Menuju konten utama

Ngecas di Rumah, Solusi Praktis Kendaraan Listrik

Pengisian daya tak lagi identik dengan perjalanan ke SPBU, tapi cukup dilakukan di rumah, senyaman dan sesederhana mengisi daya ponsel.

Ngecas di Rumah, Solusi Praktis Kendaraan Listrik
Ilustrasi mengisi daya mobil listrik di rumah. foto/istockphoto

tirto.id - Suatu malam, Riki, seorang pekerja di perusahaan teknologi informasi yang berkantor di bilangan Kuningan, Jakarta Selatan, mendapat pertanyaan menarik. Ihwalnya adalah klaim bahwa mengisi daya baterai EV (electric vehicle, atau kendaraan listrik) itu semudah dan seefisien charge ponsel.

Lalu Riki memberi gambaran rutinitasnya dalam charging EV miliknya, yang berasal dari jenama asal Cina dan jadi salah satu produk pabrikan terlaris di Indonesia. Setiap pulang kantor lewat pukul 01 dini hari, Riki tinggal mencolokkan charger ke mobil. Besok siang ketika dia mau berangkat kerja, baterai mobil sudah terisi penuh. Dan semua aman karena fitur auto stop di piranti charger EV-nya.

“Caranya simpel banget, kan? Colok listrik sebelum tidur, besok paginya mobil siap dipakai lagi,” ujar Riki. “Iya, persis kayak handphone emang.”

Riki adalah satu dari ribuan pemilik mobil listrik di Indonesia. Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan wholesales (dari pabrik ke dealer) mobil listrik di Indonesia sampai akhir 2024 mencapai 42.889 unit, naik drastis151,53 persen dari periode sebelumnya. Sedangkan untuk motor listrik, jumlahnya diperkirakan sudah mencapai lebih dari 160.000 unit.

Sejak beberapa tahun terakhir, pemerintah Indonesia memang getol mengampanyekan penjualan dan penggunaan kendaraan listrik. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) punya target ada 2 juta unit mobil listrik dan 13 juta unit motor listrik yang beroperasi di Indonesia pada 2030 nanti.

Untuk mendukung target ini, berbagai target dicanangkan. Termasuk memperbanyak pembangunan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik (SPKLU). Targetnya, per 2030, akan ada hampir 63.000 unit SPKLU di seluruh Indonesia.

Selain itu, para pabrikan mobil listrik bersama dengan Perusahaan Listrik Negara (PLN) juga memberikan banyak kemudahan bagi para pembeli, termasuk dengan adanya pemasangan home charger gratis dan upgrade daya listrik dengan berbagai promo dan diskon menggiurkan.

Beberapa contohnya, antara lain, penambahan daya 11.000 VA hanya Rp150 ribu dari harga normal Rp11 juta. Atau pasang baru 7.700 VA hanya Rp850 ribu dari harga biasa Rp7,7 juta.

Contoh lain adalah pengguna bisa mendapatkan diskon tarif tenaga listrik sebesar 30 persen pada pukul 22.00 WIB – 05.00 WIB dari pemakaian home charging. PLN juga menyambungkan layanan home charging ini dengan Electric Vehicle Digital Services (EVDS). Dengan aplikasi ini, para pelanggan bisa mengatur waktu pengisian daya hingga melihat catatan pengisian daya kendaraan listrik.

Mudah dan Murah

Jurnalis otomotif, pembalap profesional, sekaligus influencer otomotif, Fitra Eri, menjelaskan bahwa saat membeli EV, pengguna biasanya mendapat wall charger sebagai bagian dari paket pembelian. Alat ini dipasang di garasi atau tempat parkir rumah.

“Kalau baterai mulai kosong, tinggal colok. Besoknya sudah penuh,” ujarnya.

Namun, hal ini membutuhkan sedikit penyesuaian teknis. Banyak pemilik EV seperti Riki harus menaikkan daya listrik rumah mereka. “Dulu rumah saya cuma 2.000, sekarang sudah 6.000. Itu pun bagian dari paket penjualan dari dealer,” jelas Riki.

