tirto.id - Pemandangan seseorang menyantap makanan yang menggunung tentu tak asing dijumpai di lini masa media sosial. Aktivitas mukbang (dalam KBBI tercatat sebagai mokbang) didefinisikan sebagai siaran langsung atau video yang mempertontonkan orang memakan banyak makanan untuk hiburan, biasanya disiarkan secara daring.
Biasanya pada food vlogger mempertontonkan kegiatan mukbang dengan sajian yang beragam, mulai dari makanan manis, street food, hingga makanan siap saji.
Tapi, tanpa disadari, tren mukbang ini menyimpan sisi gelap terkait kesehatan. Sudah bukan sekali dua kali seorang food vlogger yang jatuh sakit, baik ringan maupun berat, buntut sering makan dalam jumlah yang besar.
YouTuber Tanboy Kun misalnya, belum lama ini dikabarkan tumbang, setelah kalap melahap empat potong bebek sekaligus. Selain bebek goreng yang sudah mengandung kolesterol tinggi, ia juga turut menikmati tongseng kambing.
@tanboykun_asli masak bebek bareng @KING ABDI fullnya di yt tanboy kun.
♬ original sound - Tanboy Kun - Tanboy Kun
Sosok Tanboy Kun itu memang dikenal dengan konten-konten mukbang-nya. Jika ditengok di laman YouTube miliknya, ia terlihat berkali-kali mengunggah video mukbang, seperti mie ayam, bakso, sosis, nasi liwet, ikan bakar, dan fried chicken. Makan-makan besar teranyar, yang kemudian menumbangkan dia, juga terdokumentasi dan bahkan telah mengumpulkan lebih dari 8 juta penonton sampai awal Juli 2025.
Gangguan kesehatan ringan yang dialami Tanboy Kun hanyalah satu di antara banyak contoh.
Di Turki, seorang TikToker yang dikenal dengan konten mukbang meninggal dunia karena komplikasi yang dipicu obesitas. Kultur, pria 24 tahun, suka sekali makan dalam jumlah besar. Akibatnya, ia mengalami komplikasi yang berhubungan dengan obesitas.
Kultur meninggal dunia pada 7 Maret 2025, setelah sempat dirawat di rumah sakit selama tiga bulan. Ia berjuang melawan kelebihan berat badan yang membuat kesehatannya memburuk, tulis laporan detik.com.
Kemudian sekitar setahun lalu, seorang kreator konten asal Tiongkok juga dilaporkan meninggal saat mukbang. Dokter menyatakan perempuan bernama Pan Xiaoting itu meninggal karena makan berlebihan.
Hasil autopsi bahkan mengungkap adanya deformasi parah pada perutnya. Selain itu, di dalam perutnya penuh dengan makanan yang tidak tercerna. Akibatnya, usus sang streamer pun mengalami pendarahan hebat.
Dari Gangguan Pencernaan Sampai Masalah Kesehatan Mental
Pengamat kesehatan sekaligus peneliti Griffith University, Dicky Budiman, menyebut tren mukbang sebagai sesuatu yang memprihatinkan dan menjadi masalah kesehatan masyarakat. Kegiatan ini membahayakan dari sisi kesehatan masyarakat.
Menurutnya, fenomena mukbang dapat menimbulkan konsekuensi serius, terutama kalau jika dilakukan terus menerus atau menjadi gaya hidup. Dicky menyampaikan ada dampak jangka pendek maupun jangka panjang dari kebiasaan makan dalam porsi berlebih.
“Nah, jangka pendek itu akan berdampak pada gangguan pencenaan ya, seperti kembung, nyeri ulu hati atau gastritis, dan juga reflux, asam lambung atau GERD. Kemudian terjadi lonjakan gula darah juga, terutama kalau yang dikonsumsi itu karbohidrat dan gula yang tinggi. Ini yang berisiko hiperglikemia,” tutur Dicky kepada jurnalis Tirto, Jumat (4/7/2025).
Hiperglikemia merupakan kondisi Diabetes Melitus (DM) pada tubuh pasien tidak terkontrol, sehingga kadar glukosa darah sangat tinggi hingga mencapai >300 mg/dl.
Menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes), gejala hiperglikemia yang harus diwaspadai, terutama pada pasien penderita DM yakni; mulut dan kulit terasa kering, sering merasa kehausan, pusing, penglihatan yang mulai buram atau kabur, intensitas buang air kecil meningkat, dan nafas terengah-engah dan bau nafas tidak sedap.

