Menuju konten utama

Netty Aher Bicara Dukungan ke Anies & Pemimpin Perempuan di PKS

Netty Prasetiyani blak-blakan menceritakan kesiapannya maju di Pilgub Jawa Barat 2024, dukungan ke Anies dan posisi PKS soal kepemimpinan perempuan.

Netty Aher Bicara Dukungan ke Anies & Pemimpin Perempuan di PKS
Header Wansus Netty Aher. tirto.id/Tino.

tirto.id - Netty Prasetiyani menjadi salah satu kader perempuan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang vokal dan cukup berpengaruh di partai. Namanya, bahkan digadang-gadang maju sebagai bakal calon gubernur Jawa Barat 2024 mengikuti jejak sang suami, Ahmad Heryawan atau Aher. Seperti diketahui, Aher memimpin Jawa Barat hingga dua periode, mulai 2008-2013 dan 2013-2018.

Dalam Podcast Tirto For Your Pemilu (FYP), anggota DPR dari fraksi PKS itu, terang-terangan menceritakan bagaimana kesiapannya maju di pemilihan Gubernur Jawa Barat 2024. Sebab, baginya perempuan saat ini tidak bisa lagi dipandang hanya sebagai objek pembangunan.

Perempuan, kata Netty, adalah subjek pembangunan yang berhak mendapatkan akses, berpartisipasi, dan melakukan kontrol terhadap proses pembangunan yang sedang berjalan.

"Kenapa? Karena kita harus memastikan pembangunan ini tidak meninggalkan perempuan dan juga kelompok-kelompok yang selama ini seringkali termarjinalkan," ujar Netty saat wawancara khusus di kantor Tirto, beberapa waktu lalu.

Netty sendiri sebetulnya sudah masuk radar di internal partai untuk melangkah menjadi gubernur sejak 2018. Saat itu, namanya mencuat saat mekanisme pemilahan internal PKS. Pemilihan internal dilakukan di kalangan anggota untuk mengajukan siapa calon yang mereka pilih untuk diusung pada pemilihan gubernur.

"Kalau bicara soal pencalonan ya, ini bukan barang baru. 2018 kan PKS juga punya mekanisme ada pemilahan internal. Nah, 2018 nama saya masuk ke dalam," ujarnya.

Lalu bagaimana sikap para simpatisan dan pendukung PKS terhadap kepemimpinan perempuan? Apakah Netty bisa bersaing dengan kandidat perempuan dari partai lain untuk kursi Jabar 1? Berikut ini petikan wawancara redaksi Tirto dengan Netty Prasetiyani:

Berprofesi sebagai ibu rumah tangga dan ini baru maju pertama kali sebagai anggota DPR RI. Apa modal pertama sehingga bisa berani maju untuk ke DPR RI langsung? Atau mungkin background-nya apa sebelumnya?

Betul, tidak salah-salah banget saya ibu rumah tangga. Saya menikah, dikaruniai enam orang anak dan tiga orang cucu sekarang.

Tapi sebelum saya menikah, saya sudah menjadi orang yang aktif di tengah masyarakat. Saya, misalnya, memberikan les bahasa Inggris buat anak-anak tetangga di wilayah tinggal. Atau kemudian mengajarkan baca tulis Al-Qur'an seperti itu.

Jadi sejak saya duduk di bangku SMA sudah aktif di masyarakat termasuk ketika mau menikah pun saya mensyaratkan kepada Kang Aher waktu itu. 'Saya ini aktivis punya banyak kegiatan saya tidak mau dilarang-larang selama kegiatan baik, tolong saya dikasih kesempatan'. Nah, jawaban Kang Aher waktu itu 'Saya juga aktivis cinta kebaikan' jadi saya izinkan ibu untuk tetap aktif.

