Menuju konten utama

Namaku Mohammed Salman, Rumah Istana, Harta Melimpah

Ketika negara sedang mengencangkan ikat pinggang, Pangeran Mohammed menghamburkan uang untuk beli istana.

Namaku Mohammed Salman, Rumah Istana, Harta Melimpah
Chateau Louis XIV. REUTERS/Charles Platiau.

tirto.id - Dalam beberapa bulan terakhir Arab Saudi telah mencuri perhatian dunia. Mulai dari kunjungan Raja Salman bin Abdulaziz ke berbagai negara dengan memboyong para pangeran dan pejabat Arab Saudi hingga reformasi di berbagai bidang seperti ekonomi hingga pariwisata.

Sosok Pangeran Mohammed bin Salman yang kini menjabat wakil perdana menteri sekaligus menteri pertahanan Arab Saudi tak luput dari sorotan. Pangeran yang juga menjadi ketua dewan urusan ekonomi dan pembangunan menjadi penggerak utama reformasi Arab Saudi dengan program ambisius yang dikenal sebagai Vision 2030.

Vision 2030 merupakan rencana jangka panjang untuk mengurangi ketergantungan negara terhadap minyak. Sekitar 70 persen pendapatan negara berasal dari sektor energi sehingga ketika harga minyak dunia merosot tajam dalam beberapa tahun lalu, pemasukan negara mulai seret.

Baca:Ekonomi Arab Saudi: Banting Setir Sebelum Dihantam Resesi

Pembangunan pun dialihkan ke sektor non-energi. Saudi menargetkan ekspor sektor non-energi mencapai 50 persen pada 2030. Pemerintah Saudi juga ingin menjadi pusat investasi dan penghubung antara tiga benua (Asia, Afrika dan Eropa).

Di sektor pariwisata, Saudi mulai menerbitkan visa turis non-religi untuk meningkatkan devisa negara. Guna memaksimalkan kunjungan wisata, berbagai sarana hiburan pun dihidupkan di negara monarki itu. Misalnya bioskop yang boleh dioperasikan segera. Menteri termuda itu, singkatnya, berambisi mengubah Arab Saudi dari konservatif ke moderat.

Demi menekan pengeluaran, sang pangeran mencanangkan upaya penghematan di berbagai sektor. Subsidi dikurangi, pajak pertambahan nilai dinaikkan sebesar 5 persen. Proyek-proyek yang sedang dikerjakan dievaluasi. Anggaran proyek yang berlebihan atau tidak tepat sasaran dipangkas dan pada 2016 pemotongan dana proyek mencapai $4,5 miliar. Sebelas pangeran dan puluhan pejabat lainnya yang dianggap telah menyalahgunakan uang negara sebesar $100 miliar dalam beberapa tahun terakhir pun dicokok. Namun demikian, beberapa analis menilai penangkapan ini lebih didorong faktor politik.

Ironisnya di saat dunia tengah menyaksikan Arab Saudi yang mulai berbenah, The New York Times baru-baru ini mengeluarkan laporan bahwa Chateau Louis XIV, yang menurut majalah Fortune menjadi rumah termewah di tahun 2015, telah dibeli oleh sang pangeran berusia 32 tahun tersebut.

Baca juga:Membaca Arah Reformasi Sosial di Arab Saudi

Chateau Louis XIV terinspirasi dari bangunan abad 17 dengan pintu masuk yang menggunakan kayu ek dan pahatan yang terinspirasi oleh model dari War Room di Istana Versailles, Perancis. Air mancur, sound system, lampu dan AC dapat dikontrol dari jarak jauh via iPhone. Dibangun selama 3 tahun dengan rata-rata 120 pekerja setiap hari, termasuk pematung, perajin mosaik, pelukis, pengrajin besi, pembuat kabinet, tukang batu marmer dan lainnya.

Awalnya, bangunan megah yang dibangun oleh pengembang Emad Khashoggi itu dibeli oleh seseorang senilai $300 juta pada 2015. Sang pemilik rumah super mewah ini tetap misterius hingga laporan The New York Times muncul. Laporan ini menjadi tamparan keras bagi Pangeran Mohammed.

"Dia lumayan sukses membangun citra bahwa dirinya berbeda, reformis—setidaknya secara pembaharu sosial—dan bahwa dia tidak korup," kata Bruce O. Riedel, seorang penulis dan mantan analis CIA.

