Menuju konten utama

Bahaya yang Mengintai di Balik Popularitas Mukbang

Para ahli nutrisi tidak menyukai konten mukbang karena makanan yang disantap seringnya bukan makanan sehat.

Bahaya yang Mengintai di Balik Popularitas Mukbang
Siaran audiovisual online di mana tuan rumah makan makanan dalam jumlah besar saat berinteraksi dengan audiens mereka. Biasanya dilakukan melalui webcast internet, mukbang menjadi populer di Korea Selatan pada tahun 2010-an. MukBang.webm/Jangpa's MukBang

tirto.id - Akhir Juli 2024 silam, sebuah kabar duka datang dari Republik Rakyat Tiongkok ketika seorang streamer mukbang bernama Pan Xiaoting meninggal dunia di tengah-tengah siaran. Penyebabnya? Karena perempuan 24 tahun itu terlalu banyak makan.

Dilaporkan Liputan6, dokter yang melakukan autopsi menemukan makanan yang tidak tercerna dengan baik di dalam perut Pan Xiaoting. Akibatnya, usus sang streamer pun mengalami pendarahan hebat.

Awalnya, Pan Xiaoting bekerja sebagai pramusaji di sebuah restoran. Dari sanalah dia kemudian mengenal mukbang yang sedang heboh di dunia maya. Pan Xiaoting pun memutuskan untuk menjadi seorang mukbanger meskipun ditentang orang tuanya.

Apa yang dilakukan Pan Xiaoting sebagai streamer memang terbilang ekstrem. Dia pernah makan 10 jam nonstop. Dia juga pernah mengonsumsi lebih dari 10 kg makanan dalam sekali siaran. Inilah yang membuat tubuhnya membengkak sehingga berat badannya menembus angka 300 kg.

Berulang kali pula, Pan Xiaoting diperingatkan oleh orang tuanya. Akan tetapi, seiring dengan makin bertambahnya followers, aksi yang dilakukannya justru semakin ekstrem saja. Sampai akhirnya, Pan Xiaoting harus kehilangan nyawa. Tubuhnya mendadak lemas di tengah siaran, lalu kolaps, dan akhirnya meninggal dunia.

Sekilas tentang Mukbang

Mukbang berasal dari bahasa Korea dan merupakan perpaduan dari dua kata, yakni "meokda" yang berarti makan dan "bangsong" yang artinya siaran. Pada dasarnya, memang itulah yang dilakukan para mukbanger—menyiarkan aktivitas makan. Namun, aktivitas makan para mukbanger ini biasanya bukan makan seperti yang kita lakukan sehari-hari.

Biasanya, makanan yang disantap para mukbanger itu berporsi besar—bahkan bisa sangat besar—dan mereka butuh waktu lebih lama pula untuk menghabiskannya. Tak cuma itu, para mukbanger juga biasanya menambahkan unsur ASMR (autonomous sensory meridian response) dalam siaran-siarannya. Setiap gigitan dan kunyahan akan diperdengarkan dengan lebih jelas supaya kenikmatan menyantap hidangan bisa "dirasakan" pula oleh para pemirsa.

Menurut laporan CNN, tren mukbang di YouTube mulai muncul pada 2015. Sejak itu, konten semacam ini semakin jamak ditemukan. Pandemi COVID-19 yang mulai terjadi pada 2020 disebut menjadi momentum melonjaknya jumlah konten seperti ini karena banyak orang yang merasa butuh koneksi sosial di tengah lockdown.

Konten mukbang pun tak cuma jadi primadona di YouTube, melainkan juga di pelantar berbasis video lainnya, seperti TikTok. Masih menurut laporan CNN yang sama, hingga pertengahan Agustus 2024, sudah ada lebih dari 4 juta konten mukbang di TikTok. Di YouTube sendiri, yang durasi videonya lebih panjang dari TikTok, jumlah konten mukbang ada di kisaran ratusan ribu. Jumlah penontonnya bisa mencapai jutaan per video.

Di Indonesia, konten mukbang juga sudah populer. Sejumlah kreator konten mukbang, seperti MGDALENAF, Tanboy Kun, serta Ria SW memiliki jutaan pelanggan di YouTube. Tak cuma makan dalam porsi besar, para mukbanger itu juga tak jarang menyantap makanan pedas karena target pasar mereka adalah orang Indonesia yang umumnya doyan pedas.