Nah, kemudian kami membuat yayasan. Yayasan itu memang menjadi wadah bagi saya dan Kang Aher untuk banyak berbuat di tengah masyarakat. Misalnya, ketika ada bencana banjir, kebakaran, kita membuat posko. Kemudian juga memfasilitasi warga untuk mendapatkan bantuan termasuk juga anak-anak yatim, dhuafa apa yang putus sekolah atau membutuhkan beasiswa itu banyak kita advokasi.

Netty Prasetiyani

Netty Prasetiyani. tirto.id/Andhika

Dalam perjalanan politik Mbak Netty ada jasa besar Kang Aher di belakang?

Pasti bagaimanapun saya harus mengakui bahwa kita ini kan mitra, artinya dalam konteks atau dalam sudut pandang apapun kami saling membutuhkan. Dalam konteks manusia, kami sebagai laki-laki dan perempuan pasti punya kebutuhan satu sama lain seperti langit dan bumi siang dan malam itu kan saling melengkapi.

Dalam pandangan agama juga seperti itu. Bahwa kesetaraan dalam agama itu sudah diungkap jauh-jauh sebelum isu tentang kesetaraan itu diangkat. Minal muslimina wal muslimat, wal mu'minina mal mu'minat itu kan disejajarkan muslim laki-laki dengan muslim perempuan, mukmin laki-laki dengan mukmin perempuan. Itu semuanya sama yang membedakan itu hanya amal salehnya.

Jadi ketika ditanya apakah Kang Aher berjasa dan berkontribusi kepada capaian saya hari ini menjadi wakil rakyat atau kemudian mendapatkan pengalaman yang luar biasa sangat menentukan karena Kang Aher adalah laki-laki moderat di abad modern ini.

Kalau saya baca berita, 2022 katanya sudah menyatakan siap untuk Pilgub di 2024? Bagaimana Mbak Netty siap untuk tantangan berikutnya?

Kalau kita bicara alasan normatifnya, kepemimpinan itu lahir dari partai politik. Karena bagaimanapun ketika kita bicara kepala daerah, kemudian juga sampai presiden itu pasti harus diusung atau lahir dari kader partai politik.

Ketika saya memilih jalur politik ini, atau memilih berpolitik praktis menjadi kader fungsionaris PKS, saya sudah membayangkan. Entah saya ditugaskan menjadi anggota legislatif atau kemudian ditugaskan menjadi kepala daerah ya di ruang eksekutif.

Nah, sebagai politikus kita harus memberikan harapan. Karena politik itu kan sebetulnya harapan ya, memberikan harapan dan politik itu adalah keberpihakan.

Ketika bicara keberpihakan, sebagian keberpihakan itu harus diambil oleh perempuan. Kenapa? Karena secara demografis perempuan itu setengah dari masyarakat. Di manapun di berbagai kawasan manapun jumlah perempuan itu setengah dari masyarakat.

Tidak bisa lagi memandang perempuan sebagai objek pembangunan. Perempuan adalah subjek pembangunan yang dia harus mendapatkan akses, berpartisipasi, dan melakukan kontrol terhadap proses pembangunan yang sedang berjalan. Kenapa? karena kita harus memastikan pembangunan ini tidak meninggalkan perempuan dan juga kelompok-kelompok yang selama ini seringkali termarjinalkan.

Contoh yang mudah saja, ketika kita bicara lokasi bencana atau ada kejadian bencana. Maka yang dipikirkan oleh para pemangku kepentingan yang sampai hari ini mungkin masih kebanyakan laki-laki yang dipikirkan adalah logistik, misalnya, makanan, beras. Kemudian apalagi, tenda kan begitu. Tapi bagi seorang perempuan, bagi seorang Netty Prasetiyani saya berpikir di lokasi bencana itu ada perempuan, ada ibu hamil, ada ibu menyusui, ada anak perempuan, ada anak laki-laki.

