Menuju konten utama

Siasat Politik PKS di Tengah Turunnya Pamor Partai Religius

PKS mencoba menggaet suara pemilih dengan luncurkan program mudik dan Ramadan, merespons hasil survei yang terus menurun.

Siasat Politik PKS di Tengah Turunnya Pamor Partai Religius
Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Ahmad Syaikhu (kiri) didampingi Sekjen Aboe Bakar Al Habsyi (kanan) menyanyikan mars PKS saat pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) PKS 2022 di Jakarta, Senin (31/1/2022). ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/hp.

tirto.id - Juru Bicara Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Pipin Sopian menanggapi santai adanya hasil survei dari lembaga Saiful Mujani Research and Consulting yang menyebut bahwa kekuatan politik identitas Islam semakin mengecil.

Sopian berkelakar bahwa hasil survei mengalami pasang surut atau naik turun itu adalah wajar.

"Naik turun dalam survei wajar. Kalo yang naik terus itu harga minyak goreng," kata Sopian kepada Tirto pada Senin (25/4/2022).

Dirinya tidak mengelak akan hasil survei yang dikeluarkan SMRC tersebut. Karena dia yakin hasil survei dari setiap lembaga berpotensi berbeda hasilnya.

"Beda lembaga-beda hasil surveinya, bagi PKS berapapun hasil surveinya kami akan tetap melayani dan memperjuangkan aspirasi masyarakat." terangnya.

"Di Bulan Ramadan ini kami punya dua program unggulan, posko mudik, dan berbagi paket Ramadan. Ini adalah bentuk PKS merespons berbagai hasil survei," imbuhnya.

Hingga saat ini kursi legislatif di parlemen milik partai berbasis agama seperti PKS, PPP, dan PKB tergolong sedikit. PKB sebanyak 58 kursi, PKS 50 kursi, dan PPP 19 kursi.

Apabila dibandingkan dengan partai nasionalis saat ini menduduki 3 besar mayoritas, seperti PDIP 128 kursi, Golkar 85 kursi, Gerindra 78 kursi dan Nasdem 59 kursi.

Bila melihat posisi kursi tersebut maka PDIP bisa mengusung calon presiden sendiri tanpa koalisi sedangkan Golkar dan Gerindra hanya perlu mengajak satu partai lagi apabila menggunakan asas presidential threshold atau ambang batas pencalonan presiden.

Menurut pendiri lembaga survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Saiful Mujani, bahwa dalam sejarah politik di Indonesia, partai dengan identitas keagamaan masih sulit bersaing melawan partai dengan asas nasionalis.

"Kalau pengaruhnya besar, maka partai-partai seperti PKS akan membesar. Tapi sejauh ini, sejak Pemilu 1955, kekuatan politik identitas Islam semakin kecil. Dulu pada Pemilu pertama, 1955, gabungan partai-partai Islam di parlemen sekitar 46 persen. Sementara sekarang partai yang kelihatan kuat Islamnya hanya PKS dan PPP. Kalau dijumlahkan tidak lebih dari 15 persen," jelasnya.

Baca juga artikel terkait PKS atau tulisan lainnya dari Irfan Amin

tirto.id - Politik
Reporter: Irfan Amin
Penulis: Irfan Amin
Editor: Restu Diantina Putri