Sementara ketika food vlogger mengonsumsi makanan asin secara ekstrim, menurut Dicky, dalam jangka pendek akan menyebabkan dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit.
“Misalnya mie instan, bebek goreng, fast food. Dan juga dampak jangka pendek lain adalah kelelahan dan mengantuk, karena tubuh harus kerja keras mencerna makanan dalam jumlah besar,” lanjut Dicky.
Dampak jangka panjangnya pun tak bisa dipandang sebelah mata. Beberapa risikonya disebut Dicky mencakup dislipidemia. Jadi lemak darah yang tinggi, seperti kasus food vlogger yang kebanyakan makan bebek misalnya. Sebab menurut Dicky, bebek tinggi lemak jenuhnya dan juga tinggi kolesterolnya.
Ada pula beragam penyakit berhubungan dengan fungsi pencernaan yang menanti.
"Selain itu mereka memiliki risiko penyakit jangka panjang dalam bentuk penyakit metabolik seperti diabetes tipe 2, hipertensi atau sindrom metabolik. Ya antara lain fatty liver, yang ditandai dengan lemak menumpuk di hati, terjadi peradangan bahkan bisa berkembang hatinya menjadi cirosis, buruk ya,” kata Dicky.
Lebih jauh, ia menyebut, potensi kanker juga bisa muncul ketika pola makan tinggi daging olahan, rendah serat, disertai kebiasaan buruk seperti kurang olahraga. Belum lagi jika ditambah konsumsi minuman berkadar gula juga tinggi.
“Selain tentu ada juga ya beberapa yang mengalami gangguan psikologis, atau yang disebut dengan binge eating disorder atau hubungan tidak sehat dengan makanan akibat tekanan kontennya. Dalam beberapa kasus yang ekstrem, mukbang itu bahkan bisa menyebabkan gagal jantung akut atau gangguan pernafasan karena tekanan pada diafragma akibat lambung yang terlalu penuh,” lanjut Dicky.
Harus Bisa Membedakan Lapar Fisik dan Lapar Emosional
Oleh karenanya, penting untuk digalakkan literasi pada publik supaya terbentuk batasan dan tidak serta merta ikutan mukbang, mengingat konten semacam ini menular, terutama pada anak remaja.
“Dan konten mukbang ini terkesan merangsang nafsu makan, apalagi dengan desain visual atau audio yang menarik. Nah, strategi yang bisa dilakukan untuk perlindungan pada publik adalah tentu kita harus bangun literasi gizi dan kesehatan sejak dini,” kata Dicky.
Ia menekankan pada masyarakat untuk memegang prinsip, “apa yang terlihat lezat belum tentu sehat”. Kemudian publik juga harus memiliki pemahaman bahwa para pembuat konten makan-makan memilki tim dan anggaran, sehingga mereka bisa memanipulasi secara visual.
Para pendamping anak pun bisa mengatur batasan durasi konsumsi media sosial kepada anak mereka, serta bisa meminimalisir konten-konten mukbang.
“Kemudian kita harus mengembangkan pada publik, khususnya sekali lagi anak, remaja, anak sekolah, mahasiswa termasuk, kembangkanlah kebiasaan makan yang sehat, bergizi seimbang, dengan jadwal tetap, kemudian tidak berlebihan. Sehingga kita bisa mengendalikan keinginan-keinginan yang impulsif itu,” kata Dicky.
Masyarakat bisa membiasakan diri untuk kritis terhadap konten-konten viral. Sebab, jika tidak disikapi kritis, publik bisa ikut menormalisasi pola makan berlebihan, menormalisasi kegemukan, alhasil jadi menormalisasi pola makan yang tidak sehat.
“Padahal ini bukan cuma soal kalori, tapi juga stres metabolik dan juga risiko penyakit degeneratif. Ingat, sekali lagi saya sampaikan, manusia itu sebetulnya akan terbentuk sehat, bahkan perilakunya dari apa yang dimakan,” tegas Dicky.
Sekali lagi, kita adalah apa yang kita makan dan kita juga mudah menjadi apa yang kita tonton dan tiru.

Perlihatkan yang Sesuai dengan Kebutuhan
Selain kepada publik secara luas, edukasi tentu penting untuk para pembuat konten mukbang. Ahli gizi sekaligus pengurus Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI), Ati Nirwanawati, menekankan pentingnya para food vlogger untuk memahami tujuannya dan mengetahui seberapa banyak kebutuhan makan manusia.
Artinya, food vlogger sah-sah saja untuk membuat konten promosi makanan, tapi sebaiknya menunjukkan porsi makan yang sesuai kebutuhan normal. Apalagi, setiap orang punya keperluan gizi yang berbeda tergantung pada usia dan aktivitasnya.
“Oke, dia bisa makan semua menu, tapi tolong caranya jangan sampai –yang umpamanya paru goreng, satu porsi. Kemudian daging goreng, gitu loh, jangan gitu. Porsinya tetap diperlihatkan. Nah, gimana caranya, tekniknya, dia hanya makan sesuai kebutuhannya dia,” kata Ati lewat sambungan telepon, Jumat (4/7/2025).
Dengan begitu, seorang food vlogger bisa menunjukkan semua opsi menu setiap restoran, tapi hanya mencecap sedikit, alias tak sampai 10 porsi. Sebab, jika tidak begitu, pekerjaan food vlogger akan terus memiliki risiko kesehatan.

Memperhatikan Kebutuhan Kalori
“Jadi dia harus tahu sebagai manusia umur sekian, kegiatan sekian, laki-laki atau perempuan, aktivitas sekian. Kira-kira kebutuhan makan satu hari berapa, kemudian dia kerja berapa jam, terus makan siang,” tambah Ati, soal upaya mencegah masalah kesehatan pada pembuat konten mukbang.Menurutnya, selayaknya individu, food vlogger harus bisa mempertimbangan tiga kali waktu makan berat setiap hari. Jika masih lapar bisa ditambah snack pada pagi jam 10 dan jam 4 sore.
“Yang utama dia harus tahu kebutuhan (gizi) dia itu berapa. Nah, itu diaplikasikan sebagai food vlogger. Teknik aja, teknik pengambilan gambar sama narasinya gimana caranya,” tutur Ati.
Pada intinya, menurut dia, food vlogger hanya mengenalkan makanan. Namun jangan sampai mempromosikan pola hidup tidak sehat.
Idealnya tiap orang makan cukup setelah kebutuhan kalorinya terpenuhi. National Library of Medicine menjabarkan, rata-rata kalori harian yang harus masuk ke tubuh berbeda untuk tiap orang, bergantung usia, gender, dan kondisi aktual. Rata-rata perempuan dewasa harus makan 2.000 kalori/hari. Sementara laki-laki 2.500 kalori/hari.
Jika ingin mengurangi berat badan, dari angka rata-rata di atas, pengurangan sekitar 500 kalori/hari bisa menurunkan 0,45 kg/minggu.
Penulis: Fina Nailur Rohmah
Editor: Alfons Yoshio Hartanto
Masuk tirto.id


