Tidak Semua Mukbanger Obesitas

Apabila mengetikkan frasa "why are mukbangers" di mesin pencarian Google, Anda akan mendapati rekomendasi yang mengarahkan pada entri "why are mukbangers so skinny". Sebenarnya, mukbanger seperti Pan Xiaoting justru jumlahnya tidak banyak. Mereka kalah banyak ketimbang para mukbanger yang masih memiliki tubuh ideal, termasuk para mukbanger Indonesia yang sebelumnya telah disebutkan.

Penjelasan ilmiahnya, tentu saja, karena para mukbanger tersebut mengerti apa yang dimaksud dengan calorie intake. Untuk menjaga agar bobot tetap ideal, mereka selalu memastikan agar jumlah kalori yang dikeluarkan senantiasa lebih besar ketimbang jumlah kalori yang masuk.

Untuk memastikan agar terjadi defisit kalori, ada dua cara yang umum dilakukan, yakni menjalankan puasa dan berolah raga. Di kanal YouTube milik Chicco Jerikho, Tanboy Kun membocorkan bahwa rahasia di balik keberhasilannya menjaga tubuh tetap ideal adalah dengan berolah raga.

Itulah yang gagal dilakukan oleh Pan Xiaoting. Dia tidak bisa mengatur jumlah kalori yang masuk dan keluar sehingga berujung pada obesitas.

Namun, selain penjelasan ilmiah itu, ada pula penjelasan yang sifatnya agak menjurus pada "teori konspirasi". Penyuntingan video menjadi kunci dalam hal ini. Misalnya dalam kontroversi yang dihadapi mukbanger Korea Selatan bernama Moon Bok-hee, pemilik kanal YouTube Eat with Boki.

Pada 2020, Moon dituduh tidak benar-benar menyantap seluruh makanan yang ada di hadapannya. Menurut sebagian netizen, setelah mengunyah makanannya, Moon kemudian melepehnya di wadah lain. Para netizen ini curiga lantaran dalam video-video Moon ditemukan banyak sekali bukti penyuntingan.

Entah tuduhan terhadap Moon itu benar atau tidak, yang jelas kebanyakan mukbanger yang berat badannya ideal justru tidak melakukan apa yang dia lakukan. Bagi mereka, kunci utamanya tak lain dan tak bukan adalah mengatur kalori yang masuk dan keluar.

Sejauh ini, metode inilah yang paling berhasil. Tak cuma tetap sehat, mereka pun tidak berkhianat kepada para penontonnya.

Bahaya yang Mengintai

Para ahli nutrisi sendiri tidak terlalu menyukai konten mukbang karena beberapa alasan. Pertama, karena sering kali makanan yang disantap bukan makanan sehat; bahkan menjurus berbahaya seperti makanan super pedas.

Kedua, karena para kreator konten itu bisa terjebak dalam situasi seperti yang dialami Pan Xiaoting. Ketiga, karena konten mukbang ini bisa berbahaya bagi para pengidap gangguan makan.

Suzanne Fisher, seorang ahli nutrisi asal Florida, berpendapat bahwa mereka yang mengidap gangguan makan bisa saja "merasa sudah kenyang" hanya dengan menonton video mukbang. Padahal, kenyataannya, dia belum mendapat asupan nutrisi apa-apa. Jika ini terus berlanjut, gangguan makan tersebut bisa semakin parah dan berakibat fatal.

Kemudian, bahaya lainnya terletak pada kegagalan memahami apa yang dilakukan para mukbanger untuk menjaga berat badan. Apabila penonton tidak tahu apa-apa terkait hal yang dilakukan Tanboy Kun, misalnya, untuk menjaga berat badan, mereka akan berpikir, "Ah, dia makan sebanyak itu saja tetap langsing. Jadi, tak apa kalau aku juga makan sebanyak itu."

Cara berpikir semacam itu tentu berbahaya karena taruhannya adalah kesehatan. Sudah makanan yang dikonsumsi tidak sehat, porsi yang disantap pun amat besar. Ini adalah bencana yang tinggal menunggu untuk terjadi.

Oleh karena itu, perlu dicamkan baik-baik bahwa mukbang hanyalah konten hiburan. Di balik itu semua, ada pelbagai proses yang dilalui sang kreator konten supaya mereka tetap terus bisa membuat konten; salah satunya dengan terus menjaga kesehatan. Jadi, jangan sampai konten hiburan ini justru menjadi konten pembawa bencana.

Baca juga artikel terkait MUKBANG atau tulisan lainnya dari Yoga Cholandha

tirto.id - Mild report
Kontributor: Yoga Cholandha
Penulis: Yoga Cholandha
Editor: Fadrik Aziz Firdausi