tirto.id - Penembakan massal terjadi di Robb Elementary School atau SD Robb di Uvalde, Texas pada Selasa (25/5/2022) waktu setempat. Menurut cnn.com, penembakan ini menyebabkan sembilan belas anak dan dua guru tewas.
Pelaku penembakan adalah seorang pria berusia 18 tahun. Ia tidak dihadang oleh petugas sekolah di luar gedung, kata para pejabat setempat. Tampaknya pria ini masuk melalui pintu yang tidak terkunci.
Setelah sekitar satu jam, tim taktis memaksa masuk dan menembak mati tersangka. Tepat sebelum penembakan massal, penembak diduga mengirim SMS kepada seorang gadis remaja tentang niatnya untuk menyerang.
Pihak berwenang mengatakan pelaku menembak neneknya sebelum berangkat ke sekolah dasar. Saat ini sang nenek masih menjalani perawatan di rumah sakit.
Presiden Biden dan ibu negara akan mengunjungi Uvalde pada hari Minggu, kata Gedung Putih, untuk bertemu dengan keluarga yang kehilangan orang yang dicintai dan berbicara dengan para pemimpin masyarakat.
Motif Penembakan di Texas dan Kronologi
Pelaku penembakan di SD Robb Texas tiba di sekolah sekitar pukul 11.28 mengendarai pickup Ford. Mobilnya sempat menabrak parit di belakang sekolah sebelum ia keluar dari mobil sambil membawa senapan AR-15.
Dua belas menit setelah itu, si pelaku yang bernama Salvador Ramos berkeliling di lorong-lorong SD Robb. Setelah itu dia memasuki ruang kelas empat. Di ruangan itu, dia membunuh 19 anak sekolah dan dua guru.
Sekitar 1,5 jam setelah Ramos tiba, pukul 12.58, polisi yang berada di tempat kejadian mengatakan Ramos telah terbunuh dan pengepungan telah berakhir.
Selama 90 menit sejak Ramos tiba hingga dia tewas memicu pertanyaan besar. Apa yang terjadi dalam 90 menit itu? Polisi dianggap kurang tanggap dalam mengatasi kekerasan yang terjadi di dalam sekolah.
"Mereka mengatakan mereka bergegas masuk, tapi kami tidak melihat itu," kata Javier Cazares, orang tua Jacklyn Cazares salah satu siswa yang tewas dalam serangan. Javier langsung berlari ke sekolah saat kejadian.
Polisi dan pihak berwenang mengabaikan pertanyaan tentang mengapa petugas tidak dapat menghentikan penembak lebih cepat.
Dua hari setelah penembakan, informasi kronologi waktu kejadian masih simpang siur. Para pejabat dan polisi memberikan keterangan yang berbeda-beda.
Menurut Kepala Polisi Texas, Victor Escalon, setelah menabrakkan truknya, Ramos menembaki dua orang yang keluar dari rumah duka terdekat, dikutip AP News.
Dia kemudian memasuki sekolah "tanpa halangan" melalui pintu yang tampaknya tidak terkunci sekitar pukul 11.40 waktu setempat.
Polisi pertama kali tiba di tempat kejadian 12 menit setelah penembakan terjadi dan tidak memasuki sekolah untuk mengejar penembak sampai empat menit setelah itu.
Menurut Escalon, para polisi yang berada di dalam diberondong oleh tembakan dari Ramos dan berlindung, sehingga mereka tidak bisa banyak bertindak.
Krisis berakhir setelah sekelompok petugas taktis Patroli Perbatasan memasuki sekolah kira-kira satu jam kemudian, pada 12.45, kata juru bicara Departemen Keamanan Publik Texas Travis Considine.
Mereka terlibat baku tembak dengan pria bersenjata itu, yang bersembunyi di ruang kelas empat. Beberapa saat sebelum jam 1 siang, dia sudah tewas ditembak.
Escalon mengatakan, saat itu petugas memanggil tim cadangan, negosiator, dan tim taktis, sambil mengevakuasi siswa dan guru.
Siapa Salvador Ramos?
Gubernur Texas Greg Abbott mengidentifikasi penembak sebagai Salvador Ramos. Dia adalah penduduk komunitas Latino sekitar 85 mil sebelah barat San Antonio.
Gubernur mengatakan Ramos masuk ke Sekolah Dasar Robb di Uvalde sekitar pukul 11.30 waktu setempat dan melepaskan tembakan.
USA TODAYmemberitakan, para pejabat mengatakan pria bersenjata itu bertindak sendiri. Pihak berwenang Texas mengatakan mereka masih mencari jawaban tentang kemungkinan motif dan apa yang memicu serangan.
Ramos tidak memiliki catatan kriminal saat ia dewasa dan tidak memiliki riwayat kesehatan mental yang diketahui.
Gubernur Abbott mengatakan Ramos menembak wajah neneknya sebelum menyerang sekolah. Kira-kira 30 menit sebelum serangan, Ramos melakukan komunikasi mengerikan di media sosial.
Seorang juru bicara Meta, perusahaan induk Facebook, mengatakan di Twitter bahwa pesan yang dijelaskan Abbott adalah pesan pribadi.
Ramos tinggal bersama neneknya yang berusia 66 tahun sejak Maret, kata para pejabat. Ia dulu pernah bersekolah di SMA Uvalde.
Sekolah menengah itu, bagian dari distrik sekolah yang sama dengan SD Robb tempat penembakan itu terjadi, menerima sekitar 1.100 siswa.
Menurut distrik SMA Uvalde, 91 persen siswa di distrik tersebut adalah orang Hispanik, dan hampir 80 persen secara ekonomi kurang beruntung, kata distrik tersebut.
Uvalde adalah rumah bagi sekitar 16.000 orang, sekitar 85 mil barat San Antonio dan 75 mil dari perbatasan Meksiko. Lebih dari 80 persen populasi kota adalah orang Latin, menurut Biro Sensus AS.
Direktur Keamanan Publik Departemen Texas Steve McCraw mengatakan pada hari Rabu bahwa Ramos baru-baru ini membeli dua senapan semi-otomatis pada tanggal yang berbeda pada 17 dan 20 Mei.
Dia juga membeli 375 butir amunisi 5,56, dan apa yang tampak seperti tujuh magasin 30 butir yang semua ditemukan di dalam sekolah.
Editor: Addi M Idhom