tirto.id - Di tengah kondisi kesehatan yang menurun, pemimpin tertinggi Uni Soviet Vladimir Lenin, menulis dokumen "surat wasiat" pada 1922. Salah satu isinya menjelaskan keinginan Lenin untuk mengangkat Leon Trotsky sebagai Sekretaris Jenderal Komite Pusat Partai Komunis Uni Soviet, menggantikan Joseph Stalin yang dianggapnya tidak pantas dalam menjalankan jabatan tersebut. Bagi Lenin, cara kerja Stalin memang cepat dan baik, tetapi sangat berbahaya. Maka itu, Lenin memilih Trotsky dibanding Stalin. Meski demikian, Lenin juga menyampaikan kritik tajam kepada kepribadian Trotksy yang tidak disukainya.
Hubungan Lenin dengan Trotsky sebetulnya tidak terlalu baik. Keduanya kerap berselisih dan berbeda pandangan. Namun, hadirnya surat wasiat itu menjadikan Trotsky suksesor potensial untuk menggantikan Lenin. Peluang ini semakin besar jika menilik rekam jejak Trotsky yang cukup baik: sukses dalam Revolusi Oktober 1917 dan pernah memegang jabatan penting seperti komisaris luar negeri Soviet (1917-18), serta komandan Tentara Merah (1918-25).
Sedangkan Joseph Stalin, figur yang juga berambisi menjadi orang nomor satu di Soviet, adalah Sekjen Partai Komunis Uni Soviet sejak tahun 1922. Mengemban jabatan tinggi membuat Stalin leluasa memperoleh kekuatan dan pengaruh yang sangat besar dalam kepartaian selama beberapa tahun ke depan. Posisi ini juga dijadikan ajang memopulerkan idenya tentang masa depan Uni Soviet. Hal inilah yang membuat namanya melambung dan menjadi modal Stalin untuk menjadi suksesor Lenin, sekaligus menyingkirkan saingan utamanya: Trotksy.
Manuver Stalin
Awal mula memanasnya hubungan Stalin dan Trotsky terjadi pada musim panas 1918. Saat itu, terjadi pertempuran di Kota Tsaritsyn antara tentara Soviet dengan tentara Tsar Rusia. Sebagai komandan tertinggi tentara Soviet, Trotsky membuat kebijakan yang cukup anti-mainstream: memilih bekas perwira kekaisaran Rusia untuk menjadi komandan lapangan. Tentu saja hal ini menuai reaksi keras dari Stalin yang saat itu menjabat sebagai Komisar Kebangsaan Rakyat (1917-1922). Menurut Stalin, tindakan Trotsky sangat gegabah karena tidak menutup kemungkinan bahwa mantan perwira kekaisaran Rusia itu akan membelot. Maka itu, Stalin meminta hak untuk mengurus jalannya pertempuran dari awal sampai akhir.
Pernyataan Stalin akhirnya berdampak luas. Banyak prajurit yang turun kepercayaannya terhadap Trotsky. Perpecahan antarprajurit pun terjadi. Meski demikian, permintaan Stalin juga keliru karena melompati kekuasaan Trotsky yang saat itu menjabat panglima tertinggi. Berawal dari sini, hubungan keduanya merenggang.
Hubungan Stalin-Trotsky semakin panas ketika Lenin meninggal pada Januari 1924. Keduanya merasa berhak dan pantas sebagai pengganti Lenin untuk memimpin Uni Soviet. Jika ditinjau dari surat wasiat Lenin, Trotsky yang paling berpotensi memegang komando Soviet. Tetapi Stalin juga sangat berambisi menggantikan Lenin dan akhirnya melakukan berbagai manuver serta penjegalan untuk mencegah Trotsky naik ke tampuk kekuasaan.
Manuver pertama Stalin terlihat dalam prosesi pemakaman Lenin. Ia membohongi Trotsky terkait tanggal upacara pemakaman Lenin. Stalin memberitahu Trotsky bahwa saingannya itu tidak mungkin bisa datang ke upacara pemakaman karena acara bakal dimajukan satu hari. Terlebih saat itu Trotsky sedang berada di suatu kota yang jauh dari lokasi upacara pemakaman.
Stalin khawatir jika Trotsky datang maka dia akan disambut oleh masyarakat sebagai penerus Lenin. Selain itu, dengan absennya Trotsky dalam prosesi tersebut dapat membentuk opini publik bahwa hubungan Trotsky-Lenin sesungguhnya sudah retak, sehingga tidak lagi pantas untuk menjadi pemimpin Soviet dan melanjutkan ide Lenin.
Momentum inilah yang menjadi peluang besar Stalin untuk tampil di muka publik. Alhasil, di tengah ribuan orang yang memadati tempat pemakaman, Stalin hadir di atas panggung untuk memberikan kesaksian atas kehidupan Lenin sekaligus menyampaikan cita-citanya tentang masa depan Soviet yang sejalan dengan pandangan Lenin. Berawal dari sini, secara tidak langsung, Stalin telah mengamankan tongkat kepemimpinan Uni Soviet.