Menurut Riedel, pembelian Chateau Louis XIV adalah "pukulan telak" bagi citra reformis.

Menurut laporan The New York Times, pemilik dari bangunan di atas tanah seluas 23 hektar itu disembunyikan oleh 8 perusahaan investasi Perancis dan Luksemburg. Perusahaan tersebut diketahui dikelola oleh yayasan pribadi milik Pangeran Mohammed, sehingga kepemilikan pun tertuju pada putra mahkota tersebut.

Baca juga:Arab Saudi Izinkan Bioskop Beroperasi Kembali Setelah 35 Tahun

Tak dijelaskan nama dari 8 perusahaan investasi milik Pangeran Mohammed. Namun jika ditelusuri dalam laporan Panama Papers yang pernah menghebohkan dunia, Raja Salman memang memiliki perusahaan di Luksemburg, yaitu Safason Corporation SPF SA, yang berafiliasi dengan beberapa perusahaan lainnya yang terdaftar di Panama seperti Verse Development Corp, Inrow Corporation dan Park Property Limited.

infografik rumah mahal pangeran saudi

Selain membeli rumah mewah di tengah upaya penghematan negara, Pangeran Mohammed juga membeli kapal pesiar senilai $500 juta dari seorang pengusaha vodka asal Rusia Yuri Shefler serta menghabiskan $450 juta untuk membeli lukisan Leonardo da Vinci.

Di saat bersamaan, defisit fiskal negara memburuk menjadi 16,6 persen dari PDB pada 2016 dibandingkan dengan 15,8 persen pada 2015. Saat itu, pemerintah memotong remunerasi pegawai negeri. Saudi pun akhirnya mengajukan pinjaman dan memperoleh $10 miliar dari konsorsium bank global dengan tenor lima tahun.

Pada tahun yang sama, Raja Salman diketahui membangun istana mewah di pantai Maroko sebagai tempat liburan lengkap dengan dua landasan helikopter dan fasilitas mewah lainnya. Sedangkan sang pangeran memilih berlibur di selatan Perancis dengan sebuah kapal pesiar megah yang dilengkapi dua kolam renang dan sebuah helikopter.

Baru-baru ini, delapan perusahaan investasi yang menyembunyikan identitas pemilik rumah termahal itu membeli sebuah perkebunan seluas 620 hektar di Condé-sur-Vesgre, Perancis. Baru-baru ini seorang putri Saudi juga diketahui membeli apartemen di kawasan elit di Paris senilai $30 juta.

Keluarga kerajaan Arab Saudi terkenal memiliki banyak properti di luar negeri. Raja Salman misalnya, memiliki apartemen senilai $35 juta di Paris, puri mewah di Cote d'Azur serta sebuah istana di Marbella, Spanyol.

Baca juga:Uang yang Mengakrabkan Cina dan Arab Saudi

Berdasarkan dokumen bertarikh 2009 yang dirilis Panama Papers, Raja Salman adalah pemilik gedung Mayfair di London. Kekayaan keluarga kerajaan Saudi sudah tentu bersumber dari bisnis minyak yang telah menghidupi negara selama 75 tahun.

Keluarga kerajaan juga mendapat tunjangan negara sekitar $270.000 untuk putra raja dan $8.000 untuk cicit raja. Sedangkan jika ada bangsawan yang menikah, ia akan menerima $1 juta - $3 juta. Menurut juru bicara kerajaan Anas al-Qusayer, total dana tunjangan bagi keluarga kerajaan mencapai $2 miliar setiap tahunnya.

Tak ada penjelasan rinci dari pihak kerajaan apakah tunjangan ini telah dipangkas untuk menekan pengeluaran, ataukah pemangkasan tunjangan hanya berlaku buat pegawai negeri dan karyawan lainnya.

Ironi lainnya, ketika keluarga kerajaan membeli properti, membangun istana dan liburan mewah, ada 30 persen warga Arab Saudi kelompok usia 15-24 tahun yang menjadi pengangguran pada 2016 dan 70 persen pengangguran pada kelompok usia 25 ke atas.

Baca juga artikel terkait ARAB SAUDI atau tulisan lainnya dari Yantina Debora

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Yantina Debora
Penulis: Yantina Debora
Editor: Windu Jusuf