.

Tanaman ini bisa meracuni sel-sel kanker, karena di dalam tanaman ini terdapat senyawa vinkristin, vinblastin dan senyawa lain yang mampu membunuh sel-sel kanker.

Keuntungan lain, dalam dosis yang sekarang umumnya digunakan, tanaman obat tidak bersifat toksik sehingga lebih aman untuk tubuh pasien.

Baca juga artikel terkait KANKER PAYUDARA atau tulisan lainnya dari Dhita Koesno

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Dhita Koesno
Editor: Iswara N Raditya