Menurut Fitra, sebagian besar mobil listrik sekarang idealnya diisi dengan daya minimal 7.700 watt, meskipun ada juga yang cukup dengan 3.300 watt. Ia sendiri memasang tiga jenis wall charger di rumah—untuk mobil yang berbeda, termasuk yang berdaya 13.000 watt.

“Memang tergantung jenis mobil, tapi kalau rata-rata terbanyak itu bisa di-charge di 7.700. Tapi ada itu sedikit mobil yang di bawah itu, ada sedikit mobil yang di atas itu,” tutur Fitra.

Selain kemudahan charging di rumah, pertimbangan lain yang sering diambil oleh pembeli kendaraan listrik adalah murahnya biaya operasional.

Riki, misalnya, mencatat, mobil listrik miliknya memiliki efisiensi sekitar 1 kWh untuk 11 km. Dengan tarif listrik sekitar Rp1.800/kWh, maka biaya perjalanan pulang-pergi 80 km ke kantornya hanya sekitar Rp16 ribu per hari, atau sekitar Rp80 ribu per minggu. Sebelum memakai mobil listrik, Riki harus mengeluarkan sekitar Rp500 ribu per minggu untuk bensin RON 92.

Maintenance mobil listrikku juga hampir nol,” tambah Riki. “Gak ada ganti oli, cuma pernah ganti filter AC doang—itu pun cuma Rp150 ribu.”

Tak hanya hemat biaya operasional, pajak tahunan mobil listrik juga sangat murah. Kevin hanya membayar sekitar Rp120 ribu per tahun, jauh di bawah pajak kendaraan bermesin konvensional. Dengan seluruh pengeluaran yang rendah, Kevin menganggap EV sangat ideal jika digunakan harian.

“Kalau mobilnya cuma dipakai seminggu sekali, rugi. Jadi menurutku EV harus dipakai tiap hari biar maksimal, tapi ya di dalam kota saja.”

Infografik Pom Listrik di Rumah

Infografik Pom Listrik di Rumah. tirto.id/Mojo

Tantangan dan Masa Depan

Pemakaian harian dan di dalam kota memang jadi keunggulan utama mobil listrik saat ini. Sebab tidak semua mobil listrik dirancang untuk menempuh jarak jauh, dan belum semuanya mendukung fast charging. Hal ini juga diamini oleh Fitra Eri.

Menurutnya, jika mobil listrik tidak mendukung fast charging atau memiliki jangkauan terbatas, perjalanan jarak jauh bisa menjadi tantangan tersendiri. Namun, perkembangan infrastruktur pengisian daya terus bergerak maju.

“Nah, tapi, kalau misalnya mobilnya sudah punya range di atas 500 kilometer dan kita berjalannya ke arah timur dari Jakarta, tol trans Jawa gitu ya, itu nggak akan ada masalah. Karena di setiap rest area itu ada fast charging,” ujar Fitra.

Artinya, perjalanan luar kota tetap memungkinkan, selama pengguna memperhatikan kemampuan mobil dan rute yang ditempuh.

Fitra juga optimistis, seiring pertumbuhan jumlah pengguna mobil listrik, infrastruktur akan berkembang dengan sendirinya. Bahkan mungkin pemerintah tidak perlu turun tangan dalam membangun infrastruktur ini.

“Swasta pun pasti akan melihat bahwa ada peluang bisnis di situ, dan akan membuat infrastrukturnya secara otomatis terbangun,” ujarnya.

Kisah Riki dan pengamatan Fitra Eri menggambarkan satu hal: home charging telah menjadi wajah baru dari kepemilikan mobil. Pengisian daya tak lagi identik dengan perjalanan ke SPBU, tapi cukup dilakukan di rumah, senyaman dan sesederhana mengisi daya ponsel.

Bagi sebagian orang, ini mungkin masih terdengar seperti masa depan. Tapi bagi pengguna EV aktif, masa depan itu sudah hadir di garasi mereka, ketika setiap malam mereka mencolokkan kabel charger ke kendaraan kesayangan mereka. []

Baca juga artikel terkait LISTRIK atau tulisan lainnya dari Nuran Wibisono

tirto.id - Insider
Penulis: Nuran Wibisono
Editor: Dwi Ayuningtyas