Netty Prasetiyani

Netty Prasetiyani. tirto.id/Andhika

Nah, yang harus saya perjuangkan adalah berapa banyak air bersih untuk perempuan yang sedang mengalami menstruasi. Berapa banyak air bersih untuk perempuan yang sedang mengalami nifas atau berapa banyak bantuan untuk perempuan dan anak di lokasi bencana itu.

Jadi tidak melulu bantuan itu yang selama ini ada di kepala laki-laki. Makanya berlaku teori personal is political. Sesuatu yang sangat personal itu politis sampai yang namanya kehamilan, kelahiran, kemudian pengaturan kelahiran itu kan menjadi sesuatu yang politis, mengapa ada BKKBN.

Kita mencoba untuk melakukan pendekatan bagaimana caranya agar keluarga prasejahtera itu mampu melakukan pengaturan kelahiran. Dan itu perlu pendekatan khusus tidak mungkin hanya memberikan karpet merah kepada laki-laki untuk mengatur semua hal.

Jadi mengapa kemudian perempuan ini penting masuk ke ruang kebijakan. Ikut terlibat kemudian juga melakukan pengawasan, melakukan kontrol. Kenapa? karena kita ingin memastikan bahwa pembangunan ini betul-betul bisa dirasakan rata oleh semua warga negara, tidak hanya laki-laki dan juga perempuan.

Kesimpulannya siap ya?

Insyaallah. Iya dong. Jadi apapun kita harus siap.

Mbak Netty siap, DPP PKS siap mencalonkan, tapi konstituen pemilih PKS siap tidak dengan pemilih perempuan?

Kalau di atas kertas siap. Karena memang kepemimpinan perempuan bagi PKS sudah final. Bahwa perempuan adalah bagian tidak terpisahkan dari anggota PKS yang laki-laki.

Jadi artinya kita saling bermitra, kita saling melengkapi, saling bersinergi saling berkolaborasi. Buktinya, hari ini lompatan PKS untuk kursi perempuan di DPR RI luar biasa dari satu sekarang sudah ada sembilan. Jadi artinya itu mendekonstruksi persepsi orang tentang PKS.

Akar rumput sudah siap?

Kalau akar rumput kan dua hal yang berbeda. Artinya begini, akar rumput itu ada yang murni anggota PKS, ada yang memang simpatisan. Dan hari ini kita tidak bisa membatasi mereka mengakses informasi dari banyak sumber termasuk misinformasi, berita hoaks, berita bohong, itu juga masih banyak beredar di kalangan masyarakat termasuk pemilih PKS seperti itu.

Jadi ini menjadi tantangan tersendiri bagi PKS bagi struktur PKS dari pusat sampai daerah untuk memahamkan jika suatu hari kita memang mencalonkan anggotanya perempuan.

Mbak Netty siap tidak untuk PKS mencalonkan gubernur perempuan pertama di salah satu di wilayah terbesar di Indonesia?

Kalau bicara soal pencalonan ya, ini bukan barang baru. 2018 kan PKS juga punya mekanisme ada pemilahan internal dan pemilihan internal ini dilakukan di kalangan anggota begitu untuk mengajukan siapa calon yang mereka pilih untuk diusung pada pemilihan Gubernur. Nah, 2018 nama saya masuk ke dalam.

Dalam satu tahapan kita harus apresiasi berarti anggota PKS sudah tidak alergi. Tapi kemudian ada hitung-hitungan politik yang disimulasikan oleh pimpinan ada kemudian koalisi yang dibangun itu yang kemudian terjadi pada tahap berikutnya. Dan jangan salah kita juga punya Ibu Diah, pernah menjadi calon Wakil Wali Kota Cimahi pada 2008.

Jadi artinya sekali lagi PKS tidak alergi soal itu. Tinggal bagaimana kita bicara koalisi, kita bicara hitung-hitungan politik yang kemudian memang pada akhirnya untuk saya sendiri 2018 belum masuk ke pencalonan belum dihitung menjadi calon Gubernur Jawa Barat.

