tirto.id - Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menekankan pentingnya setiap wilayah untuk memiliki sistem ketahanan pangan mandiri. Hal itu dilakukan agar seluruh pihak bisa mewaspadai dan menghadapi ancaman krisis pangan global.
"Masing-masing wilayah di Indonesia harus punya ketahanan pangan, jadi tidak bergantung pada suplai dari pulau atau daerah lain," kata Moeldoko dalam pertemuannya dengan Rektor Universitas Negeri Manado, Prof. Dietje A. Katuuk, dan sejumlah petinggi perguruan tinggi di Sulawesi Utara tersebut di Gedung Bina Graha Jakarta, Jumat (26/8/2022).
Moeldoko mencontohkan sistem ketahanan pangan daerah dengan metode kompartemen dalam strategi pertahanan militer. Dia menuturkan, setiap pulau dituntut untuk mandiri dalam perang berkepanjangan. Hal itu berkaitan dengan kemungkinan sulitnya menerima logistik dari luar daerah.
“Sistem kompartemen ini sangat selaras dengan isu pertanian dan ketahanan pangan sekarang. Apalagi kita sedang menghadapi situasi global yang sulit. Jadi harus bisa memenuhi kebutuhannya secara mandiri,” imbuhnya.
Sementara itu, dalam pertemuan tersebut perwakilan Universitas Negeri Manado membahas tentang potensi pengembangan komoditas pertanian unggul padi dan jagung serta budidaya sorgum di Sulawesi Utara. Moeldoko menuturkan pemerintah terus berupaya menjaga pilar ketahanan pangan dengan menjamin jumlah dan mutu ketersediaan pangan dengan harga terjangkau.
Dia menuturkan hal itu tidak lepas dari amanat UU Nomor 18 tahun 2012 tentang Pangan bahwasanya masyarakat mempunyai hak dan kesempatan seluas-luasnya dalam upaya mewujudkan cadangan pangan. Oleh karena itu, Moeldoko, mewakili pemerintah mengapresiasi inisiatif Universitas Negeri Manado untuk mengembangkan produk pangan unggulan.
Lebih lanjut, dia berharap masyarakat mulai mengubah pemikiran agar tidak hanya bertani untuk cukup makan, tapi juga mulai memikirkan bagaimana berinovasi dalam sektor pertanian.
"Saya senang kalau mahasiswa bisa ikut mendukung program ketahanan pangan di wilayahnya. Ajak dan ajarkan juga anak-anak mahasiswa dan masyarakat lokal untuk membuat pupuk organik. Senang sekali kalau mahasiswa punya banyak pilihan untuk mengembangkan produk-produk di sektor pertanian," pungkasnya.
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Intan Umbari Prihatin