Meski demikian, Stalin tidak cukup senang karena terdapat satu hal lagi yang menjadi rintangan: surat wasiat Lenin. Stalin harus memikirkan cara agar surat yang cukup membongkar boroknya tersebut tidak sampai ke publik karena dapat merusak reputasinya. Maka dalam Kongres Partai Komunis ke-13 pada Mei 1924, anggota komite partai berupaya keras melarang keinginan istri Lenin, Krupskaya, untuk menyampaikan isi dokumen tersebut. Akhirnya Krupskaya pun membatalkan niatnya. Lagi-lagi, keberhasilan ini sangat mengamankan posisi Stalin.
Perlawanan Trotsky
Trotsky kecewa dengan sikap Stalin yang semakin sewenang-wenang. Melalui faksi Oposisi Kiri yang dibentuknya, ia mulai menghimpun kekuatan dan merumuskan kembali pemikiran-pemikirannya untuk melawan Stalin dan dua rekannya yang paling setia: Lev Borisovich Kamenev dan Grigory Zinoviev—dua tokoh yang termasuk ke dalam tujuh pendiri Politbiro bersama Lenin, Stalin, Trotsky, Sokolnikov, dan Bubnov.
Trotsky ingin ide sosialisme menyebar di negara lain. Ia menyerang gagasan birokratisasi kehidupan politik dan kebijakan sosialisme satu negara ala Stalin pada tahun 1924 karena dianggap sebagai kemunduran cita-cita internasionalisme revolusioner. Ia juga menyerang Stalin tentang gagasan “Marxisme-Leninisme” yang menurutnya sangat tidak berdasar.
Lambat laun, dukungan terhadap Trotsky semakin besar. Banyak politikus Soviet yang akhirnya satu suara dengannya, seperti politikus Christian Rakovsky, aktivis Karl Radek, bahkan orang terdekat Stalin, yakni Kamenev dan Zinoviev turut bergabung ke dalam kubu Trotsky karena tidak lagi sejalan dengan pandangan Stalin.
Berubahnya haluan dua pendiri politbiro dan tokoh terkenal lainnya tidak lepas dari tindakan Stalin yang semakin brutal. Sebelumnya, sejak memegang komando penuh atas kepartaian, Stalin melarang anggota Partai Komunis untuk membangun faksi sendiri karena dapat merusak persatuan partai. Tindakan Stalin dapat dimaknai sebagai penjegalan sekaligus penyingkiran terhadap Trotsky yang membentuk faksi Oposisi Kiri dalam kepartaian, juga sebagai tindakan pembungkaman pendapat.
Pada 1926, Trotsky, Kamenev, Zinoviev, dan para pengikutnya membentuk Oposisi Bersatu sebagai wadah penentangan terhadap Stalin sekaligus untuk memperjuangkan kebebasan berekspresi dalam kepartaian. Salah satu agendanya adalah mengkritik kebijakan ekonomi Stalin yang dilaksanakan secara brutal karena menelan banyak korban jiwa.
Diasingkan dan Dibunuh
Banyaknya kritik dari rekan satu partai pada akhirnya membuat Stalin mengeluarkan jurus cepat: pemecatan. Pada tahun 1927, Stalin mengeluarkan Trotsky, Kamenev, dan Zinoviev dari struktur dan anggota kepartaian. Selain itu, Stalin juga mengasingkan ketiganya ke daerah terpencil di Uni Soviet sebelum akhirnya diusir dan harus tinggal di negara lain. Trotsky misalnya, ia berpindah-pindah dari Kazakhstan, Turki, Prancis, dan Meksiko.
Meski demikian, hidup di pengasingan tak membuat Trostky diam. Ia tetap mengkritik kepemimpinan Stalin. Begitu juga dengan Stalin yang tidak tinggal diam. Ia memerintahkan Gosudarstvennoye Politicheskoye Upravlenie (GPU) atau dinas polisi rahasia untuk memburu Trotstky dan orang terdekatnya.
Suara lantang Trotsky harus berhenti pada 20 Agustus 1940, tepat hari ini 81 tahun lalu. Kala itu, Trostky yang tinggal di Meksiko tiba-tiba didatangi oleh orang misterius di kediamannya. Orang tersebut menyerangnya dengan kapak es hingga kepalanya terluka. Trostky pun langsung tumbang bersimbah darah. Luka menganga di kepala membuat dirinya koma. Esoknya, kondisinya kian memburuk dan dinyatakan meninggal oleh dokter.
Beberapa hari kemudian terungkap bahwa tersangka adalah agen intelijen GPU bernama Ramón Mercader del Río alias Ramon Mercader yang diperintahkan langsung oleh Stalin. Atas tindakannya, Ramón harus mendekam di penjara Meksiko selama 20 tahun.
Editor: Irfan Teguh Pribadi