Kenapa banyak perempuan-perempuan yang menurut saya ini masih baru dalam perhelatan politik di level gubernur atau di level provinsi. Banyak nama-nama perempuan yang masuk proses seleksi dan pertarungan politik, ini jarang terjadi lho?

Ini suatu kemajuan yang patut diapresiasi berarti kita sudah mulai langkah maju dalam urusan demokrasi. Jadi yang namanya demokrasi yang baik itu bukan hanya memberikan perempuan untuk memilih tapi juga dipilih.

Artinya ketika banyak perempuan yang mulai naik ke panggung mulai dibicarakan saya pikir ini suatu kemajuan bahwa berarti perempuan ini tidak lagi dianggap sebagai orang yang ada di dapur. Jadi perempuan bisa mulai kariernya dari dapur ke istana.

Jadi artinya ini suatu kemajuan. Tinggal bagaimana biarlah publik yang menguji. Kenapa? Karena namanya proses politik ini kan satu pastinya partai politik akan mencalonkan. Berikutnya adalah proses pemilihan.

Nah, inilah yang kemudian kita serahkan kepada publik menilai mana yang memang dianggap mumpuni kapasitasnya kemudian juga teruji integritasnya untuk mendapatkan dukungan yang besar dari masyarakat.

Ini menurut saya artinya saya sebagai perempuan justru bersyukur bahwa hari ini ada suatu kemajuan yang mungkin menjadi satu cita-cita Kartini yang terwujud terpenuhi pada hari ini.

Karena dalam satu penggalan suratnya ketika Ibu Kartini bersurat ke Profesor Anton, beliau katakan: 'Kami di sini perempuan menuntut hak pengajaran untuk kaum perempuan. Bukan karena perempuan ingin menjadi pesaing bagi laki-laki. Tetapi ketika perempuan pintar, maka perempuan akan mampu menjalankan tugas yang pertama diberikan oleh alam kepadanya sebagai pendidik umat dan generasi.'

Jadi saya pikir ini satu hal yang patut kita syukuri. Tinggal bagaimana tadi yang saya katakan tahapan berikutnya. Mudah-mudahan ini bukan cuma sekedar gimmick, tetapi memang betul-betul menjadi satu ruang yang kemudian membuat perempuan bisa melakukan kontestasi gagasan dan kita juga ingin bawa kepemimpinan perempuan itu bukan sekedar melanjutkan suaminya.

Karena bukan melanjutkan dari apa yang sudah dimulai dari suaminya, apa yang Mbak Netty lihat dari Jawa Barat saat ini yang sudah ditinggal Kang Aher? Apa yang harus dibenahi dari Jawa Barat?

Pertama, saya masih percaya kemajuan sebuah kawasan, sebuah daerah itu sangat ditentukan oleh SDM-nya. Apalagi Jawa Barat ini tidak memiliki sumber daya alam sekaya dan semewah teman-teman atau rakyat di Sumatra, di Kalimantan yang punya minyak bumi punya batubara dan nikel.

Jawa Barat harus bertumpu pada kemampuan sumber daya manusianya. Sehingga yang akan menjadi langkah saya nanti adalah bagaimana kita terus melanjutkan amanah konstitusi mencerdaskan kehidupan bangsa.

Tentu saja kita terus melanjutkan amanah konstitusi tadi. Bagaimana caranya meningkatkan partisipasi anak-anak ke sekolah. Kemudian juga meminimalisasi atau mencegah anak putus sekolah, dan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk bisa menikmati jenjang pendidikan.

Sebab, kalau kita kaitkan dengan angka atau potret keluarga Indonesia ini tentu menjadi satu hal yang patut kita renungkan bahwa ternyata lebih dari 50 persen kepala keluarga itu hanya lulusan SD dan tidak bersekolah. Jadi artinya terbayangkan oleh kita bagaimana pola pengasuhan yang diselenggarakan oleh warga Indonesia kalau kemudian kita tidak menggenjot pendidikan.

Betul, pendidikan formal bukan segala-galanya, tetapi setidaknya ketika kita menikmati pendidikan kita bisa berpikir rasional, kita bisa mengatakan tidak pada saat ada bahaya di depan kita.

Netty Prasetiyani

Netty Prasetiyani. tirto.id/Andhika

Orangtua bisa memberikan teladan memberikan contoh pada saat mereka memang memiliki bekal. Mengapa kemudian saya percaya bahwa pendidikan masih menjadi suatu hal yang fundamental yang harus dilakukan oleh siapapun kepala daerah.

Ini menjadi PR kita. Karena salah satu komposit ukuran keberhasilan pembangunan kita ialah IPM (indeks pembangunan manusia), salah satu komponennya adalah pendidikan. Komposit dari IPM kita itu masih ada di angka 8,4 tahun. Artinya anak-anak Indonesia kebanyakan bersekolah sampai duduk di bangku 2 SMP setelah itu drop out.

Ini yang mengkhawatirkan, kenapa kemudian angka kesenjangan semakin tinggi, melebar. Gini ratio juga seperti itu. Kemudian juga tenaga kerja kita, angkatan kerja kita, kalau kita potret ketenagakerjaan, kebanyakan tenaga kerja kita itu profil lulusan SMP bahkan SD.

Itu tentu menjadi PR kebangsaan kita sebetulnya. Bukan hanya PR Jawa Barat, Jawa Barat menjadi provinsi dengan penduduk terbesar yang akhirnya menjadi provinsi dengan PR terbanyak.

Teman-teman PKS sudah Anies banget belum sih?

Ya, kalau Anies banget karena memang semuanya berpegang pada keputusan Musyawarah Majelis Syuro di situ disebutkan bahwa PKS akan mengusung Anies Baswedan sebagai calon presiden 2024.

Pendapat pribadinya Mbak Netty Mas Anies ini layak diperjuangkan berikutnya atau ditinggalkan?

Saya masih melihat ada harapan pada masa Anies. Karena memang itu menjadi keputusan yang mengikat bagi struktur dan anggota PKS.

Bersatu dalam satu koalisi untuk memilih cawapres yang sama itu agak susah membayangkan, bagaimana?

Kan latihannya sudah dijalani di Kabupaten Bandung, bupatinya Pak Dadang Supriatna itu PKB yang mengusung PKS. Jadi artinya kalau kita bicara 'oh PKS tidak bisa menyatu sama teman-teman PKB' salah itu.

Tinggal bagaimana yang namanya pilihan politik itu harus dirasionalisasi dan dibangun argumentasinya serta pertimbangan-pertimbangan yang sifatnya objektif. Sehingga nantinya kader bisa menjelaskan kepada pemilih.

Karena tidak semua pemilih PKS sudah menjadi fungsionaris atau anggota PKS. Banyak simpatisan, banyak yang cair banyak yang kemudian masih menjadi floating mes yang selama ini juga melihat isu-isu dibahas dari kejauhan. Sehingga pertimbangan dan objektif itu penting kenapa kita pilih Anies Baswedan itu juga digodok sedemikian rupa sehingga semua satu suara dari Aceh sampai Papua.

Dari struktur pusat sampai daerah sampai ranting semua sepakat. Termasuk nanti misalnya pembahasan tentang cawapres yang sudah dideklarasikan Mas Anies yaitu Cak Imin. Pertimbangan-pertimbangan objektif yang apapun nanti hasilnya itu kita sampaikan lagi ke struktur dan juga anggota PKS.

Jadi PKS susah ya atau tidak mungkin untuk meninggalkan Mas Anies?

Selama putusan majelis syuro-nya seperti itu kita akan tetap mengusung Mas Anies.

Baca juga artikel terkait WAWANCARA atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - Politik
Reporter: Irfan Amin
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Maya Saputri